Pages

Friday, January 20, 2012

Presiden SBY : Alutsista TNI Perlu Dimodernisasi

"Kita saksikan kemampuan perang kita tertinggal dengan negara sahabat," paparnya.

Jum'at, 20 Januari 2012, 11:39 WIB
Aries Setiawan, Suryanta Bakti Susila
Tank Leopard 2 (www.fprado.com)

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, alat utama sistem senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia perlu ditingkatkan dan dimodernisasi.

Peningkatan modernisasi dan kekuatan TNI ini, kata Presiden SBY, diarahkan agar TNI dapat mendekati postur minimum essential force yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara. Baik Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat.

"Tentu ini butuh anggaran besar. But it is necessary, karena 20 tahun terakhir kita tidak melakukan modernisasi," kata Presiden SBY saat menghadiri acara pemberian penghargaan di Rapat Pimpinan Polri, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Jumat 20 Januari 2012. 

Untuk memodernisasi dan membangun kekuatan, maka pada tahun-tahun ini harus dipercepat. "Setelah sekian lama kita tak lakukan modernisasi dan pembangunan kekuatan, maka kita harus percepat tahun ini. Kita saksikan kemampuan perang kita tertinggal dengan negara sahabat," paparnya.

Dia berpesan pada pimpinan TNI agar dapat melaksanakan modernisasi dan pembangunan kekuatan dengan perencanaan yang baik dan sungguh-sungguh.

"Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar, cegah terjadinya penyimpangan," tegasnya.

Sementara itu, modernisasi di Polri juga akan dilakukan. "Saya sudah bicara panjang lebar di Mabes Polri tentang kebijakan dan program untuk tingkatkan Polri tiga tahun mendatang," katanya.

Hal ini, kata SBY, perlu dilakukan agar Polri semakin cakap di era demokrasi dengan segala karakteristiknya dan menjalankan tugas dengan baik di era percepatan pembangunan di seluruh tanah air.

Maka itu, perlu dibuat prioritas yang baik. "Termasuk konsep yang benar menyangkut penambahan personal yang sudah saya setujui dalam tiga tahun terakhir agar Polri bisa miliki kemampuan yang diharapkan," ucapnya. (umi)
 

Thursday, January 19, 2012

Priyo: Pemerintah Belanda Telmi dan Arogan

Priyo: Pemerintah Belanda Telmi dan Arogan
Headline
inilah.com/Ardhy fernando
Oleh: Marlen Sitompul
Nasional - Jumat, 20 Januari 2012 | 13:02 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Parlemen Belanda menolak penjualan tank Leopard ke Indonesia dengan alasan pelanggaran HAM masih tinggi. Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santoso menilai, penolakan dengan alasan itu berlebihan.

"Penolakan penjualan tank ke Indonesia sebagai bentuk arogansi parlemen Belanda. Pemerintah Belanda ini telmi, telat mikir. Mereka masih menyatakan Indonesia tinggi pelanggaran HAM. Negara Belanda sangat arogan sekali," kata Priyo kepada wartawan, di Gedung DPR, Jumat (20/1/2012).

Menurut dia, pemerintah Belanda tak sadar dengan perilaku yang telah melakukan pelanggaran HAM di Indonesia selama masa penjajahan. "Saya kira Belanda tidak sadar dengan prilaku mereka, saya sangat mengecam pernyataan parlemen Belanda itu," ujarnya.

Selain itu, Priyo meminta pemerintah transparan dan terbuka kepada dewan soal rencana pembelian tank yang menelan biaya triliunan rupiah tersebut. "Kementerian pertahanan tidak membicarakan kepada DPR. Seharusnya membicarakan masalah yang krusial ini," jelasnya.

Seperti diketahui, pemerintah melalui TNI memang berencana membeli 100 tank Leopard bekas dari Belanda. Namun, rencana ini menimbulkan polemik dimasyarakat. Salah satunya penolakan dari masyarakat karena tank tersebut dinilai tidak cocok dengan kondisi medan di Indonesia. Sedangkan tank Leopard dinilai hanya cocok untuk perang di dalam kota.[yeh]

sumber Inilah.com

Menhan: Pembelian Tank Terkendala Parlemen Belanda


INILAH.COM, Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui, rencana pembelian tank Leopard milik Belanda terkendala parlemen negeri 'Kincir Angin' tersebut.

"Antara pemerintah dan pemerintah sudah ada pembicaraan, tetapi kan kita punya parlemen, mereka juga punya parlemen. Urusannya masih belum selesai," ujar Purnomo di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jumat (20/1/2012).

Keputusan pembelian tank bekas Belanda ini selain mendapat penolakan dari parlemen dalam negeri, juga mendapat penolakan dari parlemen Belanda. Akibatnya hingga saat ini transaksi jual-beli tank tidak dapat dilakukan. "Belum, masih menunggu," ucapnya.

Namun Purnomo menegaskan, rencana pembelian tank Leopard sudah sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan TNI AD sebagai pengguna.

"Iya dong, kami sebagai Kementerian Pertahanan tidak akan mengubah spektek (spesifikasi teknis). Kita mengikuti apa yang disulkan angkatan. User naik ke Mabes TNI, kemudian naik ke kita," kata Purnomo.

Selain itu, Parlemen Belanda mengeluarkan mosi untuk membatalkan transaksi pembelian tank miliknya kepada Indonesia. Alasannya, Indonesia dinilai belum mampu menghormati hak asasi manusia, dan tank milik Belanda bisa saja digunakan untuk menyerang rakyat sendiri. [yeh]

sumber : Inilah.com

Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Teguh Rahardjo, menyatakan, "Pembelian Leopard ini akan jadi kesempatan bagi peneliti untuk ikut belajar meningkatkan kemampuan."

Jumat, 20 Januari 2012 13:16 WIB | 1082 Views
Subang (ANTARA News) - Jika mendapat pengetahuan memadai, Indonesia mampu mengembangkan sendiri tank canggih sekelas Leopard . Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Teguh Rahardjo, menyatakan, "Pembelian Leopard ini akan jadi kesempatan bagi peneliti untuk ikut belajar meningkatkan kemampuan."

Dia katakan, Jumat, spesifikasi teknologi tank Leopard sangat canggih misalnya dari tingkat akurasi penembakannya. Sampai saat ini teknologi yang baru dikuasai Indonesia adalah jenis panser, belum jenis yang beroda rantai yang mampu melewati berbagai medan sangat berat.

Pihaknya, lanjut dia, siap membantu PT Pindad untuk mengkaji teknologi apa saja yang ada di dalam tank tersebut dan membantu mengembangkannya.

"Kalau ini jadi program alih teknologi yang akan dikembangkan secara nasional, kita akan targetkan 5-10 tahun kita sudah bisa kuasai, tapi tentu tergantung kesiapan industri persenjataan dan mesin juga," katanya.

Ia juga mengatakan, TNI sudah lama tidak meregenerasi tank-tank-nya yang kini sudah berusia cukup tua dan kurang layak digunakan sebagai sarana pertahanan.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menegaskan pengadaan tank Leopard dari Belanda sudah melalui penelitian dan pengkajian yang matang, tidak diputuskan secara tiba-tiba.

Sedangkan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, "Kementerian Pertahanan memandang secara strategi perlu memodernisasi peralatan militer dalam rangka dua hal yakni memenuhi strategi pertahanan dan untuk memenuhi varian teknologi sebagai tuntutan dari revolusi militer di ASEAN."

Sebelumnya, rencana pembelian tank Leopard ditolak Parlemen Belanda. Mereka menilai Indonesia masih melakukan berbagai pelanggaran HAM.  (D009)


sumber Antara

Jangan Ikuti Opini Anggota Dewan Cepat Beli MBT LEOPARD 2A6, Sebelum Krisis Selat Hormuz Pecah


Kepada Pemerintah Saya sarankan cepat ambil kesempatan emas ini jangan hiraukan anggota dewan yang mengeluarkan opini penolakan terhadap pembelian MBT Leopard 2A6.  Menurut hemat saya Anggaran untuk modenisasi alutsista TNI sudah disahkan oleh DPR artinya itu sah secara hukum nah mengenai teknisnya usernya lah yaitu TNI (Kaveleri) yang membutuhkan MBT Leopar 2A6, jadi bukan mengada ada, untuk Kesejah teraan rakyat dan pendidikan sudah ada porsinya masing masing dan tertuang dalam anggaran.

Kalau kita perhatikan eskalasi krisis selat hormus makin memanas, kalau sempat ditutupnya selat hormus akan berdampak berat bagi perekonomian kita , jelas BBM akan melambung naik yang disebabkan oleh kuranganya pasokan minyak dunia yang terhamat sebagai akibat ditutupnya selat hormus,  kalau keadaan seperti ini nah akan dimanfaatkan oleh politisi yang menolak pembelian MBT leopard 2A6 sebagai senjata untuk menyerang pemerintah dengan isu kesejahteraan rakyat (isu kenaikan BBM), kalo gini jadinya aduh jelas-jelas akan ditunda bahkan terancam batal pembeliannya karena angaran tersebut akan dialihkan untuk kesejahteraan rakyat atas desakan politisi yang kontra pembelian MBT.  Dan Pemerintah pun akan berfikir 1000 kali tentunya pemerintah mau tidak mau harus pro rakyat supaya konflik horizontal tidak terjadi.

Pembelian MBT leopar 2A6 ex belanda dengan harga murah itu terjadi bukan di negara kita saja bahkan negara eropa dan singapura saja membeli MBT leopard bekas lalu di Upgrade.  Ya wajarlah suatu pemimpin dia ahir kepemimpinannya ingin nama baiknya itu harum, makanya pemerintah diahir kepemerintahanya di tahun 2014 menginginkan postur pertahanan kita itu kuat, itu tertuang dalam restra TNI 2011-2014 untuk men capai kekuatan pokok minimu (MEF) dan itu sudah ada blu printnya.  Nah Kan perjalanan untuk kesana tidak semulus yang dikira tentunya ada rintangan dan halangan, seperti ketidak sukaan partai oposisi yang menentang habis habisan kebijakan pemerintah mengatasnakan rakyat, kalau menurut pendapat saya justru sebaliknya, memang yang tahu soal alutsista akan mendukung pembelian lepard 2A6 ini hanya sebatas kalangan saja seperti kalangan menengah atas , bloggersista, pemerhati alutsista didunia maya bukan pemerhati alutsista abal abalan ya , nah harusnya ayo kita bersama sama berikan penjelasan kepada masyarakat indonesia betapa pentingnya alutsista untuk mempertahan NKRI ini.

Begini Jika Pertahanan Kuat maka terciptalah suatu keamanan yang kondusif dinegara ini, kalo sudah aman kegiatan ekonomi,bisnis pun jadi berkembang yang akan berdampak pada kemampuan daya beli masyarakat meingkat, artinya masyarakat bisa belanja ke pasar dengan aman, mejajakan jualannya ke pasar aman, pebisnis menjalankan bisnisnya aman, kira - kira begitulah gambaranya.

Jadi saya mewakili kawan kawan blogersista,facebooksista, indodef sista,WT,WW,pemerhati alutsista di dunia maya dan masyarakat mendukung pembelian MBT leopar 2A6 sebelum krisis selat hormuz pecah dan kami berdoa agar krisis selat hormuz tidak akan pernah terjadi dan AS pun seyogyanya agar mempertimbangkan aksi militernya ke selat hormuz.ahir kata Segera Dibeli Leopard 2A6 dan wellcome to NKRI.

Oleh IWJ
By Indonesia Defence, 2012


MBT Leopard 2A6, Pemerintah dan DPR saling Ngotot

VIVAnews – Pemerintah dan DPR terlibat perang opini
terkait perlu tidaknya membeli tank Leopard bekas yang
diobral murah Belanda. Bagi Kementerian Pertahanan, ini
kesempatan, mumpung Negeri Kincir Angin sedang terpaksa
mengurangi alat utama sistem pertahanan (alutsista) gara-
gara hantaman krisis Eropa. Sebaliknya, DPR beranggapan,
kendaraan tempur kategori Main Battle Tank itu tak cocok
digunakan di tanah air.
Menjawab keberatan DPR, Kepala Staf Angkatan Darat
Jenderal Pramono Edhie Wibowo bersikukuh, Leopard cocok
digunakan untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Apalagi negara tetangga, seperti Malaysia,
Singapura, dan Kamboja sudah punya tank bikinan Jerman
yang masuk lima besar termodern di dunia itu.
"Mereka tinggal di kawasan yang sama dengan kita.
Kebetulan kita di pulau tapi kawasan daratannya sama
hutannya sama. Apakah jalan-jalan kita tidak lebih baik dari
mereka," kata Pramono Edhie di Mabes TNI, Jakarta, Rabu 18
Januari 2012.
Ia menambahkan, bukannya ujug-ujug pihaknya ingin
melengkapi alutsista dengan tank kelas berat itu. Penelitian
sudah dilakukan, pihak-pihak yang mumpuni pun sudah
memberi masukan. Permintaan Leopard pun sudah
diajukan Batalyon Kavaleri, sebagai pihak pengguna. "Saya
hukumnya wajib mencari. Jadi saya persilakan untuk melihat
tank berat yang ada dan untuk dipelajari. Jadi ada
urutannya," ujar Edhie."Jadi teknis saya tanyakan ke
pengguna, saya juga tidak lebih mahir dari kavaleri. Jadi
bicara masalah teknis mereka yang punya, kalau mereka
minta ya saya adakan.”
Soal mengapa tidak memakai buatan dalam negeri, Edhie
menjelaskan, saat ini Indonesia belum mampu membuat
tank jenis berat sekelas Leopard."Untuk tank berat kita
belum mampu," kata dia.
Dia menjelaskan, ada tiga jenis kualifikasi tank: ringan,
sedang, dan berat. Teknologi Indonesia saat ini baru
mencoba untuk membuat tank dengan kelas sedang.
Edhie lantas membeberkan kondisi tempur militer
Indonesia. Dari 11 Batalyon Kavaleri yang dimiliki Angkatan
Darat, 2 Batalyon terbaru memiliki tank dengan nama
Scorpion."Itu tank ringan dan itu semua produk tahun 1950-
an. Jadi kalau dilihat itu kita sudah jauh ketinggalan untuk
soal tank," ujarnya.
Saat ini, dia melanjutkan, Angkatan Darat bekerjasama
dengan PT Pindad meng-upgrade 13 tank AMF 13 agar bisa
mencapai taraf sedang. Edhie berharap, segera ada
peningkatan teknologi supaya bisa menyerap teknologi asing
untuk memproduksi tank dengan jenis berat.
Soal jadi tidaknya membeli Leopard, keputusan belum final.
Bagi Belanda, Leopard adalah salah satu divisi tank di
Belanda yang akan dihapuskan, namun keputusan ada di
tangan Indonesia. "Mereka punya cadangan sekitar 150
tank. Selanjutnya kita diberi kesempatan untuk melihat dan
memilih, menentukan harga," tandasnya. "Itu barangnya
sudah ada di gudang. Semakin cepat disetujui, pembelian
juga akan cepat ke Indonesia.
Jika terealisasi, dana USD280 juta akan ditukar dengan 100
unit tank Leopard. Pembelian G to G alias antar
pemerintah , untuk mempersempit ruang gerak percaloan.
Tak asal omong
Penjelasan pemerintah yang disebar media belum dianggap
memuaskan anggota dewan. Sebaliknya, Wakil Ketua Komisi
I, Tubagus Hasanuddin mengatakan, pihaknya tidak asal
menolak rencana pembelian tank Leopard bekas dari
Belanda. Penolakan yang dilakukan oleh DPR itu telah
didasari analisa yang obyektif.
"Saya dan teman-teman dengan sungguh-sungguh
mempelajari dengan seksama tentang keunggulan dan
kelemahan tank Leopard bekas yang akan dibeli TNI dengan
harga cukup mahal, dan kemudian menyatakan menolak
pembelian itu," ujar Tubagus dalam pesan singkat kepada
VIVAnews , Rabu 18 Januari 2012.
Dia menambahkan, sejauh ini Kementerian Pertahanan
sebagai mitra kerja Komisi I, belum pernah mengajukan
usulan pembahasan rencana pembelian tank tersebut. Juga
menjelaskan soal rencana pembelian 100 tank Leopard ,
yang terdiri dari 50 unit tipe 2A4 dan 50 unit tipe 2A6. "Tank
ini memang canggih, tapi cukup mahal," kata Tubagus.
Untuk tipe 2A4, kata dia, harganya 700.000 euro atau sekitar
Rp8 miliar per unit, sedangkan tipe 2A6 800.000 euro atau
sekitar Rp9,2 miliar per unit.
Bukan hanya menguras anggaran negara, Tubagus
mengatakan, kendaraan tempur itu tak cocok untuk medan
di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan
bertanah gembur. Sebab bobot tank ini lebih dari 60 ton.
Cocoknya untuk pertempuran di gurun."Dan kurang taktis
untuk sistem pertahanan pulau-pulau seperti di Indonesia,"
ujar Tubagus.
Dia menambahkan, sebenarnya atas perintah presiden pada
tahun 2010, PT Pindad telah berhasil mengembangkan
model medium tank dengan bobot 23 ton. Tank ini dinilai
lebih cocok digunakan di Indonesia. "Itu sudah menjadi
prototipe, tinggal dikembangkan. Lebih ringan, lincah dan
murah karena diproduksi anak bangsa," katanya.
Bukannya menghalangi niat TNI untuk memiliki alutsista
canggih, DPR hanya ingin mengingatkan, belilah yang sesuai
kondisi dan tepat digunakan di Indonesia. "Kami setuju TNI
dilengkapi Alutsista yang canggih, tapi harus cocok dengan
doktrin pertahanan dan karakter geografis serta medan di
Indonesia," tuturnya.
Sebelum perang urat syaraf terjadi, DPR versus pemerintah,
sebelum rencana pembelian Leopard terungkap di dalam
negeri, ribut-ribut justru duluan terjadi di Negeri Belanda.
Seperti dimuat situs Radio Nederland Siaran Indonesia ,
pada 14 Desember 2012, Tweede Kamer menyetujui mosi
tidak percaya yang diajukan partai Kiri Hijau (GroenLinks ).
Alasannya, Belanda tidak ingin terlibat dalam pelanggaran
hak asasi manusia.
"Keputusan penolakan berkaitan erat dengan track record
Indonesia. Kita tahu mereka telah memporakporandakan
Aceh, Timor Timur. Baru-baru ini juga terjadi kerusuhan di
Papua," ujar Arjan El Fassed, pihak yang mengajukan mosi.
Menurut anggota parlemen dari GroenLinks itu, penjualan
tank kepada Indonesia berisiko besar terhadap pelanggaran
hak asasi manusia. Tank kemungkinan besar bisa
dipergunakan untuk menghabisi para demonstran.
Kekhawatiran parlemen Belanda ditanggapi Menteri
Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro. Kata dia, tuduhan itu
telat. "Pemerintah AS sudah mendeklarasikan kalau
Indonesia tak ada masalah dengan HAM. Tapi parlemen
Belanda bilang ada masalah, ini terlambat," kata Purnomo
Yusgiantoro. (sj)
© VIVAnew

Menanti kedatangan F16 C/D

VIVAnews – Skuadron tempur Republik
Indonesia akan segera diperkuat
dengan datangnya pesawat F-16 hasil
hibah dari Amerika Serikat. Paling tidak
tiga tahun lagi, yaitu 2014, ke-24
pesawat hibah tersebut akan mendarat
di Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
“Proses hibah sudah jalan. Dua sampai
tiga tahun bisa siap,” ujarnya di Kantor
Kementerian Pertahanan, Minggu 18
Desember 2011.
Hibah pesawat F-16 dari AS ini
bukannya tak menuai kontroversi.
Meski DPR menyetujui langkah
pemerintah untuk menerima hibah
pesawat, namun mereka meninggalkan
catatan khusus.
Awalnya, pemerintah sebetulnya
berencana untuk membeli 6 unit
pesawat tempur baru jenis F-16 Block
52 senilai Rp3,8 triliun. Hal ini pun
sudah disetujui oleh Komisi I DPR yang
membidangi pertahanan keamanan dan
merupakan mitra kerja TNI.
“Anggaran sudah disiapkan. Kami
sudah memprogram pembelian F-16
Block 52. Pesawat sekelas itu cukup
canggih. Pesawat tempur kita sudah
tua, harus ada penggantinya,” kata
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus
Hasanuddin, kepada VIVAnews.
Namun, ujar Tubagus, tiba-tiba datang
tawaran hibah F-16 grounded dari AS.
Tubagus sendiri cenderung tidak
sepakat dengan tawaran hibah
tersebut. Menurutnya, pesawat baru
memiliki daya tahan lebih lama
ketimbang pesawat grounded.
“Pesawat baru bisa 30 tahun umurnya.
Tapi pesawat grounded cuma 12 tahun.
Lagipula, pesawat hibah itu disimpan
dan ditongkrongkan AS begitu saja
seperti rongsokan di Gurun Arizona.
Apa kita mau yang seperti itu?” kata
politisi PDIP itu.
Namun, pada akhirnya, DPR menyetujui
hibah pesawat F-16 dari AS tersebut.
Keputusan itu diambil melalui rapat
bersama dengan Menteri Pertahanan,
Panglima TNI, dan Kepala Staf Angkatan
Udara. “Komisi I setuju hibah dengan
berbagai syarat,” kata Tjahjo Kumolo,
anggota Komisi I DPR yang juga Ketua
Fraksi PDIP.
Tjahjo menjelaskan, PDIP sebenarnya
cenderung menolak hibah pesawat AS
karena dinilai bakal memberatkan
Indonesia di kemudian hari. Tjahjo
menyatakan, diperlukan dana yang
sangat besar untuk meng- up grade
pesawat-pesawat hibah AS itu agar
memiliki kemampuan setara dengan
F-16 Block 52. “Jadi lebih baik beli baru
yang jangkauan masa terbangnya
terjamin,” kata dia.
Tapi, imbuh Tjahjo, sebagian besar
anggota Komisi I dan fraksi-fraksi
lainnya di DPR setuju dengan langkah
pemerintah tersebut. PDIP sendiri
mewanti-wanti agar pesawat hibah AS
itu di-up grade hingga memenuhi
minimum essential force , dengan
melibatkan tenaga ahli dari Indonesia.
AS Puji Indonesia
Asisten Menteri Luar Negeri AS, Kurt
Campbell, menilai keputusan Indonesia
menerima hibah 24 unit pesawat jet
tempur jenis F-16 dari AS merupakan
langkah yang sangat efektif. AS
meyakinkan, meski pesawat-pesawat
hibah itu adalah bekas pakai, namun
kemampuan dan kualitasnya akan tetap
tinggi bila telah dimutakhirkan atau di-
up grade .
“Hibah 24 unit F-16 merupakan langkah
yang sangat efektif dan cerdas dari segi
biaya. Pesawat bekas akan di- up grade
untuk memenuhi standar berkualitas
tinggi,” tegas Campbell di Jakarta,
Oktober 2011 lalu.
Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot
Marciel, juga mengutarakan pendapat
senada. Menurutnya, Indonesia sangat
diuntungkan dengan hibah 24 unit jet
tempur F-16 dari negaranya. “Biaya
pemeliharaan atau perawatannya jauh
lebih murah ketimbang harus membeli
produk baru,” kata Merciel di sela-sela
pertemuan Bali Democracy Forum IV di
Nusa Dua, Bali, 8 Desember 2011.
Benarkah demikian? Betul bahwa
menerima hibah pesawat sama artinya
dengan gratis. Namun, Indonesia tetap
perlu mengeluarkan biaya sekitar US
$750 juta atau setara dengan Rp6,7
triliun untuk pemutakhiran 2 lusin jet
tempur tersebut. Hal itu dikemukakan
oleh Departemen Pertahanan AS,
Pentagon, di Washington.
“Indonesia adalah mitra penting bagi
AS dan pemimpin di Asia Tenggara.
Departemen Pertahanan AS tengah
bekerja untuk mendukung militer
Indonesia dalam upaya memodernisasi
kekuatannya,” kata bicara Pentagon,
Kolonel Laut Leslie Hull-Ryde, seperti
dikutip Reuters beberapa waktu lalu.
Pesawat AS yang akan dihibahkan ke
Indonesia adalah F-16 model C/ D yang
sudah pensiun dan tidak lagi masuk
dalam inventaris Angkatan Udara AS.
Bila sudah dimutakhirkan, menurut
Hull-Ryde, pesawat F-16 bekas tersebut
akan dihibahkan ke Indonesia tanpa
biaya. Namun, lanjutnya, pemutakhiran
mesin dan komponen pendukung F-16
itu “diperkirakan tidak akan lebih dari
US$750 juta.”
Kesepakatan hibah F-16 ini telah
diumumkan bersama oleh Presiden AS
Barack Obama dan Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono dalam
pertemuan jelang KTT Asia Timur di
Bali, 18 November 2011 lalu. Dalam
siaran persnya, Kantor Kepresidenan
AS menyatakan bahwa armada F-16
‘bekas’ AS itu cocok dengan keperluan
Indonesia dalam mengamankan
wilayahnya.
© VIVAnews

BERITA POLULER