Pages

Sunday, March 18, 2012

Assembly of First RAAF JSF Starts Soon


18 Maret 2012

RAAF remained on track to receive its first two aircraft in 2014. (photo : JSF)

Australia's first Joint Strike Fighter (JSF) aircraft, the forerunner of as many as 100 advanced combat aircraft, is set to start down the production line in the next few weeks.

Air Vice Marshal Kym Osley, head of defence's new air combat capability program, rejected criticism of the JSF by organisations such as Air Power Australia (APA) on grounds they had not seen all the classified US data on the aircraft's performance.

He said the RAAF remained on track to receive its first two aircraft in 2014.

"Our first aircraft will start to be put together in the next few weeks," he told a parliamentary committee.

Australia is presently committed to buying 14 of the advanced Lockheed Martin F-35 JSF with two arriving in 2014 and the other 12 scheduled for delivery between 2015 and 2017.

A decision on the next tranche of 58 aircraft will likely be made next year. The RAAF is looking to achieve an initial operating capability (IOC) in 2018.

The JSF has faced steady criticism that it would be late, expensive and wouldn't deliver the promised level of capability.

In a committee hearing last month APA said JSF was totally outclassed by new Russian and Chinese aircraft and radar systems and was also more expensive than the much more capable F-22 Raptor.

Air Vice Marshal Osley said the APA analysis was flawed through incorrect assumptions and a lack of knowledge of the classified F-35 air combat performance information.

He said new aircraft such as the Russian PAK-FA or the Chinese J-20 showed that threats were becoming increasingly sophisticated.

"There is nothing new regarding development of these aircraft to change defence's assessment," he said.

"We have had Australian pilots flying high fidelity simulators and they have been very impressed with the combat capabilities of the aircraft."

Defence is set to present a report on JSF to the government by the end of the year. That will allow it to assess whether JSF delays will result in an air combat capability gap which could require an interim combat aircraft such as additional Boeing Super Hornets.

Air Vice Marshal Osley said he would be looking out for significant delays in software development milestones.

"Any indications that they are failing to achieve those will be a warning to us," he said.

As well, he said, they would be looking for any loss of capability in successive software builds.

"We have a very defined requirement for what is the minimum threshold capability we need for IOC and I will be watching to make sure that software does achieve that," he said.

PT Dahana (Persero) mengantongi 15 Paten Atas Penemuan Perangkat Maupun Sistem Produksi "Enerjikan Material"


 







BANDUNG - PT Dahana (Persero) mengantongi 15 paten atas penemuan perangkat maupun sistem produksi "enerjikan material" yang menjadi salah satu keunggulan perusahaan BUMN strategis itu.

"Hingga saat ini sudah ada 15 paten atas penemuan perangkat, mesin dan sistem produksi enerjikal material yang kami lakukan. Sejauh ini mendukung dan menjadi keunggulan Dahana," kata Kepala Litbang PT Dahana, Waspodo Kurniadi di Bandung, Minggu (18/3).

Menurut Waspodo paten itu diperoleh dari hasil pengembangan kreasi dan inovasi produk, terutama dalam mengembangkan mesin produksi yang memiliki kehandalan dan efektivitas dalam menghasilkan produk enerjikal material.

Peluang untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengembangkan inovasi industri yang memproduksi bahan peledak itu makin terbuka menyusul relokasi pabrik dari Tasikmalaya ke Subang yang luasnya mencapai 600 hektar.

"Inovasi perangkat dan sistem produksi itu memberikan nilai lebih bai Dahana. Pengembangan ke depan akan diperluas dengan membentuk Institute Explosive yang merupakan wadah berkumpulnya ahli dan tenaga yang bekecipung di sektor enerjikal material," kata Waspodo.

Sementara itu, pabrik baru di Subang akan menjadi pabrik enerjikal material terbesar di Asia Tenggara dan dipastikan bisa meningkatkan kapasitas produksi dan mengembangkan produk lainnya.

"Pembangunan pabrik baru itu sudah mencapai 90 persen, termasuk gedung Energical Material Center (EMC) yang akan menjadi pusat perkantoran PT Dahana di pabrik baru itu," katanya.

Pabrik yang didesain dengan "industri hijau" itu, nantinya akan terletak di kerimbunan pepohonan di lahan bekas perkebunan keret itu.

"Lokasi itu akan dibagi ke dalam dua ring yakni ring I untuk produksi dan ring II untuk perkantoran dan fasilitas lainnya non produksi," tambahnya.

Sumber : ANTARANEWS.COM

Saturday, March 17, 2012

TNI AL Terus Tambah Arsenalnya Untuk Mencapai MEF

JAKARTA- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
terus melakukan revitalisasi pada alat utama sistem
senjata untuk menjaga wilayah laut dari segala
ancaman karena peralatan yang ada sudah berusia di
atas 30 tahun yang fungsinya mulai berkurang.
"Secara kuantitas, alutsista TNI sebenarnya sudah
mencapai kekuatan pokok minimal (minimum essential
forces/MEF). Namun, karena usianya yang sudah tua,
fungsi alutsista TNI AL masih jauh dari MEF. Oleh
karena itu, saat ini kita sedang gencar mendatangkan
alutsista baru," kata Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Soeparno di Monumen KRI Harimau,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat.
Kasal Laksamana Soeparno mengatakan, selain
menambah alutsista baru, strategi TNI AL ke depan
adalah memelihara semua alutsista yang ada,
merevitalisasi kemampuan alutsista yang sudah lama,
merelokasi alih fungsi sesuai kebutuhan alutsista dan
menghapus alutsista yang sudah tua.
"Prioritas pengadaan alutsista kami adalah produk
dalam negeri," ujarnya.
Kekuatan alutsista TNI AL sendiri saat ini terdiri atas
kapal perang sebanyak 151 unit, pesawat sebanyak 54
unit, dan kendaraan tempur sebanyak 339 unit.
Sementara alutsista yang saat ini sedang dipesan
adalah tiga kapal selam diesel elektrik buatan Korea
Selatan. Pengadaan kapal selam ini diperkirakan akan
selesai pada 2015 dan 2016.
"TNI AL juga akan memesan kapal selam dari PT PAL,"
katanya.
Selain itu, lanjut Soeparno, TNI AL juga akan membeli
empat kapal perusak kawal rudal dari PT PAL. Pesanan
dari industri dalam negeri berikutnya adalah 16 kapal
cepat rudal (KCR) dengan panjang 40 meter dan
empat unit kapal cepat rudal Trimaran.
"KCR 40 meter diperkirakan akan selesai akhir 2014,"
ujarnya.
TNI AL juga telah memesan 15 kapal cepat rudal
dengan panjang 60 meter, dua kapal survei, kapal latih
pengganti KRI Dewaruci yang diharapkan tiba sebelum
5 Oktober 2014 dan 12 kapal angkut tank (LST).
Tak hanya itu, TNI AL juga memesan 11 helikopter
antikapal selam, enam helikopter antikapal
permukaan, helikopter angkut dan 54 tank amfibi.
Bahkan, TNI AL juga akan mendapat hibah kendaraan
angkut personil (Armor Personel Carrier/APC) 10 unit
dari Korea Selatan.
"Kita berharap ada tambahan hibah sebanyak 25
unit," katanya seraya menambahkan TNI AL juga akan
mengajukan pengadaan tiga kapal "multi role light
frigates" dari Inggris. (ant/hrb)
(Investor Daily )

Mantan Panglima MBT Tidak cocok U wilayah Indinesia

Jurnas.com | PENGEMBANGAN industri strategis
dalam negeri penting dilakukan. Hal ini untuk
menghindari pengalaman buruk masa lalu, yakni
ancaman embargo.
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono
Sutarto berharap konsep mengutamakan alutsista
produksi dari dalam negeri mestinya dilaksanakan
dengan konsisten.
Dalam pengadaan tank, misalnya, bisa
dioptimlakan kerja sama dengan PT Pindad.
“Mestinya bisa dikerjasamakan dengan PT Pindad
untuk pengadaan tank,” kata Endriartono Sutarto,
di Jakarta, Jumat.
Lulusan Akmil 1971 itu mengusulkan agar
pemerintah mengembang pengembangan tank
ANOA buatan PT Pindad.
Jika bisa memroduksi tank, kata Endri, tidak perlu
membeli Main Battle Tank (MBT) Leopard dari
Jerman. Sebab penggunaan tank Leopard di
Indonesia tidak akan efektif karena kondisi geografi
yang banyak rawa dan hutan.
Endriartono juga mengusulkan kepada pemerintah
untuk mendukung PT Dirgantara Indonesia untuk
pembuatan roket. “Meskipun roket buatan PTDI itu
jarak tempuhnya belum mencapai 300 km, ya
dipakai dulu disamping terus meningkatkan
kualitasnya,” kata mantan KSAD itu.
Sumber junas

Indonesia Perlu Membangun MDA

Jurnas.com | PERUBAHAN situasi global
menempatkan informasi sebagai senjata penting.
Indonesia disarankan mengikuti kondisi ini untuk
pengamanan wilayah lautnya.
Situasi hari ini tidak lagi berpijak pada seberapa
besar senjata yang dimiliki sebuah kapal perang,
melainkan ditentukan oleh seberapa banyak
informasi yang dipunyai. Pengamat militer
Universitas Indonesia Andi Widjajanto
mengungkapkan, saat ini Indonesia perlu
membangun Kewaspadaan Lingkungan Maritim
atau Maritime Domain Awareness (MDA).
“Seberapa besar kita membangun informasi untuk
intelijen, surveillance (pengawasan), pengamatan
dan penginderaan,” kata Andi di Jakarta, Sabtu
(17/3). Singapura dan Malaysia sudah lebih dulu
membangun sistem MDA. Andi menjelaskan,
Singapura bahkan memiliki pusat-pusat
penginderaan di Changi.
”Agar tidak tertinggal dalam jejaring informasi
intelijen, Indonesia harus segera membangun
MDA secara serius,” katanya. Dengan MDA,
jaminan keselamatan maritim tidak lagi diukur
dalam skala nasional, tapi dalam ukuran global.
Salah satu bentuk pengumpulan informasi dari
sistem MDA adalah dengan menerapkan sistem
identifikasi pada kapal-kapal niaga. Sistem ini akan
melaporkan kondisi di sekitar kapal tersebut
kepada pusat kendali yang sekaligus menjadi bank
informasi dan menjadi modal dalam pengamanan
dan penegakan hukum di laut.

SUMBER JURNAS

Thursday, March 15, 2012

INDONESIA BUTUH KAPAL INDUK

Royal Navy Keeps Watch On Russian Aircraft Carrier

Medan,16 Maret 2012
Kalau dilihat dari luas wilayah perairan RI yang sangat  luas dan banyaknya ancaman , kita perlu armada laut dan udara yang tangguh untuk mengamankan dan mengawal negeri ini.

Kalau kita kembali menilik sejarah di era tahun 60 an militer kita di segani dunia , kenapa karena armada laut dan udaranya kuat, yang menjadi perhatian saat itu kita punya Kapal Perang jelajah KRI Irian dan kita punya pesawat pembon TU 16 badger.  Sampai sampai kita berhasil merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda ke tangan pangkuan ibu pertiwi ini.

Nah diera modernisasi sekarang dan Indonesia sedang memodernisasi militernya yang tertuang dalam renstra TNI 2010-2014 tujuannya untuk mencapai Minimum Essencial Force (MEF), wajar kita sudah ketinggalan selama 20 tahun, baik AD , AL dan AU semua dimodernisasi . di matra laut  Sepertinya kita masih membutuhkan armada yang lebih banyak seperti KS, Konvert, freegart, Destroyar dan KCR, Lantas gimana dengan kapal induk?  

Kalau menurut pendapat saya TNI AL perlu adanya Kapal Induk , kenapa ? yang pertama efek deterance , kedua bisa memobilisasi 3 matra sekaligus.  Kalau kita punya kapal induk jangan ditafsirkan untuk menginvasi, kan bisa untuk operasi non militer/ non perang, memang doktrin pertahanan kita defensive , saya kira jadi masalah dan tidak melanggar doktrin selama kita mau beritikad baik dan tidak menginvasi suatu negara, dan kita menginvasi itu tidak ada kamusnya, karena sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945 " Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." artinya kita menentang invasi/menjajah.

Memang untuk saat ini kita masih perlu kapal perang (Fregart,Konvert,Destroyer,KCR) dan Kapal Selam dan kita pun jangan pesimis  bercita cita untuk mempunyai kapal induk. Jadi sangat sulit untuk mengatakan kita belum butuh kapal induk, karena tantangan dan ancaman kedepan makin komplek yang ditinjau dari luas wilayah perairan kita, setidaknya kita sudah punya konsep untuk membangun Kapal Induk (aircraft carrier).

By Indra Wijaya
Indonesia Defence 2012

KERJASAMA INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA DAN BRASIL

Cetak
Jakarta, DMC – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI , Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (15/3) menerima kunjungan Duta Besar  Brasil untuk Indonesia, Paulo Alberto da Silveira Soares, di Kantor Kemhan, Jakarta.
Saat menerima kunjungan Dubes Brasil tersebut, Wamenhan didampingi Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso, Kapusada Baranahan Kemhan, Marsma TNI Asep Sumaruddin dan Kapuskom Publik Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin.
Pada kesempatan pertemuan itu Dubes Brasil dan Wamenhan membahas peluang peningkatan kerjasama pertahanan khususnya di bidang industri Alutsista. Dubes BaVil mengatakan, maksud kunjungannya kali ini bukan hanya mengarah kepada penawaran produk alutsista terbaru kedirgantaraan ataupun juga kapal perang.
Akan tetapi Pemerintah Brasil juga mengharapkan adanya peningkatan kerjasama industri  melalui produksi bersama pembangunan pesawat terbang dan kapal perang antara industri pertahanan laut dan udara kedua negaRa.
Wamenhan sangat menyambut baik penawaran pemerintah Brasil dalam hal kerjasama industri pertahanan ini. Khusus terkait industri kedirgantaraan, Wamenhan menjelaskan saat ini Pemerintah Indonesia telah memesan pesawat Sebanyak 16 unit pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Industri Embraer Defense System, Brasil.
Wamenhan menambahkan meski telah memesan pesawat-pesawat tersebut, pemerintah Indonesia masih tetap ingin mengembangkan, bukan hanya sebagai user. Namun bisa membuka peluang untuk menjadi distributor produk pesawat ini di wilayah Asia.
Sehubungan dengan itu, Wamenhan mengharapkan jika peluang kerjasama terlebih lagi dalam hal produksi bersama pembangunan alutsista kedirgantaraan antara industri pertahanan dalam negeri PT. Dirgantara Indonesia dengan Industri Embraer Defense System, Brasil dapat diwujudkan. Diharapkan akhir  tahun 2012 kedua negara dapat mewujudkan peluang peningkatan kerjasama industri pertahanan udara. 

sumber : DMC

BERITA POLULER