Pages

Tuesday, March 6, 2012

Russia Close to Sign Su-35 Fighter Deal With China


Sukhoi Su-35 multirole fighter
07:23 06/03/2012
MOSCOW, March 6 (RIA Novosti)
Russia and China may soon sign a $4-bln contract on the delivery of 48 Sukhoi Su-35 Flanker-E fighter jets to the Chinese air force, Russia’s Kommersant business daily said on Tuesday.
“The sides have practically agreed on the delivery of 48 Su-35 multirole fighters, worth $4 billion, to China,” Kommersant said citing a source in the Russian defense industry.
According to the paper, the only obstacle remaining is Moscow’s demand that Beijing should guarantee the protection of copyrights on the production of Su-35s without proper licensing.
“Moscow is not only aiming to ensure its presence on the Chinese [combat aircraft] market, but also attempting to prevent the potential copycat production of Russian aircraft for subsequent sales to third parties with predatory pricing,” a Russian government source told Kommesant.
China has a record of building advanced combat aircraft based on Russian and other foreign designs, and relied almost entirely on copies of Soviet designs until the Sino-Soviet split in 1960.
The Chinese Chengdu J-10 fighter is based heavily on the cancelled Israeli Lavi fighter demonstrator, the Shenyang J-11 is a replica of the Su-30 Flanker-C, and the Chinese/Pakistani Chengdu FC-1 iuses Russian engines and other technology from the MiG-29. The J-15 is a Chinese-built derivate of the Sukhoi T-10K-3, a carrier-borne fighter prototype which China acquired from Ukraine.
The Su-35, powered by two 117S engines with thrust vectoring, combines high maneuverability and the capability to effectively engage several air targets simultaneously using both guided and unguided missiles and weapon systems.
The aircraft has been touted as "4++ generation using fifth-generation technology."

sumber : RIA NOVOSTI

Kemenhan Gandeng Korsel Bangun Pesawat Tempur Generasi 4,5 Smi Stealth (Siluman)

Pesawat tempur KFX/IFX

Rabu, 07 Maret 2012 07:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam mewujudkan kekuatan pokok minimun atau minimun essential force dalam alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bekerja sama dengan industri pertahanan dalam negeri. Selain itu, Kemenhan juga menggandeng industri pertahanan dari Korea Selatan (Korsel).

Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, perusahaan Korsel yang diajak kerja sama adalah dalam produksi bersama untuk menghasilkan pesawat tempur maupun kapal selam. Dia merujuk pada program pengembangan pesawat tempur masa depan yang diberi kode KF-X/IF-X (Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment) yang akan dibuat Korean Aerospace Industry, bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.

Belum lagi pengadaan tiga kapal selam yang dimenangkan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co, yang salah satunya dibuat di PT PAL. "Sebab dalam kontrak terdapat mekanisme transfer of technology. Ini yang kami kembangkan," terang Purnomo, kemarin.

KF-X/IF-X merupakan pesawat tempur generasi 4,5 yang mempunyai kemampuan diatas F-16 Blok 50 (pesawat tempur generasi 4) tetapi dibawah F-35 (pesawat tempur generasi 5). Dibandingkan F-16, KF-X/IF-X diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionik yang lebih canggih serta kemampuan stealth (pesawat siluman).
sumber : REPUBLIKA

Ditolak Belanda, Kemenhan Incar Jerman Beli Leopard

Ditolak Belanda, Kemenhan Incar Jerman Beli Leopard
Tank Leopard
Selasa, 06 Maret 2012 15:38 WIB
 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsuddin membeberkan alasan kunjungannya ke Jerman dan Prancis pada pekan lalu. Dikatakannya, kunjungan itu terkait dengan komitmen defence cooperation dan modernisasi alutsista militer. Untuk kunjungan di Jerman, katanya, Indonesia memiliki komitmen untuk bersama-sama mendukung modernisasi peralatan TNI. Salah satunya, rencana pembelian main battle tank/MBT alias tank tempur utama Leoprad 26A.

Diterangkan Sjafrie, Jerman merupakan produsen dan pengguna Leopard dan di sana terdapat 15 batalian Tank Leopard. Pihaknya bersama petinggi Mabes TNI AD mengadakan observasi untuk mengetahui keunggulan, baik secara teknis maupun taktik.  ”Ternyata Leopard itu cukup sederhana cara perawatan dan penggunaannya,” katanya di Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Selasa (6/3).

Sjafrie menekankan, proses pembelian MBT di Jerman merupakan salah satu opsi yang sedang dikaji. Dijelaskannya, Jerman mengusulkan adanya kerjasama modernisasi ini secara government to government (G to G). Artinya kaitan pembelian Leoprad tidak hanya membeli peralatannya, namun juga sistemnya. Sistem yang dimaksud, imbuhnya, pemeliharaan sampai bagaimana persiapan amunisinya.

Disebutkannya, jika proses dalam negeri telah selesai baik secara adminsitrasi maupun politik selesai maka segera pemerintah Jerman akan mendukung pengadaan MBT kepada Indonesia. “Ini yang sementara kita jajaki,” ujar Sjafrie.

Dia menjelaskan, mengapa Kemenhan beralih ke Jerman, bukan lagi ke Belanda. Menurut Sjafrie, Jerman merupakan negara original country alias produsen Leoprad. Sehingga meski Indonesia membeli peralatan Leoprad dari negara manapun maka harus tetap menggunakan ijin penjualan dari Jerman. Opsi itu, paparnya, lantaran melihat proses pembelian darimana yang lebih mudah, lancar, dan efisien.

SUMBER : REPUBLIKA

RUDAL C-705 DIPRODUKSI DI INDONESIA



VIVAnews -- Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan, Indonesia menganut prinsip kebijakan yang sifatnya bebas dan aktif. Termasuk bidang kemiliteran, kita tak tergantung pada salah satu negara atau kepentingan.

Alat utama sistem senjata (alutsista) TNI berasal dari berbagai negara, misalnya, F-16 dan helikopter Apache dari Amerika Serikat, dan pesawat Sukhoi dari Rusia. Pemerintah juga menggandeng China untuk bekerja sama mempersenjatai militer Indonesia dengan peluru kendali.

"Sekarang sedang dibicarakan untuk membangun pabrik peluru kendali di Indonesia yaitu C-705," kata Purnomo di Kementerian Pertahanan, Selasa 6 Maret 2012.

Purnomo menjelaskan, pihaknya juga akan menggenjot produksi alutsista dalam negeri. "Kalau tidak bisa, kita akan lakukan joint production, atau transfer teknologi," kata dia. Kerjasama soal itulah yang sedang dibicarakan dengan China.

Peluru kendali jenis C-705 memiliki jarak tembak sampai 140 kilometer. "Peluru kendali ini kalau kita bisa produksi dalam negeri, kita akan pasang di daerah perbatasan untuk pengamanan," kata dia.

Rudal C-705 akan melengkapi armada Kapal Cepat Rudal (KCR) milik TNI Angkatan Laut.Proses kerjasama produksi rudal ini dilakukan Kementrian Pertahanan RI dan Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705.
Mampu hancurkan kapal
Rudal C-705 kali pertama diperkenalkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow ke-7 tahun 2008.

Seperti dimuat Wikipedia, misil ini adalah pengembangan dari C-704, dan bentuknya lebih menyerupai miniatur C-602. Pengembangan rudal baru ini fokus ke tiga hal: elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu.

Pengembangnya mengklaim, desain modular dari mesin baru meningkatkan jangkauan rudal yang sebelumnya 75-80 km, menjadi sampai 170 kilometer.

C-705 dipersiapkan untuk mengkandaskan kapal perang lawan yang berbobot hingga 1.500 ton. Daya hancur yang dihasilkannya bisa mencapai 95,7%, ideal untuk menenggelamkan kapal.

Bobot hulu ledak: 110 kilogram

Daya jangkau: 75 km,  170 km dengan tambahan roket pendorong

Mesin: roket padat

Sistem pemandu: radar, TV, atau IR

Target: kapal dengan bobot samlat 1,500 ton

Platform peluncuran: pesawat, permukaan kapal, kendaraan darat

Daya hancur: 95,7 persen

Menhan : Tak ada mark up dalam pembelian enam Sukhoi itu


Jakarta -Kabar tak sedap berhembus terkait pengadaan enam pesawat Sukhoi Su-30 MK2 buatan Rusia yang akan melengkapi armada TNI Angkatan Udara.

Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin dan Indonesia Corruption Watch (ICW) mencurigai ada penggelembungan dengan nilai total Rp1.596 triliun. Sebab, diduga menggunakan mekanisme kredit eksport (KE). Ini diperkuat dengan adanya agen atau pihak ketika PT Trimarga Rekatama. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk mengusut kasus ini.

Terkait itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mempersilakah lembaga antikorupsi menyelidiki perkara itu. "Oh silakan, nggak ada masalah. Silakan diselidiki. Proses kami lewat berjenjang, no problem. Tapi tolong informasinya yang akurat," kata dia di Kementerian Pertahanan, Selasa 6 Maret 2012.

Purnomo kembali menegaskan, tak ada mark up dalam pembelian enam Sukhoi itu. "Yang kami lakukan, kami akan membangun skuardon Sukhoi yang jumlahnya 16. Kita punya 10 sekarang, jadi kurang enam," dia menambahakan.

Pembelian pertama, dia menceritakan, dilakukan pada 2007. "Tentu harganya berbeda. Tapi perbedaannya tidak banyak, karena perbedaan hanya untuk meng-cover inflasi. Tidak ada perbedaan yang besar dan signifikan sehingga itu di mark-up," kata dia.

Purnomo memperingatkan, semua pihak untuk berhati-hati melihat nilai kontrak. "Nilai kontrak kita di samping beli Sukhoi juga peralatan lain. Engine yang kita dapatkan 12. Jadi tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan Vietnam," tambah dia.

Pembelian Sukhoi, dia menambahkan, juga tak lepas dari pengawasan. "Kami juga punya dua organ yang mengawasi, pertama HLV (High Level Commite) yang ditunjuk presiden. Karena kita mendapat budget yang besar untuk 5 tahun ini. Kedua, Tim Konsultasi Pencegahan Penyimpangan pembelian produk-produk barang dan jasa pemerintah," kata dia.

Dijelaskannya, satu paket senilai US$470 juta digunakan untuk pembelian 6 Sukhoi, suku cadang satu paket, engine 12 unit, training 10 penerbang dan 35 teknisi.

Bagaimana dengan dugaan keterlibatan pihak ketiga, PT Trimarga Rekatama?

"Kontrak Sukhoi itu goverment to goverment. Rusia menunjuk Rosoboroneksport untuk melakukan kontrak kerjasama dengan kita. Kita tidak melihat ada agen atau perantara," kata Purnomo.

Kalaupun itu ada, bukan kita yang menunjuk tapi urusan mereka. "Saya tidak kenal perusahaan itu, dan saya tidak tahu perusahaan itu kaitannya dengan kita apa, di kontrak tidak ada," tambah dia.

Sementara soal kredit ekspor, Purnomo menjelaskan, itu bukan dalam rangka pengadaan Sukhoi, tapi untuk kapal selam. "Jadi tidak betul itu menggunakan kredit ekspor Rusia."

Sumber : VIVANEWS

Indonesia Pasar Potensial F-35



 
 jsf.mil Pesawat tempur generasi kelima F-35
SINGAPURA, KOMPAS.com — Kontraktor utama pembuat pesawat F-35 Lightning II, Lockheed Martin, melirik Indonesia sebagai salah satu negara pasar potensial untuk penjualan pesawat generasi kelima berteknologi stealth tersebut.

Demikian diungkapkan majalah pertahanan Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 22 Februari 2012. Direktur pencarian pelanggan internasional Lockheed Martin, Dave Scott, mengatakan, kepercayaan komunitas internasional terhadap pesawat yang dibuat dalam program Joint Strike Fighter (JSF) itu makin tumbuh setelah Jepang memutuskan membeli F-35 akhir tahun lalu.

Selain Jepang, negara yang dipandang sebagai calon pelanggan potensial pesawat berkemampuan mengelak dari deteksi radar itu adalah Korea Selatan, yang sudah mengajukan permohonan proposal penawaran, dan Singapura, yang menjadi salah satu partisipan kerja sama keamanan JSF.

Di luar kedua negara itu, Lockheed Martin melihat Indonesia dan Thailand juga menjadi pasar potensial. Kedua negara tersebut saat ini tengah mencari calon pengganti armada pesawat F-16 Fighting Falcon mereka yang sudah mulai tua.

"F-35 adalah pesawat pengganti untuk pesawat F-16, F-18, A-10, Mirage, dan pesawat jet tempur generasi keempat lainnya. Jadi, logis jika melihat ke semua basis pelanggan kami yang saat ini mengoperasikan pesawat (generasi) itu dan mengatakan mereka akan menjadi pelanggan potensial F-35," tutur Scott.

Program JSF saat ini masih menghadapi berbagai masalah teknis, penundaan produksi, dan pembengkakan biaya pengembangan, serta sudah mencatat rekor sebagai program pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon. Dalam kesepakatan dengan Jepang, satu unit pesawat ini dihargai tak kurang dari 120 juta dollar AS (Rp 1,1 triliun). 

sumber : Kompas

Monday, March 5, 2012

TNI akan Tempatkan Pesawat Tempur di Papua




5 Maret 2012, Timika: Markas Besar TNI Angkatan Udara merencanakan menempatkan sejumlah pesawat tempurnya di wilayah Papua.

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat kepada wartawan di Timika, Senin, mengatakan, rencana penempatan sejumlah pesawat tempur tersebut dalam rangka menjaga kedaulatan udara nasional.

"Kami ada rencana seperti itu ke depan. Sementara ini pesawat-pesawat yang ke Papua hanya untuk mengenal medan sekaligus melatih operasional suatu pangkalan," jelas KSAU Imam Sufaat usai meresmikan Satuan Radar 243 Timika.

Ia mengatakan, Bandara Mozes Kilangin Timika layak untuk didarati pesawat tempur. Namun pesawat tempur tidak bisa dioperasikan dari Pangkalan TNI AU Timika karena terkendala ketersediaan bahan bakar mengingat pesawat tempur setelah terbang 1,5 jam harus mengisi kembali bahan bakar.

"Ini yang menjadi kendala. Kami berharap Pertamina bisa masuk ke Timika sehingga nantinya pesawat tempur kita bisa dioperasikan dari Timika. Hal itu tidak berarti kondisi di Timika tidak aman, tetapi untuk penerbang sendiri harus tahu kondisi di suatu tempat," jelas orang nomor satu di jajaran TNI AU itu.

Sejauh ini baru tiga Bandara di Papua yang bisa didarati oleh armada pesawat tempur yaitu Biak, Jayapura dan Merauke.

Marsekal TNI Imam Sufaat pada Senin pagi meresmikan Satuan Radar 243 Timika yang berlokasi di Kampung Kamoro Jaya-SP1 Timika, Papua.

Bersamaan dengan itu, KASAU juga melantik Letkol Lek Sudirman sebagai Komandan Satuan Radar (Satrad) 243 Timika.

KSAU yang didampingi sejumlah perwira tinggi dari Mabes TNI AU tiba di Timika sejak Minggu (4/3) menggunakan pesawat Boeing TNI AU. Pada Minggu malam, KSAU dan rombongan menggelar tatap muka dengan jajaran Pemkab Mimika dan manajemen PT Freeport.

Setelah meresmikan Satuan Radar 243 Timika, KSAU bersama rombongan langsung kembali ke Jakarta.

Sumber: ANTARA News

BERITA POLULER