Pages

Saturday, February 25, 2012

BUMNIS Harus FokusPenuhi PesananKementrianPertahanan

JAKARTA - Menteri BUMN, Dahlan
Iskan, meminta BUMN Industri
Strategis (BUMNIS) agar fokus
memproduksi arsenal dan arsenal
pesanan Kementerian Pertahanan.
"BUMN Industri strategis seperti PT
PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT
Dahana, PT Pindad, termasuk PT
Industri Kapal Indonesia kita arahkan
agar fokus memenuhi permintaan
Kementerian Pertahanan," kata Iskan,
di Kantor Kementerian BUMN,
Jakarta, Kamis (23/2).
Menurut dia, dalam kondisi seperti
sekarang ini BUMNIS seharusnya
lebih mengutamakan kapal perang,
kapal angkutan militer atau produk
lain pesanan Kementerian
Pertahanan daripada memproduksi
kapal komersial.
"Jumlah kapal perang pesanan TNI/
Polri cukup banyak, jadi sebaiknya
produksi kapal niaga dihentikan
sementara agar dapat memenuhi
order tersebut," ujarnya.
Meski begitu mantan Direktur Utama
PT PLN tersebut tidak merinci jenis
kapal apa saja yang dipesan oleh
Kementerian Pertahanan.
Ia hanya menjelaskan, pemerintah
saat ini mengalokasikan dana APBN
yang cukup besar untuk membiayai
pengadaan alustista nasional.
Iskan mengakui kondisi keuangan
BUMNIS tersebut cukup
memprihatinkan karena dampak krisis
dan situasi ekonomi di masa lalu.
"Mereka sesungguhnya banyak
mendapat pesanan kapal dari luar
negeri, namun karena krisis
mengakibatkan perusahaan pemesan
kapal tidak mampu menebus kapal
ketika sudah selesai dikerjakan atau
dibangun," katanya.
Aktifitas pekerja di galangan kapal PT
PAL Indonesia
Menurut dia saat ini merupakan
momentum bagi perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi
terkait alutsista untuk bangkit
kembali.
PT Pal Indonesia yang selama ini
produksinya didominasi pesanan
kapal komersial, kini mau tidak mau
harus memproduksi pesanan
Kementerian Pertahanan yang
memang pendanaan dan ordernya
sudah jelas.
Menurut catatan, PT Pal dan PT
Dirgantara Indonesia memiliki sejarah
buruk dalam kinerja keuangannya
sehingga memaksa Kementerian
BUMN untuk melakukan
restrukturisasi terhadap perusahaan
itu dengan melakukan penyuntikan
dana.
Untuk itu tambah Dahlan, langkah
untuk memprioritaskan pemenuhan
permintaan TNI/Polri tersebut
merupakan yang terbaik.
"Yang penting saat ini perusahaan
hidup dulu dari order-order
Kementerian Pertahanan. Baru dua
tahun kemudian setelah kondisi
keuangan perusahaan stabil bisa
mengincar pesanan kapal komersial,"
katanya.
Sumber : ANTARANEWS.COM

Hercules Kembali dari AS Setelah Jalani Overhaul

Jurnas.com PESAWAT tempur Hercules milik
TNI AU kembali ke Indonesia setelah
menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul)
di Amerika Serikat. Serah terima pesawat ini
akan dilakukan di base ops Halim
Perdanakusuma.
“Siang ini akan dilakukan upacara
penyambutan,” kata Kepala Dinas
Penerangan TNI AU Marsekal Pertama
Azman Yunus saat dihubungi, Jumat (24/2).
Menurut Azman, Hercules yang mengalami
overhaul atas bantuan Amerika ini
dilakukan sejak setahun lalu.
Selain perbaikan, mulai body, structure
hingga persenjataan, pesawat ini juga di-up
grade kemampuannya. “Serah terima
dilakukan oleh dubes Amerika di Indonesia
dengan Wakil KSAU,” ujar Azman. Pesawat
ini diperbaiki di Oklahoma Amerika Serikat
untuk menjalani pemeliharaan berat dalam
Programmed Depot Maintenance di
hanggar perusahaan swasta ARINC, di
Oklahoma, Amerika Serikat.
Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki,
direncanakan dua unit Hercules lainnya
akan juga diperbaiki. Menurut Azman,
teknisi TNI AU sebenarnya punya
kemampuan memperbaiki pesawat tersebut.
Namun, kemampuan tidak didukung
fasilitas dan peralatan pendukung.
"Alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau
beli (alat-alatnya), lebih jauh dan lebih
mahal, lebih baik kita gunakan orang lain,"
katanya.
(Jurnal Nasional)

Pemerintah Berencana Membeli Korvet yang Ditolak Brunei

KDB Nakhoda Ragam, KDB
Bendhara Sakam dan KDB
Jerambak kapal korvet kelas
Nakhoda Ragam teronggok
selama 10 tahun setelah Brunei
Darussalam sebagai pemesan
batal mengoperasikan. Aljazair
diberitakan akan mengakuisisi
ketiga korvet, tetapi
membatalkan, lebih memilih
frigate kelas FREMM. Indonesia
sedang bernegosiasi untuk
membeli ketiga korvet ini. (Foto:
Flickr)
25 Februari 2012: Besarnya
wilayah laut Indonesia membuat
TNI Angkatan Laut (TNI AL) terus
berbenah diri dengan menambah
armada tempurnya. Salah
satunya adalah dengan membeli
kapal perang dari negara lain.
Tersiar kabar bahwasanya TNI AL
sedang mengincar kapal perang
Nakhoda Ragam Class, sebuah
kapal perang kelas corvete
buatan BAe System Marine,
Inggris, yang tidak jadi dibeli AL
Brunei Darussalam karena suatu
masalah.
Menanggapi kabar tersebut,
kepada itoday, pengamat
pertahanan Muradi mengatakan,
jika memang kapal yang akan
dibeli adalah kapal kelas patroli,
maka tidak akan menjadi
masalah. Tetapi jika yang dibeli
adalah kapal perang yang
berukuran besar, maka itu
menjadi masalah. Sebab
kebutuhannya berbeda dengan
apa yang dibutuhkan Indonesia.
Pembelian alat utama sistem
senjata memang bukan seperti
membeli kacang goreng, setiap
negara memiliki kebutuhan yang
berbeda. Oleh sebab itu,
walaupun kapal yang dibelui
sama kelasnya, tetapi masalah
“jeroan” kapal bisa berbeda.
Karena setiap negara memiliki
spesifikasi dan kebutuhan
menghadapi tantangan yang
berbeda.
“Perairan Brunei itu sangat
sempit. saking sempitnya,
perairan Brunei mungkin bisa
dikelilingi dengan kapal patroli
kecil dalam waktu tiga jam saja.
Bandingkan dengan perairan
Indonesia,” jelas Muradi.
KRI Diponegoro-365 satu dari
empat korvet kelas SIGMA.
Pemerintah pernah
mencanangkan kapal perang baru
TNI AL dirancang merujuk disain
SIGMA. (Foto: Damen)
Melihat adanya perbedaan yang
sangat signifikan itu, Muradi
menganggap, rencana pembelian
kapal perang buatan Inggris yang
tidak jadi dibeli Brunei, adalah
solusi instan untuk jangka pendek
saja, karena untuk mengakali
anggaran pertahanan Indonesia
yang terbilang kecil.
Dari informasi yang diterima
itoday, rencana pembelian kapal
perang Nakhoda Ragam Class ini
sudah mencapai 70 persen, sudah
mencapai tahapan MoU. Namun
TNI AL tetap membuka
kemungkinan untuk membeli
kapal perang lainnya untuk
memperkuat armada tempurnya.
Nakhoda Ragam Class sendiri
adalah kapal perang kelas corvete
buatan Inggris yang dibuat
berdasarkan seri F2000, yang
memiliki kecepatan maksimal 30
knot.
Kapal perang ini dilengkapi sensor
radar dan avionik buatan Thales,
dipersenjatai dengan satu
meriam 76 mm, dua meriam
penangkis serangan udara kaliber
30 mm, torpedo, Thales Sensors
Cutlass 22, rudal permukaan-
udara Seawolf, rudal Exocet
MM40 Block II dan dilengkapi
dengan hanggar yang mampu
menampung satu S-70 Seahawk.
Sumber: itoday

Versi Terbaru Tank Leopard 2A7+

25 Februari 2012, Jakarta: Perusahaan Krauss-Maffei
Wegmann (KMW) asal Muenchen, Jerman,
mengembangkan dan memproduksi tank Leopard seri
terbaru yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2010,
Leopard 2A7+. Tank ini setingkat lebih maju dan
canggih daripada Leopard 2A6 yang akan dibeli
pemerintah Indonesia dari Belanda.
Leopard 2A7+ adalah tank tempur utama berteknologi
canggih yang telah teruji dan digunakan Angkatan
Darat Jerman. Pada Juli 2011 pemerintah Jerman
melalui Dewan Keamanan Federal telah menyetujui
penjualan 200 unit Leopard 2A7+ ke pemerintah
Kerajaan Arab Saudi.
Manajer proyek Krauss-Maffei Wegmann, Kai Stollfuss,
mengatakan ada dua perbedaan utama antara tank
Leopard 2A7+ dibandingkan Leopard A6: sistem
periskop dan sistem komputernya yang jauh lebih
canggih. Leopard 2A7+ dapat digunakan di segala
medan pertempuran, mulai dari pegunungan,
perbukitan, perkotaan, hingga menyeberangi sungai.
"Sama seperti Leopard 2A6, Leopard 2A7+ cocok
digunakan di Indonesia. Tank ini terbukti andal
digunakan di Afganistan yang kondisi geografisnya
bergunung-gunung," ujar dia di sela pameran
kedirgantaraan dan teknologi pertahanan Singapore
Airshow, Jumat pekan lalu, 17 Februari 2012.
Leopard 2A6 dilengkapi dengan meriam L55, sebuah
mesin yang mampu mendeteksi ranjau dan sistem
pendingin udara. Sejak Maret 2001 Angkatan Darat
Jerman memperbarui tank Leopard 2A5 mereka
menjadi Leopard 2A6. Adapun tentara Kerajaan
Belanda memperbarui 180 unit tank Leopard 2A5
menjadi Leopard 2 A6, yang mulai beroperasi sejak
Februari 2003.
Leopard 2A7+ memiliki fasilitas yang lebih lengkap
daripada pendahulunya. Selain meriam Rheinmetall
L55 kaliber 120 mm dan mesin pendeteksi ranjau, tank
tempur yang dikembangkan untuk misi baru Angkatan
Darat Jerman ini dilengkapi dengan sistem yang
berfokus pada perlindungan 4 awaknya dari serangan
roket, ledakan ranjau, hingga lontaran granat.
Tank jenis ini juga dilengkapi peralatan untuk
membersihkan jalur dari ranjau, jebakan bom, atau
puing-puing yang dapat menghalangi pergerakan.
Sarana komunikasi eksternal yang lebih canggih juga
dipasang pada tank tempur ini. Tak hanya itu, Leopard
2A7+ juga dilengkapi dengan sensor panas di bagian
depan dan belakang serta peningkatan kemampuan
periskop untuk pengintaian jarak jauh.
Dengan berat 67,5 ton, panjang badan dan meriam
10,97 meter, lebar 4 meter, tinggi 2,64 meter, Leopard
2A7+ memiliki mesin berkekuatan 1.500 tenaga kuda
yang mampu dipacu hingga kecepatan 72 kilometer
per jam. Daerah jelajahnya mencapai 450 kilometer.
Tembakan meriamnya mampu menjangkau jarak
hingga 6 kilometer.
Stollfuss mengatakan Krauss-Maffei Wegmann adalah
satu-satunya perusahaan di Jerman yang
memproduksi tank seri Leopard. Perusahaan ini
awalnya mengembangkan Leopard 2 sebagai tank
tempur utama pada 1979, menggantikan Leopard 1
yang diproduksi 16 tahun sebelumnya. Leopard
dikembangkan menjadi beberapa seri hingga yang
terbaru adalah Leopard 2A7+.
Ada lebih dari 6.000 unit tank Leopard 1 yang diekspor
ke Belgia, Denmark, Kanada, Yunani, Italia, Belanda,
Norwegia, Australia, dan Turki. Sedangkan Leopard 2
digunakan militer Austria, Kanada, Denmark, Cile,
Finlandia, Yunani, Jerman, Belanda, Norwegia,
Portugal, Polandia, Singapura, Swiss, Turki, Swedia,
dan Spanyol. Jumlah Leopard 2 seluruhnya mencapai
lebih dari 3.200 unit.
Stollfuss tidak bersedia memberikan informasi harga
tank Leopard yang diproduksi Krauss-Maffei
Wegmann. Dia mengatakan hanya sebagai pihak yang
menyediakan tank sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan negara pembeli. Soal harga tank diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah Jerman. "Karena
pembelian tank ini harus G to G, dari pemerintah ke
pemerintah," kata dia.
Ditanya tentang rencana pemerintah Indonesia
membeli tank Leopard dari Belanda, Stollfuss
mengetahui dan mengikuti pemberitaannya. Dia pula
yang memberi tahu Tempo bahwa tank yang dipesan
pemerintah Indonesia adalah dari seri Leopard 2A6.
Namun dia enggan berkomentar tentang rencana
pembelian Leopard 2A6 oleh pemerintah Indonesia.
Belanda berencana menjual 100 unit tank Leopard 2A6
bekas. Pemerintah Indonesia harus merogoh kocek
sebanyak US$ 280 juta untuk mendapatkan seluruh
tank yang ditawarkan Belanda. Itu pun jika parlemen
kedua negara, yang selama ini getol menolak rencana
pembelian tersebut, berubah sikap dan
menyetujuinya.
Stollfuss mengatakan, kalaupun jadi membeli Leopard
2 A6 buatan Belanda, pemerintah Indonesia
disarankan memperbarui dan meningkatkan
kemampuannya menjadi tank seri terbaru, yakni
Leopard 2 A7+. Menurut dia, tank dengan kemampuan
lebih canggih pasti akan lebih menguntungkan
pemerintah Indonesia. "Tapi tentu harus ada biaya
tambahan yang dikeluarkan untuk modifikasi
tersebut," kata dia menandaskan.
Sumber: TEMPO

Thursday, February 23, 2012

$200m Refit to Give Fighter Jets Growl


EA-18G Growler
An EA-18G Growler of VX-31 overflies Ridgecrest, California as it returns to NAWS China Lake at the conclusion of a test mission
THE Federal Government will spend more than $200 million to transform six air force fighter jets into hi-tech electronic warfare planes.

The RAAF purchased 24 Boeing Super Hornet fighters under a $6 billion deal with the US Navy to fill the gap between the retirement of the F-111 fighter bomber and the expected delivery of the first batch of 14 Joint Strike Fighter stealth jets later this decade.

Defence Minister Stephen Smith will announce the decision to upgrade the jet fighters early next month to EA-18G models known as "Growlers" to plug an emerging air combat capability gap.
EA-18G Growler
Cobrachen Ea-18g.jpg



The G-model entered service with the US Navy in 2008 and it allows attacking forces to detect and jam enemy radars to protect friendly aircraft from all known surface-to-air missile threats.

The Growler is the launch platform for the "Next Generation Jammer" that uses advanced radar technology from Northrop Grumman to conduct precision jamming.

Australia purchased 12 Super Hornet fighters wired for the Growler upgrade during the production process at a cost of $35 million. Retro fitting has never been attempted before and will cost between $200 million and $300 million.

News Limited understands that the first aircraft will be converted at the Boeing factory in St Louis and the remainder at Amberley RAAF base near Brisbane.

Meanwhile, Mr Smith is facing criticism from air force brass for his move to buy 12 more Super Hornets to cover the likely delay into service of up to 70 Australian JSFs.

A decision is due by September this year, but the RAAF is arguing against more Super Hornets because they fear that will leave less funds for Joint Strike Fighters.

"The RAAF doesn't want to run two types of fighter jets," a source said. Mr Smith told theAustralian Defence Magazine congress in Canberra yesterday that Defence would be expected to deliver a further contribution from its $27 billion budget to the government's quest for a surplus this year.

"The current 2012-13 Budget process will also examine whether Defence is able to make a further contribution to the Government's Budget bottom line," he said.

Defence budget analyst Mark Thomson said Mr Smith had taken a "shot across the bow" of Defence before the May budget. "They will be going through this budget with a finetooth comb," he said.

Turki Anugerahi Bintang Kehormatan kepada Panglima TNI


Jumat, 17 Februari 2012
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mendapat anugerah Bintang Kehormatan Order of Merit Liyakat Nisani dari Turki. Bintang Kehormatan itu diberikan sebagai bentuk  penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasanya dalam meningkatkan hubungan Militer dan Pertahanan RI-Turki.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Turki, Jenderal Necdet Ozel menyematkan Order of Merit Liyakat Nisani kepada Laksamana Agus di Ankara, Turki (12/2/2012).

“Pemberian Bintang Kehormatan ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia, khususnya Tentara Nasional Indonesia,” tutur Agus.

Pada kesempatan ke Turki (11-13/2/2012), Agus melakukan serangkaian pertemuan dengan petinggi militer di Turki guna membahas peningkatan hubungan di bidang militer dan pertahanan. Diantaranya, Kasum AB Turki dan Menteri Pertahanan Nasional Turki Ismet Yilmaz.

Dari rangkaian pertemuan tersebut, Agus menuturkan RI-Turki sepakat untuk terus meningkatkan hubungan militer dan pertahanan.

Kerjasama itu akan digarap mulai dari penyusunan rencana pertukaran personil militer di bidang pendidikan maupun bidang khusus lainnya seperti counter-terrorism hingga peningkatan kerjasama bidang industri pertahanan. 
 
Ia juga melakukan peninjauan ke Akademi Militer, Pusat Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Turki dan beberapa industri pertahanan seperti pabrik alat komunikasi dan roket.
Selama kunjungan di Turki, ia didampingi Duta Besar RI Ankara Nahari Agustini dan Atase Pertahanan RI Ankara Kolonel Cpm Chandra W Sukotjo. 
 
SUMBER :KEMLU

RI DAPAT TOT RUDAL C705 DARI CINA


Rudal C-705. (Foto: Zhenguan Studio)

24 Februari 2012: Industri pertahanan Indonesia memasuki babak baru.Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama koleganya dari Republik Rakyat China Jenderal Liang Guanglie meneken kesepakatan untuk proses alih teknologi peluru kendali (guided missiles/rudal) C-705.

Dengan kesepakatan itu, Indonesia mendapat kewenangan untuk memproduksi rudal yang mempunyai jangkauan lintas cakrawala (over the horizon). Sekilas, ini merupakan kabar biasa.Tapi, bagi kepentingan pertahanan bangsa ini, langkah ini merupakan milestone bagi pembangunan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) sekaligus menguatkan derajat kapabilitas pertahanan Indonesia. Bangsa ini pun patut berbangga karena tidak banyak negara yang mampu menguasai teknologi rudal atau berkesempatan mendapat alih teknologi senjata strategis tersebut. Pentingnya penguasaan teknologi rudal disadari betul bangsa ini.

Ini terlihat dari rangkaian program roket nasional hingga pembangunan material pendukung. Sudah jauh hari Indonesia memulai tahap awal pembangunan rudal dengan memproduksi roket udara ke darat, folding fin aerial rockets (FFAR), yang diaplikasikan pada helikopter dan pesawat milik TNI. Sejumlah BUMN,yakni PT Dahana,PT Dirgantara Indonesia,PT Pindad,dan PT Krakatau Steel, juga membangun roket R-Han yang mempunyai jangkauan 15-20 kilometer. Untuk material pendukung, awal tahun ini pemerintah meresmikan dua industri strategis,yakni PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang,Kalimantan Timur dan pabrik bahan berenergi tinggi di areal PT Dahana di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Dengan pengoperasian kedua pabrik tersebut,kebutuhan bahan baku peledak dan propelan sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Dengan demikian,kerja sama dengan China merupakan lanjutan dari tahapan penguasaan teknologi rudal.Melalui kerja sama ini Indonesia mendapatkan limpahan teknologi (technology spillover) yang selama ini dikunci rapat-rapat oleh segelintir negara seperti teknologi telemetri, propulsi, tracking-and guidance, dan sebagainya.

Jika menguasai rahasia teknologi rudal ini,bisa jadi suatu saat Indonesia memproduksi rudal C-705,tapi juga memanfaatkannya untuk mendongkrak kapasitas roket pertahanan (R-Han) atau bahkan menyulap roket pengorbit satelit (RPS) yang tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjadi rudal balistik. Dalam pertahanan, kemampuan penguasaan rudal sangat strategis untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Rudal merupakan bagian dari kesenjataan artileri dengan daya jangkau yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung pertahanan lawan.

Ditilik dari kemampuan yang dimiliki––yakni daya jangkau (range), daya ketelitian (precision), dan daya hancur (destruction capability), rudal adalah instrumen paling efektif untuk memenangkan sebuah perang. Bagi TNI, rudal C-705 akan menjadi bagian dari sistem kesenjataan strategis. Rudal yang pertama diperlihatkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow Ke-7 pada 2008 direncanakan akan menempati posisi utama sistem senjata kapal cepat rudal (KCR) yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

C-705 akan bahu-membahu dengan rudal Yakhont buatan Rusia yang dipasang di KRI kelas Van Speijk menjadi tulang punggung matra laut Indonesia, terutama di wilayah laut dangkal. Si vis pacem,para bellum.Jika mendambakan perdamaian,bersiap-siaplah untuk perang.Dalam konteks pemahaman inilah,penguatan, modernisasi, dan pembangunan kemandirian alutsista dilakukan oleh pemerintah.Penguasaan teknologi rudal menjadi instrumen penting membangun sistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya getar tinggi–-high level of deterrence.

Sumber: SINDO

BERITA POLULER