Malaysia Ahmad Zahid Hamidi “sengaja” mengumumkan kepada
pers di Hotel Shangri-La Jakarta tanggal 20 Mei 2011 bahwa 2
kapal selam Scorpene Malaysia sudah siap operasi beserta
pangkalannya di Teluk Sepanggar Kinabalu Sabah. Kehadiran
Zahid Hamidi di Jakarta adalah dalam rangka pertemuan para
Menhan ASEAN.
Malaysia telah membangun tiga pangkalan besar yang berbasis di
Sabah yaitu Teluk Sepanggar, Sandakan dan Tawao. Khusus
Teluk Sepanggar dijadikan pangkalan induk untuk mengawasi
perairan di sekitarnya termasuk Ambalat dan didalamnya juga
menjadi basis untuk pangkalan 2 kapal selamnya. Sepanjang
sejarah negaranya baru tahun 2010 negara ini memiliki 2 kapal
selam. Boleh jadi ingin pamer pada rumah jirannya bahwa dia
sudah punya mainan baru sekalian berpesan bahwa dia tidak
bisa dianggap remeh lagi.
Penempatan pangkalan kapal selam di Sabah termasuk
mengumumkannya di ibukota negara yang sedang bersengketa
Ambalat dengan negaranya, menyiratkan makna bahwa Malaysia
sedang mempersiapkan konflik terbuka dengan jirannya
Indonesia. Namun disinilah letak ketidakpintaran seorang
Menhan yang katanya masih asli Yogya itu. Statemen dia justru
memberikan stamina baru bagi hankam dan militer Indonesia
untuk menjalankan perintah konstitusi: Anda jual kami beli. Dia
lupa semakin banyak dia memberikan pernyataan terbuka
semakin memberikan adrenalin tempur bagi Kemhan dan TNI
untuk melayani tantangan itu.
Ketidakpintaran Menhan Malaysia yang memberikan pernyataan
obral itu semakin menjelaskan kepada kita bahwa ada sebuah
tetangga yang memang hobbynya selalu pamer. Semua jenis
alutsista dan jumlahnya dipublikasikan terang benderang melalui
release resmi, padahal seharusnya terutama jumlah dan lokasi
arsenal tidak untuk konsumsi publik alias tak perlu diumbar
telanjang. Bandingkan dengan Singapura, tak perlu umbar
pernyataan, biarkan publik luar tahu dengan sendirinya tanpa
harus membantah atau mengiyakan. Diam tapi mengesankan
tidak untuk menantang namun jangan pandang remeh.
TNI tidak berpangku tangan menghadapi manuver Malaysia.
Pangkalan AL dan AU di Tarakan yang paling dekat dengan
Ambalat sudah ditingkatkan kapabliltasnya. Lanud Tarakan sudah
disiapkan untuk rumah inap bagi 6 F16 dan 4 Super Tucano.
Berau atau Tanjung Redeb disiapkan untuk pangkalan 1
skuadron helikopter tempur. Sangatta bahkan disiapkan sebagai
pangkalan induk dan aju TNI, mampu menampung 100.000
pasukan TNI untuk berjibaku menghadapi pasukan Malaysia.
Manado, Palu, Gorontalo, Makassar dan Balikpapan disiapkan
sebagai pangkalan pendukung. Bahkan di Gorontalo sudah
tersedia 1 brigade pasukan Kostrad yang ready for war. Arsenal-
arsenal baru sudah, sedang dan akan berdatangan lebih deras
lagi.
Matra laut dengan KCR, PKR, Kapal Selam beserta rudal dan
torpedonya, Heli tempur AKS (anti kapal selam) dan AKP (anti
kapal permukaan). Persenjataan Marinir berupa BTR-90, BMP3F,
RM Grad, Rudal QW3, Howitzer, Roket sudah mengisi arsenal
kesatrian. Matra udara dengan Sukhoi, F16, F5E, Hawk, T-50,
Super Tucano, rudal jarak sedang surface to air. Matra darat
dengan pembentukan Kodam baru di Kalbar, pembentukan
batalyon-batalyon baru, rematerialisasi alutsista armed dan
kavaleri, produksi masal roket Rhan, penempatan rudal strategis
Lapan-Pindad, memperbesar skuadron Penerbad, pembentukan
divisi lintas udara Kostrad dan lain-lain.
Khusus untuk kapal selam, TNI AL mempersiapkan 5 kapal selam
baru untuk menambah 2 kapal selam kelas Cakra yang ada saat
ini. KRI Nanggala yang dioverhaul di Korsel diperkirakan selesai
akhir Juli 2011. Dalam renstra TNI target kapal selam yang harus
dipunyai angkatan laut kita berkisar 14-16 unit dari berbagai
tipe. Untuk saat ini memang baru tersedia 2 kapal selam namun
pengalaman mengoperasikan kapal selam sampai 12 biji di masa
lalu merupakan prestasi tersendiri yang memberikan semangat
tempur bernyali tinggi, tabah sampai akhir.
Dalam kondisi terburuk jika Malaysia mau buka front atau
mengganggu status quo Ambalat, armada TNI AL tidak akan
tinggal diam dan akan membuka 3 front sekaligus yaitu Ambalat,
Natuna dan Penang, sementara TNI AD membuka front Sarawak
sebagai pre emptive strike. Di Sumatera Utara dan Aceh sudah
disiapkan 1 brigade Marinir yang siap didaratkan di Penang
dalam serangan amphibi. Penang harus “diganggu” untuk
memecah konsentrasi pasukan Malaysia. Natuna dipersiapkan
untuk memblokade logistik militer ke Malaysia Timur dan ini
tugasnya Armada Barat TNI yang berkekuatan 56 KRI. Sementara
satuan kapal cepat rudal berkekuatan 18 KRI akan bermanuver di
selat Malaka bersama pendaratan Marinir di Penang. Ambalat
sendiri akan dipertahankan oleh Armada Timur yang berkekuatan
72 KRI. Marinir akan didaratkan di Sebatik danTawao bersama
penerjunan PPRC yang lain.
Konflik terbuka bisa saja terjadi setiap saat namun dalam dua
sampai tiga tahun kedepan diperkirakan tidak akan terjadi,
kalaupun terjadi hanya berskala kecil. Jika konflik terjadi setelah
tahun 2014 dipastikan TNI akan memiliki keunggulan di segala
matra. TNI AU sudah punya 2 skuadron Sukhoi, 3 Skuadron F16,
1 Skuadron T-50, 2 Skuadron Hawk 200, 1 Skuadron Super
Tucano, 1 Skuadron F5E dan arsenal pendukung lainnya termasuk
rudal jarak sedang, pesawat intai strategis dan pesawat angkut.
TNI AL sudah punya minimal 5 kapal selam, 15 Fregat, 25 Korvet,
100 KCR, 6 LPD, 2 LHD dan 30an kapal pendukung. TNI AD sudah
menggelar rudal strategis Lapan-Pindad, Heli tempur Mi35, Mi17,
Bell 412EP, Tank IFV, Tank Scorpion / Stormer, AMX 13, Panser
Canon, Howitzer, Rudal anti tank, Roket, Batalyon Infantri
Mekanis, Batalyon Rudal dan lain-lain.
Tantangan Teluk Sepanggar dijawab dengan persiapan melayani
tantangan tempur. TNI sudah dan sedang mempersiapkan itu.
Pemerintah pun sejak tahun 2010 mengucurkan anggaran beli
alutsista dalam jumlah besar termasuk menghidupkan kembali
industri hankam strategis dalam negeri. Seluruh galangan kapal
dalam negeri dioptimalkan untuk membangun puluhan kapal
perang. PT PAL sudah bekerjasama membuat PKR dan
mempersiapkan kerjasama buat kapal selam baru. Pindad
memproduksi masal Panser Anoa dan Canon sementara PT DI
kerjasama pembuatan peswat tempur KFX dengan Korsel.
Pesan untuk rumah sebelah adalah, jangan coba menantang
kekuatan militer Indonesia karena TNI bersama seluruh
komponen anak bangsa akan bersinergi lahir bathin untuk
melakukan counter attack yang dahsyat dan tak diperhitungkan
sebelumnya. Jangan coba memancing adrenalin tempur TNI dan
spirit nasionalis bangsa Indonesia karena jika itu terjadi
Semenanjung akan luluh lantak dilumat, mau.
*****
Jagvane / 30 Mei 2011
sumber analisisalutsista