SEMARANG - Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro menilai wajar
kondisi perekonomian negara yang
membaik akan memperkuat dan
meningkatkan sistem pertahanannya
sebagaimana dilakukan Indonesia.
"Selama 2010-2014, kita memang
mendapatkan anggaran pertahanan
dalam jumlah cukup besar yakni
Rp150 triliun, dan Rp50 triliun untuk
pembelian alutsista dalam negeri
dalam kurun lima tahun," katanya di
Semarang, Rabu (22/2).
Ia menjelaskan, pembelian alutsista
yang diprogramkan dalam kurun
waktu lima tahun itu memang untuk
pembelian pada industri pertahanan
dalam negeri seperti PT Pindad, PT
PAL, dan PT Dirgantara Indonesia.
Setelah itu, kata dia, Rp32,5 triliun
untuk pemeliharaan dan perawatan
seperti pembenahan tank-tank dan
kapal tempur, sedangkan sisanya
untuk pembelian alutsista baru untuk
memperkuat persenjataan TNI.
Menurut dia, pembelian alutsista
baru untuk memperkuat sistem
pertahanan negara itu memang
berimplikasi dari membaiknya
perekonomian Indonesia yang baik,
bahkan cadangan devisa cukup besar
sekitar 140 miliar dolar AS.
Untuk pembelian alutsista baru, ia
mengatakan, salah satunya memang
berencana menganggarkan sekitar
tiga triliun rupiah untuk pembelian
tank berat atau "main battle tank"
sebanyak 100 unit dari luar negeri.
"Kami tidak menyebut jenis Leopard,
namun yang jelas ada anggaran tiga
triliun rupiah untuk pembelian `main
battle tank` sebanyak 100 unit.
Sebab, yang kita miliki sekarang ini
tank-tank kecil," katanya.
Namun, kata dia, pembelian alutsista
buatan Jerman itu harus melalui
sejumlah tahapan, termasuk
persetujuan pemerintah dan
parlemen kedua negara, terutama
Belanda sebagai negara yang selama
ini memakai tank itu.
"Masih dijajaki, terutama negara yang
menggunakannya, seperti Belanda
dan pabriknya di Jerman. Pembelian
alutsista itu harus melalui
persetujuan kedua negara, baik
pemerintah dan DPR masing-masing,"
katanya.
Ia menjelaskan, saat ini rencana
pembelian tank itu sudah masuk
pembahasan parlemen Belanda, dan
perlu diyakinkan bahwa persenjataan
yang dibeli nantinya tidak untuk
ekspansi, namun untuk pertahanan
diri.
Ditanya jenis tank Leopard yang
dinilai tidak sesuai topografis
Indonesia, ia meyakinkan Indonesia
membutuhkan tank berat untuk
menunjang pertahanan, sebab yang
dimiliki selama ini masih jenis tank
ringan.
"Malaysia saja memiliki tank berat
yang ditempatkan di sepanjang
perbatasan Kalimantan. Meski
berukuran besar, tank berat ini bisa
melalui lokasi yang belum ada
infrastrukturnya, termasuk sungai,"
katanya.
Tank berat tersebut, kata Purnomo,
beratnya mencapai 40 ton, lebih
besar dibandingkan dengan jenis tank
ringan yang beratnya antara 15-20
ton, namun jenis tank itu bisa melalui
sungai yang berkedalaman 4-5 meter.
Sumber : ANTARANEWS.COM
Purnomo Yusgiantoro menilai wajar
kondisi perekonomian negara yang
membaik akan memperkuat dan
meningkatkan sistem pertahanannya
sebagaimana dilakukan Indonesia.
"Selama 2010-2014, kita memang
mendapatkan anggaran pertahanan
dalam jumlah cukup besar yakni
Rp150 triliun, dan Rp50 triliun untuk
pembelian alutsista dalam negeri
dalam kurun lima tahun," katanya di
Semarang, Rabu (22/2).
Ia menjelaskan, pembelian alutsista
yang diprogramkan dalam kurun
waktu lima tahun itu memang untuk
pembelian pada industri pertahanan
dalam negeri seperti PT Pindad, PT
PAL, dan PT Dirgantara Indonesia.
Setelah itu, kata dia, Rp32,5 triliun
untuk pemeliharaan dan perawatan
seperti pembenahan tank-tank dan
kapal tempur, sedangkan sisanya
untuk pembelian alutsista baru untuk
memperkuat persenjataan TNI.
Menurut dia, pembelian alutsista
baru untuk memperkuat sistem
pertahanan negara itu memang
berimplikasi dari membaiknya
perekonomian Indonesia yang baik,
bahkan cadangan devisa cukup besar
sekitar 140 miliar dolar AS.
Untuk pembelian alutsista baru, ia
mengatakan, salah satunya memang
berencana menganggarkan sekitar
tiga triliun rupiah untuk pembelian
tank berat atau "main battle tank"
sebanyak 100 unit dari luar negeri.
"Kami tidak menyebut jenis Leopard,
namun yang jelas ada anggaran tiga
triliun rupiah untuk pembelian `main
battle tank` sebanyak 100 unit.
Sebab, yang kita miliki sekarang ini
tank-tank kecil," katanya.
Namun, kata dia, pembelian alutsista
buatan Jerman itu harus melalui
sejumlah tahapan, termasuk
persetujuan pemerintah dan
parlemen kedua negara, terutama
Belanda sebagai negara yang selama
ini memakai tank itu.
"Masih dijajaki, terutama negara yang
menggunakannya, seperti Belanda
dan pabriknya di Jerman. Pembelian
alutsista itu harus melalui
persetujuan kedua negara, baik
pemerintah dan DPR masing-masing,"
katanya.
Ia menjelaskan, saat ini rencana
pembelian tank itu sudah masuk
pembahasan parlemen Belanda, dan
perlu diyakinkan bahwa persenjataan
yang dibeli nantinya tidak untuk
ekspansi, namun untuk pertahanan
diri.
Ditanya jenis tank Leopard yang
dinilai tidak sesuai topografis
Indonesia, ia meyakinkan Indonesia
membutuhkan tank berat untuk
menunjang pertahanan, sebab yang
dimiliki selama ini masih jenis tank
ringan.
"Malaysia saja memiliki tank berat
yang ditempatkan di sepanjang
perbatasan Kalimantan. Meski
berukuran besar, tank berat ini bisa
melalui lokasi yang belum ada
infrastrukturnya, termasuk sungai,"
katanya.
Tank berat tersebut, kata Purnomo,
beratnya mencapai 40 ton, lebih
besar dibandingkan dengan jenis tank
ringan yang beratnya antara 15-20
ton, namun jenis tank itu bisa melalui
sungai yang berkedalaman 4-5 meter.
Sumber : ANTARANEWS.COM