Pages

Tuesday, May 1, 2012

AS Diam-diam Kerahkan Jet Tempur F-22 ke Uni Emirat Arab

F-22 Raptor 

F-22 Raptor


Selasa, 01/05/2012 10:49 WIB 
Washington, Amerika Serikat diam-diam telah mengerahkan jet-jet tempur canggih F-22 ke Uni Emirat Arab di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan negara tetangganya yang pro-AS itu.

Hal tersebut disampaikan pejabat-pejabat AS yang minta dirahasiakan identitasnya seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/5/2012). Namun mereka tidak bersedia menyebutkan berapa banyak jet tempur F-22 yang telah dan akan dikirimkan ke pangkalan udara Al-Dhafra di Uni Emirat Arab.

Pejabat-pejabat militer AS cenderung enggan membicarakan secara terbuka mengenai detail operasi di pangkalan udara AS tersebut.

Namun juru bicara Angkatan Udara AS, Mayor Mary Danner-Jones membenarkan bahwa sejumlah F-22 Raptor, pesawat tempur paling canggih yang dimiliki AS, telah dikerahkan ke wilayah tersebut. Namun dia tidak menyebutkan soal pangkalan AS di Uni Emirat Arab ataupun soal Iran.

"Angkatan Udara AS telah mengerahkan F-22 ke Asia Barat daya. Pengerahan tersebut memperkuat hubungan militer ke militer, meningkatkan keamanan dan kedaulatan wilayah, memperbaiki operasi udara taktis terpadu dan meningkatkan interoperabilitas pasukan, peralatan dan prosedur," kata Danner-Jones.

Juru bicara Pentagon Kapten John Kirby mengatakan kepada para wartawan, langkah tersebut merupakan pengerahan yang sangat normal sejalan dengan penyesuaian pasukan AS di wilayah tersebut, menyusul penarikan pasukan AS dari Irak.

Ketegangan antara Iran dan Uni Emirat Arab belakangan ini kian memanas terkait perebutan tiga pulau di Teluk. Pemerintah AS telah menyuarakan dukungan kepada pemerintah Uni Emirat Arab atas perseteruan tersebut.

sumber : detik

Monday, April 30, 2012

Mahasiswa USU Kembangkan Mobil Hemat Energi

Mahasiswa USU Kembangkan Mobil Hemat Energi
(Ant/Irsan Mulyadi/Koz/Spt). Puluhan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melihat uji jalan Mobil Mesin USU ketika peluncuran di Medan, Sumut, Senin.
Mobil karya 14 mahasiswa Teknik Mesin USU tersebut, akan mengikuti Shell Eco-Marathon di Sepang, Malaysia pada Juli 2012. Keunggulan mobil karya mahasiswa USU ini ialah hemat energi dan ramah lingkungan.
Medan, (Analisa). Mahasiswa Universitas Sumatera Utara mengembangkan mobil hemat energi dan ramah lingkungan yang diberi nama "Mesin USU" hasil karya 14 mahasiswa Fakultas Teknik perguruan tinggi negeri itu.
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Syahril Pasaribu di Medan Senin (30/4) mengatakan, mobil hemat energi "Mesin USU" akan diikutkan pada lomba Shell Eco Marathon (SEM) Asia pada Juli 2012 di Sirkuit Sepang, Malaysia yang juga diikuti 145 tim dari 17 negara.

Selain USU, dalam lomba tersebut Indonesia juga akan diwakili oleh 17 tim lain yakni empat tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), tiga tim dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), dua tim dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Kemudian tiga tim dari Universitas Indonesia (UI), satu tim Politeknik Negeri Jakarta, dua tim dari Politeknik Negeri Pontianak (Polnep), satu tim universitas Gadjah Mada (UGM), dan satu tim dari Politeknik Manufaktur Negeri (Polman) Bandung.

USU sendiri mengirimkan satu tim yang diberi nama tim "Horas". Ke-14 mahasiswa yang akan mengikuti lomba itu juga diharapkan dapat membawa semangat yang dapat mewakili semua warga Sumatera Utara.

Manager tim Horas, Munawir R Siregar mengatakan masih ada beberapa bulan lagi untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada kendaraan tersebut, terutama dalam hal mengurangi bobot mobil.

Mereka menargetkan bahan bakar sebesar 200/km/liter untuk mobil Mesin USU yang diciptakan itu.

Pemenang Shell-Eco Marathon adalah kendaraan yang dapat bergerak jarak terjauh dengan menggunakan bahan bakar atau energi paling sedikit. (Ant)

sumber ANALISA

U.S. Deploys F-22 Stealth Jets in Southwest Asia


F-22 Raptor
MOSCOW, April 29 (RIA Novosti)

The U.S. Air Force has deployed its fifth-generation stealth fighters, F-22 Raptor, in Southwest Asia, the Washington Post newspaper said, citing an Air Force spokesman.
The paper quoted An Air Force spokesman, Capt. Phil Ventura, as saying that the deployment was “regularly scheduled” and was directed at improving “tactical interoperability.”
The number of F-22s, as well as the location of their base, was not disclosed “to protect operational security,” Washington Post said.
The deployment comes as the Iran Six, which includes the United States and Russia, is preparing for talks with Iran on its controversial nuclear program.
Aviation Week, which was the first to report the deployment of the fighters earlier this week, quoted industry sources as saying the planes would operate out of Al Dhafra Air Base in the United Arab Emirates, which has a border with Iran. There was no official confirmation of the information, however.
F-22 is a single-seat, twin-engine fifth-generation fighter aircraft that uses stealth technology. It has never been combat-proven.
The $150-mln plane entered service with the USAF in 2005. Over 160 F-22s have been built by Lockheed Martin with projected goal of 187 aircraft. The export sale of the F-22 is prohibited by U.S. federal law.
The USAF already lost two F-22s - during takeoff at Nellis Air Force Base in December 2004 and during a test flight near Edwards Air Force Base in March 2009.

sumber RIA NOVOSTI

Komisi I Dukung Rencana TNI AD Beli Tank Leopard


28 April 2012


Tank Leopard 2A6 (image : Militaryphotos)
Senayan - Komisi I DPR RI sepakat untuk mendukung rencana TNI AD membeli tank Leopard produksi Jerman. Sebelumnya banyak anggota Komisi Pertahanan yang menolak rencana pembelian tank bekas pakai Belanda ini. Mereka menolak karena perangkat perang ini tak sesuai dengan kondisi geografi Indonesia dan alih teknologinya sulit direalisasikan oleh produsen.

Komisi I akan mengiyakan secara resmi rencana TNI AD ini dengan catatan, sepanjang tidak ada upaya politisasi dari pihak mana pun. Selain itu, pembelian tank tersebut harus dilakukan langsung ke produsen di Jerman.

"Dengan demikian, memungkinkan adanya alih teknologi dan kerja sama pemeliharaan antara produsen dan PT Pindad," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com, Jumat (27/4).

Menurut Mahfudz, pembelian langsung ke produsen tank Leopard di Jerman akan memungkinkan modifikasi sesuai kebutuhan Indonesia dan lebih efisien harganya.

Meskipun hampir semua anggotanya menyatakan dukungan, hingga kini Komisi DPR belum mengeluarkan keputusan resmi guna menyetujui rencana ini. Keputusan resmi akan dikeluarkan setelah anggaran untuk meng-goal-kan rencana ini dianggap sesuai. "Ya, Komisi I memang belum memutuskan persetujuan anggaran untuk pengadaan tank tersebut," ujar Wasekjen DPP PKS ini


(Jurnal Parlemen)

Thailand-China to Jointly Develop MLRS with a Guidance System





In an earlier joint deal, Thailand and China developed the DTI-1 system, DTI-1G [Guided]" will be more accurate and have a greater range than existing systems (photo : MThaiNews)
Top brass China visit secures joint missile deal
BEIJING : Thailand and China have agreed to jointly develop multiple rocket l$unchers with a guidance system as part of a move to strengthen military ties.
The two sides reached the agreement during a visit to China by the Thai military top brass in what was described by Defence Minister Sukumpol Suwanatat as a call by "the whole family" to China which is "our close relative".
It is the first time in 15 years that a defence minister has led all key military leaders ranging from the defence permanent secretary, supreme commander and armed forces chiefs to meet Chinese senior military officers, led by National Defence Minister Gen Liang Guanglie.
Under the new agreement, the Thai Defence Technology Institute will work with China to develop new multiple rocket launchers called "DTI-1G [Guided]" which will be more accurate and have a greater range than existing systems, said ACM Sukumpol after the meeting.
Multiple rocket launchers are known for their devastating capabilities and ability to deliver a large amount of ordinance simultaneously, but are not recognised for precision because they are not usually equipped with a guidance system.
In an earlier joint deal, Thailand and China developed the DTI-1 system, which had a range of between 60 and 180km, but it lacked accuracy.
The new DTI-1G project will last three years and will be funded under a 1.5-billion-baht budget, ACM Sukumpol said.
Gen Liang also told the delegation that if Thailand wants to buy weapons from China, it will be willing to sell them at "friendly prices", ACM Sukumpol quoted Gen Liang as saying."The price of Chinese weaponry has increased greatly recently. Arms are not as cheap as before so we will have to consider this carefully," ACM Sukumpol said.
As well as technological cooperation, the Thai and Chinese defence ministries have also agreed to hold a joint military exercise involving their air forces for the first time.
"We will need to discuss more details of this because Thailand and China have different military doctrines in the aviation area," ACM Sukumpol said.
So far the two countries have held joint military drills involving the army's special warfare units and the navy's marine corps.
(Bangkok Post)

Komisi I DPR Jajaki Pembelian Leopard di Jerman



Leopard 2A4M. (Foto: Photo Credit: Master Corporal Holly Cowan)

29 April 2012, Bonn: Pada tanggal 22-26 April 2012, Komisi I DPR RI telah melakukan kunjungan kerja ke Jerman. Kunjungan kerja ini selain dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap eksekutif, juga guna menjajaki ke arah upaya pembentukan kemitraan antar Parlemen Indonesia dan Jerman. Delegasi Komisi I DPR RI dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi I, Hayono Isman dan 12 orang anggota delegasi yang terdiri dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. ​

Selama berada di Jerman, Delegasi Komisi I DPR RI mengunjungi perusahaan Krauss-Maffei-Wegmann GmbH & Co. KG (KMW), mengadakan pertemuan dengan Komisi Luar Negeri dan Komisi Pertahanan, Parlemen Jerman (Bundestag), pertemuan dengan Kementerian Ekonomi dan Teknologi serta Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain melakukan pertemuan dengan mitra Jerman, Delegasi Komisi I DPR RI juga mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan seluruh Perwakilan RI di Jerman (KBRI Berlin, KJRI Frankfurt dan KJRI Hamburg), serta mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat Indonesia di Berlin dan sekitarnya.

Dalam konteks hubungan bilateral, kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jerman kali ini penting karena tahun ini adalah peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jerman. Kedua negara sepakat untuk membentuk suatu Kemitraan yang mencakup berbagai bidang kerja sama, termasuk kemitraan antar Parlemen kedua negara."Menurut rencana dokumen Kemitraan ini akan diluncurkan saat kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Indonesia, pertengahan tahun 2012“ demikian disampaikan Dr. Eddy Pratomo, Dubes RI di Berlin.

"Delegasi Komisi I DPR RI juga mendukung upaya peremajaan alutsista Indonesia melalui pertemuan dengan produsen tank Leopard dan memberikan penjelasan tentang perkembangan demokrasi di Indonesia dan reformasi TNI kepada parlemen dan kementerian Jerman yang berwenang mengeluarkan ijin ekspor alusista,“ demikian Dubes Eddy Pratomo menjelaskan.

Selama ini pihak Jerman dinilai menerapkan kebijakan restriktif terhadap ekspor alutsista ke Indonesia. Salah satu isu yang sering menjadi ganjalan adalah isu perlindungan HAM di Indonesia. "Penting bagi Indonesia untuk memberi penjelasan mengenai keberhasilan reformasi dan demokratisasi di Indonesia, serta kebutuhan Indonesia untuk menjaga keutuhan wilayahnya. Di pihak lain, selama ini telah terbukti bahwa Indonesia tidak memiliki ambisi menjadi regional superpower dan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan baik melalui forum ASEAN maupun forum-forum regional lainnya,“ lanjut Dubes Eddy Pratomo.

Di KMW, Delegasi Komisi I DPR RI berkesempatan mengadakan dialog dengan Frank Haun, Presiden dan CEO KMW. Pada kesempatan tersebut, Komisi I DPR RI membicarakan penjajakan pembelian tank Leopard dan perjanjian transfer of technology sebagai bagian dari kontrak pembelian tersebut.

Di Parlemen Jerman, Komisi I DPR RI mengadakan pertemuan dengan Juru Bicara Luar Negeri Fraksi CDU/CSU (koalisi partai berkuasa Jerman), Philipp Missfelder serta Ketua Komisi Pertahanan, Susanne Kastner. Selain menjelaskan mengenai perkembangan politik di Indonesia, Komisi I DPR RI juga bertukar pikiran mengenai reformasi angkatan bersenjata yang saat ini tengah dilakukan oleh kedua negara.

Selain itu, Delegasi Komisi I DPR RI juga menjajaki pembentukan Kemitraan antara kedua negara, melalui kerja sama yang lebih erat antara kedua Parlemen. Komisi I DPR RI juga mengundang anggota Parlemen Jerman untuk berkunjung ke Indonesia dan melihat langsung reformasi di Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Parlemen Jerman menyampaikan penghargaan atas upaya DPR RI untuk menjelaskan langsung perkembangan di Indonesia. Parlemen Jerman juga menyampaikan kekagumannya atas proses reformasi di Indonesia yang dinilai sangat berhasil. Mereka menganggap bahwa reformasi di Indonesia dapat menjadi model transformasi yang saat ini terjadi di Timur Tengah.

Dalam pertemuan di Kementerian Perekonomian dan Teknologi, secara khusus Delegasi Komisi I DPR RI bertemu dengan Hans-Joachim Otto, Parliamentary State Secretary, untuk meminta penjelasan tentang prosedur pemberian ijin ekspor alutsista, yang menjadi wewenang Kementerian tersebut.

Menanggapi penjelasan Komisi I DPR RI, pihak Jerman menyampaikan bahwa Jerman tidak melihat adanya masalah ekspor alutsista ke Indonesia. Jerman bahkan akan meningkatkan kerja sama ekonomi dan industri strategis kedua negara, sebagai salah satu bentuk Kemitraan kedua negara.

Di Kementerian Luar Negeri, Delegasi Komisi I DPR RI mengadakan pertemuan dengan Cornelia Pieper, State Secretary Kemlu. Delegasi Komisi I DPR RI menyampaikan penghargaan atas kebijakan Jerman untuk mempermudah aplikasi visa bagi WNI yang akan berkunjung ke Jerman.

Hal ini memperlihatkan secara konkrit kedekatan hubungan antara kedua negara. Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas mengenai kemungkinan pembuatan perjanjian bebas visa untuk paspor diplomatik dan dinas antara kedua negara.

Sumber: KBRI Bonn

Wednesday, April 25, 2012

Vietnam's Su-30MK2 Has a New Color Scheme



24 April 2012

Sukhoi Su-30MK2 #8573 delivered in December 2011 (photo : ttvnol, image : mars.slupsk)

One of the Su-30MK2 aircraft  that had been delivered by Russia to the Vietnam Air Force has a new color scheme.  The color not blue-dark blue as before, but the Su-30MK2 with number 8573 has green-brown color.


Vietnam has received the Russian-made Su-27 and Su-30 aircrafts. Based on 1995 contracts Vietnam has ordered seven Su-27SK (6001, 6002, 6003, 6004, 6005, 6006, 6007), and based on 1997 contracts Vietnam has ordered five Su-27UBK (8521, 8523, 8525, 8526, 8527), the contract was fulfilled.


Russia also has fulfilled the contract for orders in 2003 of four Su-30MK2 (8531, 8532, 8533, 8534), also for the order of eight Su-30MK2 in 2009 (8535, 8536, 8537, 8538, 8539, 8540, 8541, 8542).

In 2010, Vietnam has ordered 12 Su-30MK2, four Su-30MK2 (8544, 8548, 8551, 8555) were delivered in June 2011 and four Su-30MK2 (8573, 8577, 858X, 858X) were delivered in december 2011.

Vietnam will receive another four Su-30MK2 in 2012, but one aircraft crash while testing in february 2012.

(Defense Studies)

BERITA POLULER