Pages

Tuesday, January 3, 2012

Mobil Kiat Esemka Akan Diproduksi Massal


Produksi massal membuat harga mobil
Kiat Esemka menjadi lebih murah.

Mobil dinas Jokowi rakitan anak SMK
Eko Huda S | Selasa, 3 Januari 2012, 12:31
WIB


VIVAnews - Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mengapresiasi
keberhasilan siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam merakit mobil
Kiat Esemka. Kementerian ingin mobil
itu diproduksi secara massal.
"Kita akan mendorong produk-produk
ini akan menjadi pabrikasi," kata Staf
Mendikbud Bidang Komunikasi dan
Media, Sukemi saat berbincang dengan
VIVAnews.com , Selasa 3 januari 2012.
Menurut dia, dengan produksi massal
itu produk mobil dan laptop Esemka
bisa dijual ke masyarakat dengan harga
yang lebih murah. Untuk saat ini saja,
mobil Kiat Esemka dihargai dalam
kisaran harga Rp95 juta. "Karena
massal harganya akan lebih murah,"
kata dia.
Sukemi mengatakan kewenangan untuk
menjadikan produksi ini dalam jumlah
banyak menjadi kewenangan
Kementerian Perindustrian dan
Kementerian Perdagangan. Namun,
Kemendikbud telah melakukan
pembicaraan dengan kedua
kementerian itu. "Tinggal menunggu
lampau hijau dari kemeterian terkait,"
ujar Sukemi.
"Itu wewenang kementerian lain. Kami
di sini hanya membekali. Kalau tidak
bisa dipabrikasi, paling tidak para siswa
itu telah mengetahui seluk beluk
teknologi itu saat bekerja di lapangan.
Jadi mereka sudah siap," kata Sukemi.
Sebelumnya, siswa SMK 2 Surakarta
dan SMK Warga Surakarta telah
berhasil membuat mobil Kiat Esemka.
Sekitar 80 persen komponen mobil
berasal dari komponen lokal. Mobil ini
mendapat apresiasi banyak kalangan.
Spesifikasi mobil ini tak kalah dengan
mobil buatan luar negeri. (umi)
suber : VIVAnews

Iran tindak tegas apa bila kapal induk as kembali ke tuluk persia

Selasa, 03/01/ 2012 15:54 WIB
Iran Akan Tindak
Tegas Kapal Induk AS
Jika Kembali ke Teluk
Persia
Muhammad Taufiqqurahman -
detikNews
FOTO: Foto: AFP
Teheran - Pemerintah Iran
memperingatkan akan mengambil
tindakan tegas kepada Amerika
Serikat (AS) jika kapal induk AS
kembali lagi ke Teluk Persia. Iran
berjanji hanya akan memberikan
peringatan satu kali kepada AS
atas tindakannya itu.
"Saya menyarankan,
merekomendasikan dan
memperingatkan mereka
(Amerika) atas kembalinya kapal
induk ini ke Teluk Persia, karena
kita tidak terbiasa memberikan
peringatan lebih dari sekali," ujar
Kepala Pasukan Militer Iran,
Ataollah Salehi, seperti
diberitakan AFP, Selasa
(3/1 /2011).
Kapal induk AS yang menyusup di
Teluk Persia diyakini sebagai USS
John C Stennis, salah satu kapal
perang terbesar milik Angkatan
Laut AS. Kapal itu meninggalkan
Teluk Persia setelah Iran
menggelar latihan perang di
wilayah itu selama 10 hari.
"Iran tidak akan mengulangi
peringatannya. Pasukan induk
musuh telah pindah ke Laut
Oman setelah manuver kita. Saya
menyarankan dan menekankan
kepada kapal induk Amerika untuk
tidak kembali ke Teluk Persia,"
jelasnya.
Dalam layar monitor militer Iran
terlihat kemampuan Iran untuk
menutup Selat Hormuz, kawasan
di Teluk Persia. Ketegangan
antara Iran dan pihak Barat dalam
beberapa hari terakhir semakin
meningkat. Iran menegaskan
program nuklirnya murni untuk
tujuan damai. Amerika Serikat
telah memberi sanksi ekonomi
baru kepada Iran beberapa hari
yang lalu.
Sebelumnya pejabat-pejabat AS
mengungkapkan, kapal induk
tersebut tengah bergerak menuju
Selat Hormuz, rute penting di
Teluk Persia yang dilalui kapal-
kapal yang mengangkut sepertiga
minyak dunia. Iran telah
mengancam akan menutup selat
tersebut jika negara-negara Barat
benar-benar menerapkan sanksi
terhadap industri minyak Iran.
Ancaman Iran itu telah
menimbulkan kemarahan AS.
Militer AS mengancam tidak akan
mentolerir setiap upaya Iran
untuk menutup selat tersebut.

sumber detik

Mobil made in Indonesia

Inilah Mobil-Mobil Nasional
Indonesia
Selasa, 3 Januari 2012 - 12:43 wib
Azwar Ferdian - Okezone
F: Esemka Digdaya (Okezone)
enlarge this image
JAKARTA – Indonesia sebagai salah satu
pasar otomotif terbesar di dunia, sudah
saatnya memiliki mobil nasional yang bisa
diandalkan. Melihat ke belakang,
Indonesia sudah beberapa kali tercatat
memiliki mobil nasional, bahkan ada yang
suskes di pasaran.
Seperti dikutip tujuhpedia, ada tujuh
mobil nasional (plus Esemka Rajawali)
yang pernah dikembangkan putra-putra
bangsa. Ketujuh mobil tersebut adalah
Marlip, Maleo, Gea, Tawon, Komodo,
Timor dan Esemka Digdaya, serta
tambahan Esemka Rajawali. Bagaimana
sejarah delapan mobil tersebut?
Marlip
Marlip adalah mobil listrik yang
dikembangkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) dan dipasarkan
PT. Marlip Indo Mandiri. Mobil ini
digunakan untuk mobil golf, pasien, mobil
keamanan. Marlip juga punya varian mobil
empat penumpang dengan kecepatan
mencapai 50 km/jam dengan jarak
tempuh maksimal 120km. Harga Marlip
berkisar antara Rp60 sampai Rp80 juta.
Maleo
Maleo mulai dikembangkan pada 1993,
dimana saat itu pemerintah mulai berpikir
tentang mobil nasional. IPTN sebagai
instansi yang ditunjuk, bekerjasama
dengan Rover, Inggris dan Millard Design
Australia. Sampai pada 1997, IPTN sukses
membuat 11 rancangan mobil yang
isimewa. Namun karena reformasi 1998,
proyek tersebut menjadi sia-sia.
Gea
Gea adalah proyek mobil nasional hasil
riset PT. INKA (Industri Kereta Api)
dengan mesin Rusnas (Riset Unggulan
Strategis Nasional), yakni mesin
berkapastias 640cc. Tujuan Gea adalah
memberikan alternatif mobil kecil
menghadapi krisis energi. Dilepas dengan
harga antara 45 -50 juta, sudah diuji coba
hingga 10.000 km dan kecepatan
maksimalnya 90 km/jam. Mobil ini sudah
sampai tahap uji coba produksi.
Tawon
Mobil tawon diproyeksikan menjadi
pengganti Bajaj. Diproduksi oleh PT Super
Gasindo Indonesia Jaya (GIJ). Tawon
adalah mobil nasional yang paling siap
dipasarkan. Mobil ini menggunakan
bahan bakar gas dengan kapasitas mesin
mesin 650cc. Tawon mampu menembus
kecepatan 100 km/jam dengan banderol
Rp48 juta on the road.
Komodo
Salah satu desainer CN-250 Gatotkaca
Ibnu Susilo menjadi Head Designer Maleo
mengeluarkan desain Komodo. Ini adalah
mobil offroad asli Indonesian. Mobil kecil
tapi dapat melintasi hutan sejauh 100 km
dalam 6-7 jam dengan konsumsi bahan
bakar hanya 5 liter. Komodo punya fitur
self-recovery yang membuatnya tidak bisa
terguling.
Timor
Timor adalah Teknologi Industri Mobil
Rakyat. Timor pernah hits di dekade 90an
yang diproduksi PT. Timor Putra Nasional.
Sejatinya, mobil ini merupakan mobil KIA
Sephia dengan ide mengimpor mobil
namun dengan komponen lokal.
Bersamaan dengan Timor, hadir
Bimantara dengan produknya Bimantara
Cakra.
Esemka Digdaya
Esemka Digdaya adalah proyek mobil
nasional yang dikerjakan oleh siswa SMK
1 Singosari Malang. Mobil double kabin
ini memiliki mesin 1.500 cc eks Timor.
Biaya yang dhabiskan Rp175 juta.
Esemka Rajawali
Senada dengan Esemka Digdaya, Esemka
Rajawali menjadi perbincangan khusus
setelah Wali Kota Solo Joko Widodo
menggunakan sebagai mobil dinas.
Esemka Rajawali bergenre SUV dengan
mesin 1.500 cc milik Timor. Mobil ini
dilepas dengan banderol Rp75 juta
dengan semua fitur-fitur layaknya mobil
Jepang.
sumber oke zone

Ruisia: Fasilitas Nuklir Cina Terancam Misil As

MOSKOW - Pejabat militer Rusia
menyinggung sistem pertahanan misil di
wilayah Pasifik yang digagas oleh Amerika
Serikat (AS). Rusia menilai, sistem
pertahanan itu akan mengancam fasilitas
nuklir China.
"Sistem pertahanan misil Pasifik adalah
sebuah masalah. Jepang dan Korea
Selatan memiliki persenjataan yang
dilengkapi dengan sistem Aegis. Jepang
bahkan berniat untuk menambahnya
dengan bantuan AS," ujar pejabat militer
Rusia Mayor Jendral Vladimir Dvorkin,
seperti dikutip RT , Rabu (28/12 /2011).
"Ini merupakan sistem pertahanan misil
yang aktif dan tentunya akan mengancam
fasilitas nuklir China," tandasnya.
Dvorkin juga membenarkan sikap China
yang kian meningkatkan kekuatan
militernya. Menurut Dvorkin, China
berhak memperkuat diri, dan harus turut
aktif berdialog dengan AS untuk
membahas sistem pertahanan misil AS di
Eropa dan Asia.
"Sistem pertahanan ini bukan hanya
menjadi masalah Rusia, AS, dan North
Atlantic Treaty Organization (NATO). China
juga harus terlibat karena China adalah
anggota tetap Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB),"
tambahnya.
Rusia juga tetap mendesak AS agar
memberi jaminan bila sistem pertahanan
misilnya tidak ditujukan ke Rusia.
"Moskow menuntut AS agar memberikan
jaminan legal, misil Eropa tidak akan
ditargetkan ke Rusia. Sebaliknya, kami
akan mempertimbangkan untuk memberi
jaminan ke Paman Sam, bahwa sistem
pertahanan udara Rusia tidak ditargetkan
ke AS," ujar salah seorang peneliti Rusia,
Alexey Arbatov. (rhs)

sumber okezone

Monday, January 2, 2012

Australia jadi hibahkan 4 hercules Untuk Indonesia



Selasa, 3 Januari 2012 10:33 WIB | Dibaca 917 kali
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah
Australia positif menghibahkan empat unit
pesawat C-130 Hercules untuk Indonesia
setelah sempat tertunda prosesnya pada
2011.
"Kemungkinan kedua tim teknis dari masing-masing negara
akan bertemu pada pertengahan Januari ini," kata Kepala
Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind
Asrin ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hartind Asrin mengatakan, dalam pertemuan itu kedua tim
akan membicarakan teknis hibah yang akan dilakukan
setelah sempat tertunda pada 2011.
Selain mengadakan pertemuan di Jakarta, akan dilakukan
pula pertemuan di Australia untuk melihat langsung empat
unit pesawat Hercules yang akan dihibahkan tersebut, lanjut
Hartind.
Kepastian hibah empat unit pesawat Hercules dari Australia
itu telah mendapat persetujuan dari Amerika Serikat sebagai
produsen pesawat angkut berat Hercules.
"Namun teknisnya harus dibicarakan lebih lanjut antartim
kedua negara. Dan itu akan segera dilakukan mulai
pertengahan Januari ini," kata Hartind.
Sementara itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan
Udara Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo mengatakan
pesawat Hercules yang dibutuhkan TNI AU saat ini sebanyak
30 unit. Namun, TNI AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules,
sehingga masih kurang sembilan pesawat.
"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah
dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan
untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua
unit, dan pesawat operasional dua batalyon sebanyak 26
unit," kata Marsekal Muda Rodi.
Rodi menambahkan,"Tipe yang akan dihibahkan adalah tipe
H, diremajakan kembali, dan akan digunakan TNI Angkatan
Udara untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua,".

Sumber Antara

Iran-US brinkmanship over oil strait of Hormuz worsens

Iran-US brinkmanship over oil strait of Hormuz worsens

A showdown between Iran and the United States over Tehran’s threats to close the strategic Strait of Hormuz to oil tankers worsened on Thursday with warships from each side giving weight to an increasingly bellicose exchange of words.
Iran’s Revolutionary Guards rejected a warning that the US military would “not tolerate” such a closure, saying they would act decisively “to protect our vital interests.”
State Department spokeswoman Victoria Nuland said on Thursday that Iran had exhibited “irrational behavior” by threatening to close the strait.
“One can only guess that the international sanctions are beginning to feel the pinch, and that the ratcheting up of pressure, particularly on their oil sector, is pinching in a way that is causing them to lash out.”
The tough language came as two US warships entered a zone where the Iranian navy’s ships and aircraft were in the middle of 10 days of war games designed as a show of military might.
But a US navy spokeswoman said later that the aircraft carrier USS John C.
Stennis and the guided-missile cruiser USS Mobile Bay had transited without incident on Tuesday, in pre-planned, routine operation.
“Our interaction with the regular Iranian Navy continues to be within the standards of maritime practice, well-known, routine and professional,” Fifth Fleet spokeswoman Lieutenant Rebecca Rebarich said on Thursday.
The transit area was in waters east of the Strait of Hormuz, a choke point at the entrance to the Gulf through which more than a third of the world’s tanker-borne oil passes.
Iranian Vice President Mohammad Reza Rahimi warned this week that “not a drop of oil will pass through the Strait of Hormuz” if the West followed through with planned additional sanctions against Iran over its nuclear program.
The navy commander, Admiral Habibollah Sayari, backed that up by saying it would be “really easy” to close the strait.
A US Defence Department spokesman riposted on Wednesday that “interference with the transit of vessels through the Strait of Hormuz will not be tolerated.”
But Brigadier General Hossein Salami, the deputy commander of Iran’s powerful Revolutionary Guards, told Fars news agency on Thursday that “our response to threats is threats.”
We have no doubt about our being able to carry out defensive strategies to protect our vital interests – we will act more decisively than ever,” he was quoted as saying.
“The Americans are not qualified to give us permission” to carry out military strategy, he said.
Admiral Sayari said the US aircraft carrier was monitored by Iranian forces as it passed from the Strait of Hormuz to the Gulf of Oman, state television reported.
It broadcast footage of an aircraft carrier being shadowed by an Iranian plane.
An Iranian navy spokesman, Commodore Mahmoud Mousavi, told the official IRNA news agency the US carrier went “inside the manoeuvre zone” where Iranian ships were conducting their exercises.
He added that the Iranian navy was “prepared, in accordance with international law, to confront offenders who do not respect our security perimeters during the manoeuvres.”
US officials had said on Wednesday that the Stennis and its carrier strike group were moving through the Strait of Hormuz.
Pentagon press secretary George Little said this was “a pre-planned, routine transit” to the Arabian Sea to provide air power for the war in Afghanistan.
The United States maintains a navy presence in the Gulf in large part to ensure oil traffic there is unhindered. Its Fifth Fleet is based in Bahrain.
Iran, which is already subject to several rounds of sanctions over its nuclear program, has repeatedly said it could target the Strait of Hormuz if attacked or its economy is strangled.
Such a move could cause havoc on world oil markets, disrupting the fragile global economy, although analysts say the Islamic republic is unlikely to take such drastic steps as it relies on the route for its own oil exports.
Iran’s naval manoeuvres included the laying of mines and the use of aerial drones, according to Iranian media. Missiles and torpedoes were to be test-fired in the coming days.
Earlier this month, Iranian officials said a Revolutionary Guards cyber-warfare unit had hacked the controls of a US bat-winged RQ-170 Sentinel reconnaissance drone and brought it down safely.
Analysts and oil market traders are watching the developing situation in and around the Strait of Hormuz carefully, fearing that a spark could ignite open confrontation between the long-time foes.
The United States had proposed a military hotline between Tehran and Washington to defuse any “miscalculations” between their navies, but Iran in September rejected that offer.
 
SUMBER :  DEFENCE TALK

Jet Tempur Iran Jepret Kapal Induk AS

F-15 Sale to Saudi Arabia Part of Broader Effort

F-15 Sale to Saudi Arabia Part of Broader Effort

The recently announced $29.4 billion sale of F-15SA fighter aircraft to Saudi Arabia is just one part of a broader U.S.-Saudi military sales and defense cooperation effort that’s central to regional security, Pentagon Press Secretary George Little said.
U.S. officials announced an agreement Dec. 29 to sell 84 new F-15 fighter jets and upgrades for 70 existing aircraft to Saudi Arabia. Little said the same represents less than half of the $60.5 billion in U.S. sales of aviation capabilities agreed by the Kingdom of Saudi Arabia.
In addition to the Royal Saudi Air Force, this broader program includes aviation capabilities for the Saudi Arabian National Guard, Royal Saudi Land Forces and Saudi Royal Guard, he said.
“More broadly, the U.S.-Saudi military-to-military alliance is a central feature of regional security,” he said.
Little noted the U.S. Military Training Mission in Saudi Arabia, which was established in 1953 and remains a cornerstone of the U.S.-Saudi military-to-military relationship. U.S. and Saudi defense departments cooperate regularly at the highest levels, through established bilateral planning forums like the Strategic Joint Planning Commission and the Military Joint Planning Commission, he said.
In addition, the Royal Saudi Air Force trains with the U.S. Air Force in rigorous exercises that improve military cooperation and interoperability, and that facilitate the exchange of ideas, Little said. Among them is Red Flag, the U.S. Air Force's premier air-to-air combat training exercise, conducted in Nevada. Red Flag gives pilots the experience of multiple, intensive air combat sorties from within the safety of a training environment.
In announcing the F-15 sales agreement Dec. 29, James N. Miller, principal deputy under secretary of defense for policy, and Andrew Shapiro, assistant secretary of state for political-military affairs, emphasized the close military-to-military ties between the United States and Saudi Arabia.
“The United States is firmly committed to the security of the Kingdom of Saudi Arabia, as we have been for nearly seven decades, and … more broadly, the United States and Saudi Arabia have a strong mutual interest in the security and stability of the Gulf,” Miller said.
The F-15s Saudi Arabia will receive under the agreement “will have the latest generation of computing power, radar technology, infrared sensors and electronic warfare systems,” he added.
“This agreement reinforces the strong and enduring relationship between the United States and Saudi Arabia,” Shapiro said. “It demonstrates the U.S. commitment to a strong Saudi defense capability as a key component to regional security.”
State and DOD have worked to conclude the agreement since June 2010, Shapiro added.
The White House released a statement Dec. 29 detailing the full Foreign Military Sales program agreement, which also will provide munitions, spare parts, training, maintenance and logistics support for the F-15s to the Royal Saudi Air Force.
 

BERITA POLULER