Pages

Wednesday, May 30, 2012

TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314

TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314
Super Tucano EMB-314

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menanti kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314 buatan Brazil yang direncanakan tiba pada 28 Agustus 2012.

"Direncanakan pesawat Super Tucano dari Brasil tiba pada tanggal 28 Agustus 2012, namun apabila ada penundaan mungkin di awal September," kata Kepala Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 21 Lanud Abdurachman Saleh, Mayor (Tek) Anton Firmansyah, di Malang, Rabu.

Kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314, kata Anton, untuk memperkuat Skadron Udara 21 dan tentunya bagi seluruh jajaran TNI-AU dalam menjaga kesatuan wilayah Indonesia.

"Untuk yang pertama akan datang empat unit pesawat, dan hingga akhir tahun 2012 direncanakan delapan pesawat Super Tucano tiba di Lanud Abdurrachman Saleh," tambah Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, merupakan pesawat tempur taktis yang mampu melaksanakan operasi bantuan tembakan dari udara yang merupakan keunggulan pesawat itu. Dengan rencana itu, Anton menambahkan, TNI-AU juga telah mempersiapkan pilot-pilot terbaik untuk dikirimkan ke Sao Paulo, Brazil.

"Ada 12 orang pilot yang akan dikirim ke Brazil. Saat ini mereka telah ada di Jakarta untuk mendapatkan bimbingan, dan direncanakan pada bulan Juni akan berangkat ke Sao Paulo, Brazil, untuk menyelesaikan pelatihan," kata Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, juga telah dipergunakan oleh beberapa negara lain dan merupakan pesawat produksi baru. "Kami telah menyiapkan 'shelter' baru dan saat ini juga sedang dilakukan penyelesaian pembangunan tempat simulator," kata Anton.

Pesawat Super Tucano EMB-314 memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Kedatangan pesawat tempur itu akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah tidak akan dioperasikan. OV-10 Bronco telah berjasa di berbagai operasi, antara lain Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.

sumber : REPUBLIKA

Iran Overhauls Russian-Built Sub


Project 877 submarine

The Iranian Navy has brought back into operation a Russian-built submarine, after major repairs with locally produced components, the Islamic Republic of Iran Broadcasting company, IRIB, reported on Tuesday.
Some 18,000 components, including propellers and radars, were replaced on the Tareq (Russian Project 877EKM Paltus), one of Iran’s three Kilo-class submarines, which entered service in 1992.
The submarine was relaunched from a dry dock in an Iranian port.
The other two Kilo-class subs are the Nooh (1993) and the Yunes (1997).

sumber : RIA NOVOSTI

Pesawat Siluman Iran Rekam Kapal Induk AS

Seorang pejabat tinggi militer Iran mengatakan angkatan laut pasukan garda Revolusi Islam Iran (IRGC) berhasil merekam aktivitas kapal induk AS selama 50 menit.

Komandan Angkatan Laut IRGC, Laksamana Ali Razmjou Sabtu (19/5) )mengatakan Pasdaran mampu merekam film dengan daya jangkau 500 meter (0,31 mil) dari kapal militer AS.

Komandan Pertahanan Udara Pangkalan Khatam al-Anbiya Iran Brigjen Farzad Esmaili mengatakan pada 10 April lalu, pesawat siluman Iran terbang di atas kapal induk AS dan kapal perang lainnya di Teluk Persia, dan berhasil merekam gambarnya.

Sebelumnya, pada 4 Desember2011, Satuan elektronik Angkatan Darat Iran berhasil menurunkan jatuh pesawat Sentinel siluman RQ-170 dengan kerusakan minimum yang terbang di atas kota timur Kashmar, beberapa 225km (140 mil) dari perbatasan Afghanistan.

RQ-170 adalah pesawat siluman berawak dirancang dan dikembangkan oleh Perusahaan Lockheed Martin.

sumber :(IRIB Indonesia/PH)

Tuesday, May 29, 2012

Pemerintah Kuncurkan Dana Pembangunan dan Perkuat Pertahanan Perbatasan


Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro (kanan), didampingi Nyonya Purnomo Yusgiantoro (kiri), dan Panglima Kosrtrad, Meyjen TNI, M. Munir (tengah), saat penyerahan Mobil Pintar di Jakarta, Selasa (22/5). Dua unit Mobil Pintar dari Kementerian Pertahanan tersebut diserahkan kepada Pangkostrad Meyjen M. Munir, untuk digunakan oleh Batalyon Kostrad di perbatasan Kalimantan Barat. (Foto: ANTARA/ Ujang Zaelani/ed/mes/12)

29 Mei 2012, Balikpapan, Kalimantan Timur: Pemerintah menyediakan anggaran Rp3,9 triliun membangun wilayah perbatasan darat Kalimantan-Malaysia Timur. Panjang garis perbatasan di sana hingga 2.000 kilometer dari barat ke timur. Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur berhadapan dengan Malaysia di Kalimantan berhadapan dengan dua negara bagian Malaysia, Sabah dan Sarawak.

Sekretaris Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP), Sutrisno, di Balikpapan, Selasa, menyatakan, "Anggaran untuk mengembangkan 39 kecamatan sepanjang perbatasan." Artinya, tiap kecamatan akan mendapat banyak sekali dana untuk memajukan wilayahnya. "Bagian dari tahapan pembangunan hingga 2025. Akan dibangun 187 kecamatan di 38 kabupaten di 12 provinsi. Rencana induk 2011-2014 sudah melibatkan 111 kecamatan," katanya.

Sutrisno menghadiri Rapat Koordinasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur. Rapat itu dibuka Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak. Anggaran dan perencanaan tersebut berkenaan perubahan cara pandang mengenai daerah perbatasan. Wilayah perbatasan, khususnya perbatasan darat dengan Malaysia di Kalimantan, kini dianggap sebagai beranda atau teras depan dari Republik Indonesia.

Perubahan cara pandang itu juga untuk mengimbangi pesatnya kemajuan pembangunan kota-kota negara tetangga tersebut yang letaknya tidak jauh dari kota-kota Indonesia, yang umumnya tertinggal. Pembangunan infrastruktur juga akan dibarengi pembangunan pada sektor energi, pendidikan dan kesehatan untuk membuka isolasi.

Bukan cuma pada aspek keseharian, karena TNI-AD berambisi menempatkan batalion-batalion kavaleri berat di garis perbatasan. Tank Leopard seberat 75 ton perunit akan dioperasikan di hutan belantara tropis bertanah gambut Kalimantan, dan berpangkalan di Bulungan, Kalimantan Timur. Masih didukung skuadron helikopter serbu AH-64 Super Cobra dengan berbagai peluru kendali dan roketnya.

Sumber: ANTARA News

PAL Indonesia Siapkan 150 Teknisi Ahli Untuk Belajar Di Korsel & Belanda


29 Mei 2012
Pembuatan Kapal PKR dari Belanda dan Kapal Selam dari Korea ditargetkan selesai 2016, setelah itu PT PAL akan membuat unit lainnya (photo : Schelde)
SURABAYA: PT PAL Indonesia (Persero) menyiapkan 150 teknisi ahli perkapalan untuk alih teknologi produksi kapal selam di Korea Selatan dan kapal perusak kawal rudal (PKR) di Belanda, menyusul dibuatnya kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan di dua negara itu.
Proses alih teknologi itu merupakan persiapan untuk membuat sendiri kapal selam pada beberapa tahun mendatang, suatu upaya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri.
Direktur Utama PT PAL Indonesia Muhamad Firmansyah Arifin mengatakan BUMN tersebut selama ini telah banyak memproduksi berbagai jenis kapal perang untuk memenuhi kebutuhan TNI AL seperti kapal patroli cepat, landing platform dock (LPD), kapal cepat rudal (KCR), landing craft utility (LCU), landing craft vehicle personal (LCVP).
Namun, lanjutnya,  sejauh ini PAL belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam, karena membutuhkan ilmu tinggi serta kesiapan SDM yang memiliki kemampuan dalam menerima alih teknologi kapal perang tersebut.
“Kami akan menyiapkan 300 teknisi untuk diseleksi menjadi 150 orang guna dikirim ke Korea Selatan dalam keperluan alih teknologi pembuatan kapal selam.  Dijadwalkan penyeleksian itu rampung pada 2013,” ujarnya saat mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Selasa, 29 Mei 2012.
Kunjungan tersebut dimaksudkan melihat pelaksanaan produksi  sejumlah kapal perang pesanan TNI AL di PAL Indonesia seperti 3 unit KCR, 2 unit kapal tunda 2400 HP dan 4 unit LCU. Turut hadir dalam kunjungan tersebut Wakil Kepala Staf TNI AL Laksdya TNI Marsetio dan Irjen Kementerian Pertahanan Laksdya TNI Sumartono.
Sjafrie mengatakan PAL harus menyiapkan diri menjadi bagian dari industri pertahanan yang mampu memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) berteknologi tinggi, melalui proses alih teknologi dari negara lain.
Menurut dia, Kementerian Pertahanan tengah melakukan pengadaan 2 unit kapal perusak kawal rudal (PKR) yang dibuat di Belanda. Selain itu, 3 unit kapal selam, diantaranya 2 unit dibuat di Korea Selatan.
Dalam kontrak pembuatan kapal perang di dua negara itu disepakati kerja sama alih teknologi kepada kalangan teknisi ahli kapal perang asal Indonesia.
“Pembuatan PKR di Belanda ditargetkan dapat dirampungkan pada 2016 mendatang,” ujarnya.
Dalam waktu sama, diharapkan pembuatan kapal selam di Korea pun dapat rampung, kemudian akan dibuat di dalam negeri. Dana yang disiapkan untuk pengadaan kapal perang berteknologi tinggi itu disebutkan Rp150 triliun.
Muhamad Firmansyah menyatakan kesiapannya menjadi lead inte_rwtor [bersama BUMN lain] untuk pembangunan alutsista, dengan menyiapkan fasilitas bengkel terintegrasi.
“Kami memiliki 2 graving dock, 2 floating dock dan shiplift sekaligus memiliki divisi desain yang merancang kapal-kapal perang,” paparnya.(bas)

Kapal Perang AS Merapat, Kapal Niaga Antre

Dua kapal perang milik Amerika Serikat, USS Vandergrift (kanan) dan USGC Waesche (kiri) ketika bersandar di Dermaga Jamrud Utara, Surabaya, Jatim, Selasa (29/5). Kedatangan dua kapal tersebut dalam rangka untuk mengikuti Latihan Bersama (Latma) TNI AL dengan US Pasific Command (USPACOM) bersandikan Cooperation Afloat Readiness And Training (CARAT) 2012. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/12)

SURABAYA, KOMPAS.com - Tiga unit kapal perang Amerika Serikat (AS) masing-masing US CG WAESCHE, US Navy USS Vandegrift FFG-48, dan kapal USS GPN LSD 42 dengan 831 personel merapat ke terminal Jamrud utara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa (29/5/2012) sore.

Kedatangan mereka menghentikan sementara aktivitas puluhan kapal niaga yang akan sandar maupun bongkar muat. Setidaknya terdapat 15 kapal niaga yang terpaksa antre sejak kemarin sore, karena menurut Kepala Humas PT Pelindo III, Edi Priyanto, di area terminal Jamrud utara sudah mulai berdatangan kapal pendukung sehingga area tersebut sudah tertutup untuk umum.

"Kapal AS akan sandar hingga 7 Juni mendatang. Namun pada 3-5 Juni nanti kapal perang Amerika akan berlayar ke tempat lain, sehingga kapal niaga dan kapal penumpang dapat sandar seperti biasa," jelasnya.

Tapi pada 6-7 Juni nanti, Jamrud Utara kembali disterilkan karena 3 kapal itu kembali berlabuh di Jamrud Utara. Keputusan tersebut dianggapnya cukup lunak, karena sebelumnya pihak Amerika ingin pelabuhan dikosongkan hingga 10 hari ke depan sejak menjelang kedatangan.

Kedatangan kapal perang AS tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas kapal niaga. Terminal nanti hanya akan dapat disandari satu kapal niaga dan tiga kapal penumpang, Sebab panjang dermaganya hanya 1,2 kilometer dan 120 meter sedang tak bisa digunakan karena ada pengerjaan penguatan dermaga. "Untuk itu kami menata ulang kembali jadwal sandar kapal, dan menekan perusahaan bongkar muat untuk mempercepat pekerjaannya," tambahnya.

Sebelumnya, kedatangan kapal perang AS itu sempat ditolak oleh kalangan pengusaha pelabuhan Tanjung Perak Surabaya karena akan mengganggu aktivitas kapal niaga. Dari perhitungan kasar, kerugian logistik dari terhambatnya arus bongkar muat barang bisa mencapai 4,5 juta dolar AS dan menimbulkan dampak biaya ekonomi tinggi. 

sumber : Kompas

Wamenhan Tinjau Produksi Alutsista di PT PAL



29 Mei 2012, Surabaya: Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin meninjau produksi sejumlah alutsista di PT PAL Indonesia (Persero) karena ingin meningkatkan pengawasan sebagai program modernisasi alutsista di Tanah Air.

"Kunjungan kami hari ini merupakan rangkaian agenda kerja yang sebelumnya telah dilaksanakan di PT Palindo Marine Shipyard Batam," katanya, ditemui dalam kunjungan kerjanya di PT PAL Indonesia (Persero), di Surabaya, Selasa.

Tujuan kegiatan tersebut, jelas dia, guna mengawasi produksi sejumlah alutsista yang sedang dibangun sebagai salah satu program modernisasi alutsista. "Oleh karena itu, kini PT PAL sedang membangun tiga unit KCR 60 M, dua unit kapal tunda 2.400 HP milik TNI AL, dan empat unit LCU pesanan TNI AL," katanya. Sementara, tambah dia, delapan unit LCVP telah diselesaikan dan diserahkan pada tanggal 19 April 2012 kepada TNI AL.

Mengenai kesiapan PT PAL dalam pembangunan alutsista juga dilakukan dengan strategi perbaikan kinerja di mana untuk proses bisnis maka perusahaan tersebut telah melaksanakan persiapan fokus bisnis untuk alutsista.

"Bahkan, menerapkan 'revenue mix' dan integrasi IT dalam proses produksi serta proses kontrol internal," katanya. Untuk utilisasi sumber daya, kata dia, direalisasikan dengan "re-grouping" dan sentralisasi fungsi organisasi, penetapan PMO dan integrasi perangkat lunaknya, serta pelaksanaan investasi strategis untuk peningkatan kapasitas produksi, sumber daya manusia, dan IT.

"Perbaikan fasilitas dan utilitas serta sarana bengkel di PT PAL memiliki target kapasitas bengkel mencapai 600 ton/bulan. Asumsinya bisa membangun enam unit kapal per tahun yakni sekelas FPB 38 sebanyak dua unit dan sekelas KCR 60 meter sebanyak empat unit," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, PT PAL juga memiliki Divisi Desain yang merancang kapal yang dibangun terutama alutsista dan perusahaan itu siap sebagai "Lead Integrator" pembangunan alutsista serta fasilitas bengkel yang terintegrasi.

Pada kesempatan tersebut, Wamenhan didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksdya TNI Marsetio, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, serta sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI, dan angkatan.

Wamenhan : PT. PAL Harus Menyiapkan Diri Untuk ToT

Dengan menggeliatnya industri pertahanan dalam negeri saat ini, PT PAL Indonesia (Persero) untuk jangka waktu menengah harus menyiapkan diri agar dapat melakukan Transfer of Technology (ToT), sehingga tercipta kemandirian industri pertahanan khususnya bidang kemaritiman.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela kunjungan ke PT. PAL Indonesia (Persero), Selasa (29/5) di Surabaya setelah sehari sebelumnya mengunjungi Pulau Nipa dan PT Palindo Marine Shipyard di Batam, Senin (28/5).

Transfer of Technology dimaksud kata Wamenhan menjelaskan, terkait dengan adanya pencapaian target bahwa PT. PAL Indonesia (Persero) harus mampu membangun kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) dan kapal selam untuk TNI AL.

“PT. PAL harus menyiapkan teknisi-teknisi yang professional sejak dini. Pemerintah juga akan mensupport dan mengirimkan teknisi-teknisi handal ke Belanda dan Korea Selatan “ Ungkap Wamenhan.

Dengan adanya tuntutan dan tantangan tersebut, Wamenhan lebih jauh menjelaskan PT. PAL Indonesia (Persero) juga harus memiliki komitmen dan sikap jemput bola dengan melakukan berbagai perbaikan khususnya dalam hal perbaikan kinerja maupun optimalisasi produksi baik pada lini desain sampai dengan produksi.

Terlebih tahun 2010 – 2014 merupakan era kebangkitan industri pertahanan dalam negeri, dimana pemerintah banyak memberikan peluang, baik kepada industri pertahanan negara maupun swasta.

Sementara itu, Dirut PT PAL Persero M. Firmansyah Arifin menyampaikan bahwa instansinya saat ini sudah memiliki kesiapan dalam pembangunan Alutsista yaitu dengan strategi perbaikan kinerja, dimana proses bisnis PT . PAL (Persero) telah melaksanakan persiapan fokus bisnis untuk Alutsista dan menetapkan revenue mix dan integrasi IT ke dalam proses produksi maupun proses control internal.

Dalam Kunjungan kerjanya ke PT. PAL Indonesia (Persero), Wamenhan yang didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Wakasal Laksdya TNI Marsetio, sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan tersebut, juga berkesempatan menaiki Landing Craft Utility (LCU) produksi PT PAL di sekitar selat Madura dan melakukan manuver diantaranya menggunakan kecepatan mencapai 40 knot dan manuver 360 derajat.

PT. PAL Siapkan 150 Teknisi Alih Teknologi Kapal Selam di Korsel

PT PAL Indonesia (Persero) menyiapkan 150 teknisi ahli perkapalan guna melakukan alih teknologi produksi kapal selam di Korea Selatan dan kapal perusak kawal rudal (PKR) di Belanda, menyusul dibuatnya kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan di 2 negara tersebut.

Proses alih teknologi itu merupakan persiapan untuk membuat sendiri kapal selam pada beberapa tahun mendatang, suatu upaya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri.

Direktur Utama PT PAL Indonesia Muhamad Firmansyah Arifin mengatakan BUMN tersebut selama ini telah banyak memproduksi berbagai jenis kapal perang untuk memenuhi kebutuhan TNI AL seperti kapal patroli cepat, landing platform dock (LPD), kapal cepat rudal (KCR), landing craft utility (LCU), landing craft vehicle personal (LCVP).

Namun, lanjutnya, sejauh ini PAL belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam, karena membutuhkan ilmu tinggi serta kesiapan SDM yang memiliki kemampuan dalam menerima alih teknologi kapal perang tersebut.

“Kami akan menyiapkan 300 teknisi untuk diseleksi menjadi 150 orang guna dikirim ke Korea Selatan dalam keperluan alih teknologi pembuatan kapal selam. Dijadwalkan penyeleksian itu rampung pada 2013,” ujarnya saat mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, hari ini (Selasa, 29 Mei 2013).

Sumber: ANTARA News Jatim/DMC

BERITA POLULER