Kamis, 5 Januari 2012 14:08
Jakarta (ANTARA
News) - Menteri
KeuanganAgus
Martowardojo
mengumumkan hasil kinerja realisasi
APBN-P 2011 yang cukup
menggembirakan, atau berada pada
tingkat aman untuk mendukung
pencapaian pembangunan nasional.
"Kinerja realisasi APBN-P 2011 aman
karena berbagai indikator ekonomi
makro 2011 seperti optimisme
perekonomian Asia di tengah krisis
global," kata Agus Martowardojo dalam
jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Salah satu contoh dari optimisme
perekonomian tersebut adalah
peningkatan ekspor pada Januari
hingga November 2011 sebesar 32,04
persen dibanding periode yang sama
tahun 2010.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
hingga triwulan ketiga tahun 2011
mencapai 6,5 persen, sehingga
diperkirakan pertumbuhan ekonomi
2011 dapat mencapai 6,5 persen sesuai
dengan target pertumbuhan ekonomi
APBN-P 2011.
Tingkat inflasi 2011 terkendali pada
level 3,79 persen "year on year", ini
lebih rendah dari target inflasi dalam
APBN-P 2011 sebesar 5,65 persen "year
on year".
Sejalan dengan rendahnya inflasi, rata-
rata tingkat suku bunga SPN-3 bulan
sebagai acuan pembayaran bunga
utang pemerintah dalam tahun 2011
mencapai 4,84 persen, ini dibawah
asumsi APBN-P 2011 sebesar 5,60
persen.
Selain itu, kinerja ekonomi nasional
2011 juga menggembirakan dilihat dari
nilai tukar rupiah yang stabil pada
kisaran Rp8.776 /USD. Nilai ini
mendekati asumsi APBN-P sebesar
rata-rata Rp8.700 /USD.
Harga minyak mentah Indonesia dalam
tahun 2011 mencapai rata-rata
USD111,5/ barel, lebih tinggi dari
asumsi APBN-P 2011 sebesar USD95,0/
barel.
Sementara "lifting" minyak mentah
Indonesia dalam tahun 2011 hanya
mencapai 898 ribu barel per hari, ini di
bawah target APBN-P 2011 sebesar 945
ribu barel per hari.
sumber Antara
Thursday, January 5, 2012
Batlayon 436 Paskhas Menerima Radar Smart Hunter
Radar Smart Hunter untuk memandu rudal
QW-3 VSHORAD (photo : Kaskus Militer)
“Prajurit Baret Jingga”, Harus Selalu
Siap
Sebagai personel yang bertugas
mempertahankan dan menjaga keamanan
pangkalan, anggota Paskhas harus selalu
siap dan tidak boleh lupa akan bekal
pengalaman maupun pengetahuan yang
telah didapat selama penugasan, sehingga
guna memantapkan kemampuan yang
dimiliki setiap anggota, berbagai latihan
harus terus dilaksanakan.
Oleh karenanya, anggota Paskhas yang
dikenal dengan sebutan “Prajurit Baret
Jingga” tersebu, secara rutin melaksanakan
latihan menembak menggunakan senapan
laras panjang (Presisi) dengan SS-1 VI dan
SS1 V2 yang dilaksanakan oleh prajurit
Bintara dan Tamtama. Sedangan untuk
senapan laras pendek dilaksanakan oleh
Perwira dengan tiga sikap tiarap jongkok
dan berdiri di lapangan tembak Batalyon
463 Paskhas, Rabu, (4/1) .
Pada waktu yang bersamaan Aslog
Makorpaskhas, yang diwakili Mayor Psk
Tunggul memberikan pelatihan tentang
pengoperasian alutsista Radar Smart
Hunter kepada anggota Paskhas,
sehubungan dengan akan diserahkannya
alutsista tersebut ke Batalyon 463 Paskhas
yang saat ini dikomandani oleh Letkol Psk
Rossen L. Sinaga.
Radar Smart Hunter merupakan senjata
Pertahanan Udara yang berfungsi untuk
memandu Gunner Rudal Manpat QW-3
dalam menemukan sasaran lawan yang
tidak bisa dilakukan oleh penembak secara
visual.
(TNI-AU )
QW-3 VSHORAD (photo : Kaskus Militer)
“Prajurit Baret Jingga”, Harus Selalu
Siap
Sebagai personel yang bertugas
mempertahankan dan menjaga keamanan
pangkalan, anggota Paskhas harus selalu
siap dan tidak boleh lupa akan bekal
pengalaman maupun pengetahuan yang
telah didapat selama penugasan, sehingga
guna memantapkan kemampuan yang
dimiliki setiap anggota, berbagai latihan
harus terus dilaksanakan.
Oleh karenanya, anggota Paskhas yang
dikenal dengan sebutan “Prajurit Baret
Jingga” tersebu, secara rutin melaksanakan
latihan menembak menggunakan senapan
laras panjang (Presisi) dengan SS-1 VI dan
SS1 V2 yang dilaksanakan oleh prajurit
Bintara dan Tamtama. Sedangan untuk
senapan laras pendek dilaksanakan oleh
Perwira dengan tiga sikap tiarap jongkok
dan berdiri di lapangan tembak Batalyon
463 Paskhas, Rabu, (4/1) .
Pada waktu yang bersamaan Aslog
Makorpaskhas, yang diwakili Mayor Psk
Tunggul memberikan pelatihan tentang
pengoperasian alutsista Radar Smart
Hunter kepada anggota Paskhas,
sehubungan dengan akan diserahkannya
alutsista tersebut ke Batalyon 463 Paskhas
yang saat ini dikomandani oleh Letkol Psk
Rossen L. Sinaga.
Radar Smart Hunter merupakan senjata
Pertahanan Udara yang berfungsi untuk
memandu Gunner Rudal Manpat QW-3
dalam menemukan sasaran lawan yang
tidak bisa dilakukan oleh penembak secara
visual.
(TNI-AU )
KRI Kujang Akan Memperkuat TNI AL
Batam - Jajaran Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut (TNI AL)
terus memperkuat armada lautnya.
Setelah KRI Celurit-641,dalam waktu
dekat giliran KRI Kujang-642 yang
akan memperkuat armada laut TNI
AL.
Keduanya merupakan kapal kawal
cepat rudal (KCR) produksi dalam
negeri yang dikerjakan galangan kapal
PT Palindo Marine,Batam. Kedua
kapal untuk patroli tersebut memiliki
spesifikasi yang hampir sama yakni
panjang 44 meter, lebar 7,4 meter,
berbobot 250 ton, dan mampu
berlayar dengan kecepatan
maksimum 30 knot. Kapal
dipersenjatai rudal C-705 , meriam
kaliber 30 mm enam laras, serta
meriam anjungan dua unit kaliber 20
mm.
Pengadaan kapal KCR memang
menjadi salah satu program
penguatan alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI AL.Hingga 2024 TNI AL
butuh 24 unit kapal jenis ini.“Kapal
akan dioperasikan di wilayah Armada
Barat dan Sulawesi Utara,”kata
Asrena KSAL Laksamana Muda TNI
Sumartono di Batam kemarin. KSAL
Laksamana TNI Soeparno sebelumnya
mengatakan, program penambahan
alutsista TNI AL pada 2012 adalah
pengadaan kapal selam dan kapal
permukaan.
“Ada tiga kapal selam, dua kapal
permukaan frigate jenis perusak
kawal rudal (PKR) dan 20 kapal patroli
cepat dan kapal cepat torpedo,”
ujarnya. Satu unit kapal tersebut
berharga sekitar Rp75 miliar. Pada
pengadaan pertama yakni KRI Celurit,
pemerintah bekerja sama dengan
Bank Mandiri untuk pembiayaannya.
Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan,
pengadaan alutsista TNI AL meliputi
kapal kombatan dan nonkombatan
seperti kapal tanker dan kapal angkut
tank. Kapal perang dalam waktu dekat
diserahkan kepada KRI
Kujang-642. Selain KCR dari galangan
kapal di Batam,TNI AL juga segera
diperkuat kapal-kapal perang
produksi galangan kapal di
Banyuwangi, Trimaran.
Nama terakhir ini juga menggunakan
senjata peluru kendali dengan jarak
tembak 120 km.TNI AL memesan
empat unit dan dalam waktu dekat
satu di antaranya sudah bisa
diserahkan. Meski demikian, Trimaran
berbeda dengan Celurit maupun
Kujang. Dari segi bahan, Trimaran
menggunakan komposit serat karbon,
sedangkan Celurit dan Kujang terbuat
dari gabungan baja khusus high
tensile steel dan aluminium marine
grade.
Trimaran juga mampu melaju lebih
kencang 5 knot dari Celurit dan
Kujang. Kapal-kapal kecil dinilai cocok
dengan kondisi geografis Indonesia
yang berupa kepulauan, dibandingkan
dengan kapal besar seperti yang
banyak digunakan dalam Perang
Pasifik. Namun, kapal-kapal tersebut
harus dilengkapi dengan persenjataan
yang canggih seperti peluru kendali.
Sekjen Kemhan Marsdya TNI Erris
Heryanto mengatakan, pemerintah
sedang bersiap untuk memproduksi
peluru kendali (rudal) yang akan
dipakai mempersenjatai kapal perang
KCR yakni C-705 . Produksi akan
menggandeng perusahaan di China
yaitu Sastind. “TNI AL akan
menggunakan ini di kapal-kapal
patrolinya.Rudal ini memiliki
jangkauan 110-120 km dan
dipersiapkan untuk sasaran
permukaan,”ujarnya.
Sumber : SINDO
Indonesia Angkatan Laut (TNI AL)
terus memperkuat armada lautnya.
Setelah KRI Celurit-641,dalam waktu
dekat giliran KRI Kujang-642 yang
akan memperkuat armada laut TNI
AL.
Keduanya merupakan kapal kawal
cepat rudal (KCR) produksi dalam
negeri yang dikerjakan galangan kapal
PT Palindo Marine,Batam. Kedua
kapal untuk patroli tersebut memiliki
spesifikasi yang hampir sama yakni
panjang 44 meter, lebar 7,4 meter,
berbobot 250 ton, dan mampu
berlayar dengan kecepatan
maksimum 30 knot. Kapal
dipersenjatai rudal C-705 , meriam
kaliber 30 mm enam laras, serta
meriam anjungan dua unit kaliber 20
mm.
Pengadaan kapal KCR memang
menjadi salah satu program
penguatan alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI AL.Hingga 2024 TNI AL
butuh 24 unit kapal jenis ini.“Kapal
akan dioperasikan di wilayah Armada
Barat dan Sulawesi Utara,”kata
Asrena KSAL Laksamana Muda TNI
Sumartono di Batam kemarin. KSAL
Laksamana TNI Soeparno sebelumnya
mengatakan, program penambahan
alutsista TNI AL pada 2012 adalah
pengadaan kapal selam dan kapal
permukaan.
“Ada tiga kapal selam, dua kapal
permukaan frigate jenis perusak
kawal rudal (PKR) dan 20 kapal patroli
cepat dan kapal cepat torpedo,”
ujarnya. Satu unit kapal tersebut
berharga sekitar Rp75 miliar. Pada
pengadaan pertama yakni KRI Celurit,
pemerintah bekerja sama dengan
Bank Mandiri untuk pembiayaannya.
Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI
Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan,
pengadaan alutsista TNI AL meliputi
kapal kombatan dan nonkombatan
seperti kapal tanker dan kapal angkut
tank. Kapal perang dalam waktu dekat
diserahkan kepada KRI
Kujang-642. Selain KCR dari galangan
kapal di Batam,TNI AL juga segera
diperkuat kapal-kapal perang
produksi galangan kapal di
Banyuwangi, Trimaran.
Nama terakhir ini juga menggunakan
senjata peluru kendali dengan jarak
tembak 120 km.TNI AL memesan
empat unit dan dalam waktu dekat
satu di antaranya sudah bisa
diserahkan. Meski demikian, Trimaran
berbeda dengan Celurit maupun
Kujang. Dari segi bahan, Trimaran
menggunakan komposit serat karbon,
sedangkan Celurit dan Kujang terbuat
dari gabungan baja khusus high
tensile steel dan aluminium marine
grade.
Trimaran juga mampu melaju lebih
kencang 5 knot dari Celurit dan
Kujang. Kapal-kapal kecil dinilai cocok
dengan kondisi geografis Indonesia
yang berupa kepulauan, dibandingkan
dengan kapal besar seperti yang
banyak digunakan dalam Perang
Pasifik. Namun, kapal-kapal tersebut
harus dilengkapi dengan persenjataan
yang canggih seperti peluru kendali.
Sekjen Kemhan Marsdya TNI Erris
Heryanto mengatakan, pemerintah
sedang bersiap untuk memproduksi
peluru kendali (rudal) yang akan
dipakai mempersenjatai kapal perang
KCR yakni C-705 . Produksi akan
menggandeng perusahaan di China
yaitu Sastind. “TNI AL akan
menggunakan ini di kapal-kapal
patrolinya.Rudal ini memiliki
jangkauan 110-120 km dan
dipersiapkan untuk sasaran
permukaan,”ujarnya.
Sumber : SINDO
Wednesday, January 4, 2012
TNI AU akan diperkuat Rudal Pertahanan Udara KY80 dari Cina
06 Januari 2012
HQ-16 atau LY-80/KY-80 adalah rudal permukaan ke udara jarak sedang buatan China dengan sistem peluncuran vertikal, yang dapat menjangkau target hingga 40 km (photo : Chinese Military Review)
Untuk mendukung upaya pengamanan
wilayah udara Indonesia, Komando
Sektor Pertahanan Udara Nasional
(Kosekhanudnas) III Medan mulai
melirik penggunaan peluru kendali
produksi Cina.
Medan – Komando Sektor Pertahanan
Udara Nasional III Medan berencana untuk
mengusulkan pembelian peluru kendali
buatan Cina. Pembelian ini rencananya
akan diajukan pada pemerintah, dalam
rangka melengkapi persenjataan udara
Indonesia. Di tengah beragam ancaman
yang mungkin terjadi setiap saat.
Panglima Kosek Hanudnas Tiga Medan,
Bonar H Hutagaol mengatakan pihaknya
telah melakukan peninjauan terhadap
peluru kendali Cina. Untuk melihat
keunggulan senjata tersebut dan melihat
kemungkinan untuk membelinya. Walau
hingga kini belum ada sinyalemen yang
memungkinkan untuk membeli.
“Baru tingkat peninjauan untuk melihat
kemampuannya di Gurun Gobi,” kata
Hutagaol pada Smart FM Medan. Peluru
kendali yang diujicoba di Cina berjenis
KY-80 . Indonesia dipastikan membutuhkan
persenjataan dalam bentuk rudal yang
mampu menembak pesawat dan rudal
musuh.
Meski demikian, Bonar H Hutagaol
menambahkan, senjata yang saat ini dimiliki
oleh Komando Sektor Pertahanan Udara
Nasional III Medan masih cukup memadai.
Sehingga pembelian ini belum
dikategorikan kebutuhan prioritas. Hasil uji
coba tersebut akan dilaporkan untuk
dianalisis lebih lanjut, sembari mengukur
ketersediaan anggaran.
Cina sendiri dipilih sebagai negara
perbandingan persenjataan, sebab hingga
kini persenjataan Cina masih dapat
diunggulkan. fika rahma
Sumber Smart FM Medan
Dansatlinlamil Surabaya Lantik Komandan KRI Teluk Parigi-539
Jakarta
| 22:19 Wed, 4 Jan 2012
16
tnial.mil.id / KRI Teluk Hading
Berdasarkan siaran pers Dispen Kolinlamil yang diterima Jurnal Nasional, Rabu (4/1), Dansatlinlamil Surabaya mengatakan serah terima jabatan di lingkungan TNI AL merupakan upaya pembinaan organisasi dan personel secara utuh, sekaligus sebagai penyegaran semangat dan penyegaran pemikiran serta inovasi terhadap tuntutan tugas yang semakin kompleks.
”Satlinlamil Surabaya bertugas melaksanakan pembinaan kekuatan dan kemampuan terhadap unsur-unsur organiknya termasuk didalamnya pembinaan personel dan material berikut dukungan logistik dan administrasi dalam rangka kesiapan operasi angkutan laut militer, maupun dalam rangka menunjang pembangunan nasional,” katanya.
Lebih lanjut, Dansatlinlamil Surabaya mengatakan semakin berat dan kompleksnya tugas Satlinlamil Surabaya kedepan didalam mendukung kegiatan Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), menuntut Satlinlamil Surabaya untuk selalu berupaya meningkatkan kemampuan sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan pelaksanaan tugas.
Seperti diketahui, jabatan Komandan KRI Teluk Parigi-539 diserahterimakan dari Mayor Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro lulusan AAL Angkatan 42 Tahun 1996 kepada penggantinya Mayor Laut (P) Irwan Sondang Parluhutan Siagian lulusan AAL Angkatan 41 Tahun 1995 mantan Dikseskoal Tahun 2011. Selanjutnya Mayor Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro menempati pos sebagai Pabandya Rendal Sops Kolinlamil.
Pada akhir amanatnya, Dansatlinlamil Surabaya menegaskan bahwa Komandan KRI harus mengetahui, menguasai dan memahami kondisi peralatan dan seluruh anak buah dengan segala permasalahan yang ada pada mereka. ”Cermati setiap situasi yang ada, tegas dan senantiasa mampu mengantisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang ada” ujarnya.
Upacara sertijab yang berlangsung khidmat itu dihadiri oleh para Komandan KRI jajaran Satlinlamil Surabaya yang sedang berada di pangkalan.
sumber : JURNAS
Wamenhan: industri perkapalan nasional harus berdaya saing
Rabu, 4 Januari 2012 20:37 WIB | 1098 Views
Batam (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta industri pertahanan nasional, termasuk industri perkapalan agar membenahi sistem manajerialnya sehingga memiliki daya saing yang kuat dan sehat tidak saja di dalam tetapi juga luar negeri. "Saya bersama tim datang untuk melihat langsung kinerja dan sistem manajerial yang dilakukan perusahaan-perusahaan kapal swasta dalam mendukung kebutuhan TNI, khususnya TNI Angkatan Laut," katanya, dalam kunjungan kerjanya di tiga perusahaan galangan kapal swasta di Batam, Rabu.
Ia menilai, perusahaan kapal swasta memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan produk kapal yang berdaya saing tinggi, tidak saja untuk kapal niaga tetapi juga militer.
"Namun, untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan operasional TNI yang diperlukan, harus didukung daya mampu yang memadai secara manajerial, terutama tingkat keahlian dan kemampuan sumber daya manusianya," katanya.
Para pengusaha kapal swasta juga harus mampu berinteraksi dengan Kementerian Pertahanan/TNI untuk lebih memahami spesifikasi teknik dan kebutuhan operasional yang dibutuhkan, lanjut Sjafrie.
Hal tersebut terkait dengan kebijakan politik negara untuk membangun sistem pertahanan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dengan banyaknya perusahaan kapal baik nasional maupun swasta yang berdaya saing tinggi, maka kemampuan SDM mau tidak mau akan meningkat. Daya serap tenaga kerja pun semakin tinggi, dan ini berarti mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.
Dari segi politik, perusahaan kapal nasional dan swasta yang berdaya saing tinggi dapat memacu kemandirian industri pertahanan nasional, yang berujung pada posisi tawar Indonesia, kata Sjafrie menambahkan.
Karena itu, pemerintah telah mencanangkan modernisasi alat utama sistem senjata selama 2009-2024 secara bertahap, terutama untuk alat utama sistem senjata bergerak seperti kendaraan tempur, pesawat tempur, dan kapal selam.
"Karena itu, saya harapkan semua perusahaan kapal di Indonesia baik nasional seperti PT PAL dan perusahaan kapal swasta dapat memperbaiki kinerja manajerialnya, kepemimpinannya, kemampuan SDM dan lainnya sehingga mampu saling bersaing secara sehat. Semua memiliki peluang sama," katanya.
Dalam kunjungannya ke Batam, Wakil Menhan melakukan kunjungan ke PT Bandar Abadi Shipyard, PT Citra Shipyard, dan PT Palindo Marine Shipyard (meninjau production line dan peninjauan KCR).
Selain itu juga akan mengunjungi Fasharkan Mentigi, Dermaga Punggur dan Puskodal TNI-AL.
sumber Antara
Pemerintah Genjot Alih Teknologi Kapal Selam Korea
TEMPO.CO, Batam - Wakil Menteri
Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin
memastikan pemerintah bakal
mendorong percepatan alih teknologi
pembuatan kapal perang dalam
negeri. Selama ini industri kapal
dalam negeri baru bisa memproduksi
non-kapal perang, seperti kapal
patroli dan kapal angkut. Sedangkan,
untuk kapal selam, masih
mengandalkan teknologi asing.
"Pemerintah sudah memprioritaskan
anggaran alat utama sistem
persenjataan (alutsista) angkatan laut
untuk transfer teknologi," ujar Sjafrie
saat meninjau industri kapal di
Batam, Kepulauan Riau, Rabu, 4
Januari 2012.
Pada 20 Desember lalu, Kementerian
Pertahanan sudah menandatangani
kontrak pengadaan tiga unit kapal
selam dengan perusahaan galangan
kapal asal Korea Selatan, Daewoo
Shipbuilding Marine Enginering
(DSME). Menurut Sjafrie, kerja sama
dilakukan dengan model produksi
bersama agar terjadi alih teknologi.
Penambahan alutsista kapal selam ini
diharapkan menjadi wadah
penguatan kemampuan sumber daya
manusia (SDM) lokal dalam
pembuatan kapal selam.
Menurut Sjafrie, alih teknologi
pembuatan kapal selam sudah masuk
dalam kontrak pembelian tiga kapal
selam itu. Berdasarkan kontrak,
ketiga kapal ini menghabiskan biaya
sekitar US$ 1,80 miliar yang diambil
dari alokasi pengadaan alutsista
tahun 2010-2014.
Kepala Badan Sarana Pertahanan
Mayor Jenderal Ediwan Prabowo
mengatakan, untuk menjamin
terlaksananya alih teknologi,
pembuatan kapal selam ketiga akan
dilakukan sepenuhnya di Indonesia
melalui perusahaan produsen kapal
pelat merah PT PAL.
Pembuatan kapal pertama dilakukan
sepenuhnya di Korea dengan
mendatangkan tenaga ahli PT PAL
Surabaya untuk belajar ke Daewoo.
Mereka akan diminta belajar tahapan
desain dan turut dalam tahapan
persiapan pembangunan kapal selam
kedua.
Rencananya, dalam pembuatan kapal
tahap pertama, akan dikirim sekitar
30 tenaga ahli. Sedangkan, pada
pembuatan kapal kedua, pemerintah
akan mengirim hingga 130 orang
untuk mulai terlibat dalam praktek
pembuatan kapal selam. Barulah
nanti pembuatan kapal ketiga
sepenuhnya bisa dibuat langsung di
PT PAL. "Kami berharap pada
akhirnya SDM lokal bisa membuat
kapal selam secara penuh," ujarnya di
tempat yang sama.
Ediwan menuturkan pemerintah
menargetkan kapal selam pertama
sudah rampung pada 2015.
Sedangkan kapal kedua dan ketiga
berturut-turut selesai pada 2016 dan
2017. Pengadaan tiga unit kapal
selam baru ini akan digunakan untuk
melengkapi armada tempur TNI
Angkatan Laut. Saat ini Indonesia
baru memiliki dua kapal selam, yaitu
KRI Cakra dan KRI Nanggala, yang
sudah beroperasi lebih dari sepuluh
tahun.
Tiga kapal selam yang sudah dipesan
ini memiliki bobot dan daya angkut
yang lebih besar, dengan peralatan
dan persenjataan yang lebih baru.
"Dengan kehadiran tiga kapal selam
baru ini, diharapkan daya tempur dan
daya tangkal TNI Angkatan Laut
semakin kuat," ujarnya.
sumber: Tempo
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...