Pages

Wednesday, November 23, 2011

Malaysian Exercise Resounding Success for RAF Typhoon Squadron

Pilots and ground crew from Number 6 Squadron have gained priceless experience in operating the Tranche 2 Typhoon aircraft in unfamiliar conditions during Exercise Bersama Lima in Malaysia.
This was the first overseas deployment of Tranche 2 Typhoon aircraft and the first deployment of 6 Squadron since it reformed at RAF Leuchars in September 2010.
During the exercise, four 6 Squadron Typhoons, representing the Royal Air Force, flew mock combat sorties alongside Royal Australian Air Force (RAAF) F/A-18s, Royal Malaysian Air Force (RMAF) MiG-29s and F/A-18s, and Republic of Singapore Air Force F-15SGs and F-16s.
6 Squadron successfully completed more than 70 sorties during the detachment, amounting to 164 flying hours. Moreover, the squadron delivered 100 per cent of the sorties it planned during the exercise itself.
Severe thunderstorms and the effect of the extremely long distance on the supply chain provided engineering challenges, but the overall assessment is one of resounding success for the squadron.
Officer Commanding 6 Squadron, Wing Commander Roddy Dennis, said:
"From my perspective as a Squadron Commander, Exercise Bersama Lima provided an excellent opportunity to prove Tranche 2 Typhoon's expeditionary capabilities and its ability to not only operate in tropical weather conditions and high humidity, which it did without impact, but also to conduct air operations with nations that we do not routinely train with.
"In addition, the opportunity to 'fight' against the RMAF MiG-29 Fulcrum was first class and saw Typhoon very well-placed, allowing the 6 Squadron pilots to take great confidence in the performance of Typhoon and it's [its] weapon system.
"It was also extremely useful to operate closely with the deployed RAAF F/A-18s from 75 Squadron who use similar operating procedures and tactics."
Exercise Bersama Lima marked the 40th anniversary of the Five Power Defence Arrangements (FPDA) between the UK, Malaysia, Singapore, Australia and New Zealand.
Established in 1971, the FPDA is a commitment undertaken by the five nations to consult in the event of an attack on Singapore or Malaysia. It is the only multilateral defence agreement in South East Asia with an operational element.
The joint exercise saw the participation of around 4,000 troops, 68 aircraft, 18 ships, two submarines and various support elements from the FPDA member nations.
The four RAF Typhoon aircraft from 6 Squadron flew to the Royal Malaysian Air Force base in Butterworth, Malaysia, from their base at RAF Leuchars in Fife, Scotland, to take part in Exercise Bersama Lima.
The 7,000-mile (11,265km) trip took the pilots four days with stops in Jordan, Oman and Sri Lanka, supported throughout by engineers and ground crews as well as a VC10 aircraft of 101 Squadron based at RAF Brize Norton.

Russian Air Force to get 90 aircraft in 2012



15:14 22/11/2011
MOSCOW, November 22 (RIA Novosti)
The Russian Air Force will take delivery of about 90 new or modernized fixed and rotary wing aircraft in 2012, a Defense Ministry spokesman said on Tuesday.
The Air Force will receive up to 10 Su-34 Fullback fighter-bombers, about 10 Su-25SM Frogfoot attack fighters, and an unspecified number of Su-35S Flanker-E multirole fighters, Col. Vladimir Drik said.
The Su-35S is Russia’s advanced “Generation 4++” fighter.
New acquisitions will also include over 20 attack helicopters, such as the Mi-28N Night Hunter and the Ka-52 Alligator, as well as “highly modernized” Mi-35 Hind helicopters.
The Air Force will also receive about 30 Mi-8 transport and five Mi-26T heavy lift helicopters.

RIA NOVOSTI

Russian air defenses can counter ‘even hypersonic missiles'


Russian air defenses can counter ‘even hypersonic missiles’

Russia’s air defense system will have the capability to intercept any type of missiles, Defense Minister Anatoly Serdyukov said on Tuesday.
“The integration of [aerospace defense] systems will make it possible to intercept any targets at any speed, including hypersonic ones,” he said.
The new system should be up and running by December 1, he said, adding that it will comprise “air defense, missile defense, missile early warning attack and space control systems.”
Serdyukov’s remarks come shortly after the U.S. Army conducted the first flight test of a new weapon concept designed to fly within the earth’s atmosphere at hypersonic speed and long range.
The U.S. Army Space and Missile Defense Command launched the Advance Hypersonic Weapon (AHW), “a first-of-its-kind glide vehicle,” on November 16 from the Pacific Missile Range Facility in Hawaii.
The DoD said it is using AHW to develop and demonstrate technologies for Conventional Prompt Global Strike (CPGS).


RIA NOVOSTI

Iran Gelar Manuver Militer Baru Mengukur Kesiapannya


 sabtu, 2011 November 19 12:14

Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menggelar rangkaian manuver di bagian timur negara dalam rangka mempertahankan kesiapan defensifnya.

Angkatan Bersenjata Iran dalam statemennya menyebutkan, manuver bersandi Thamen al-Hojaj itu dimulai Jumat (18/11) di wilayah timur Iran dan digelar di area hingga 800 ribu kilometer persegi (500 ribu mil).

Komandan Pangkalan Udara Khatam al-Anbiya, Brigjen Farzad Esmaili, mengkonfirmasikan tahap pertama manuver dengan penempatan unit pertahanan udara Angkatan Bersenjata Iran di lokasi yang telah ditentukan.

Sejumlah besar divisi tempur, intelijen dan operasional Angkatan Bersenjata Iran, bersama dengan unit-unit pertahanan pasif dikerahkan dalam manuver militer baru itu.

Tahap awal dari manuver itu akan menilai kinerja setiap unit dalam membentuk pusat komando utama dan sekunder serta penempatan divisi reaksi taktis dan gerak cepat dalam menjalankan prinsip-prinsip strategi pertahanan pasif.

Manuver yang dikomando dari Pangkalan Pertahanan Udara Khatam al-Anbiya itu juga akan menganalisa kesiapan pasukan yang terlibat serta mengukur kapasitas operasional seluruh perlengkapan dan persenjataan.

Republik Islam Iran berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya tidak mengancam negara-negara lain karena berasaskan pada doktrin pencegahan. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


 Pasukan Pemantau Udara Iran Kini Dilengkapi Peluncur Roket di Pundak

Pasukan pemantau udara Republik Islam Iran kini dilengkapi dengan senjata pelucur roket baru di pundak yang dapat mengunci berbagai macam target udara.

Fars News (20/11) melaporkan, pada manuver Thamen al-Hojaj, Pangkalan Udara Khatam al-Anbiya, mengakhiri manuver tahap keduanya dengan mengeluarkan perintah tembak kepada pasukan pengawas yang dilengkapi dengan pesawat tanpa awak untuk menjatuhkan sasaran bayangan.

Pada tahap kedua manuver tersebut, pasukan pengawas udara permanen maupun bergerak, langsung membentuk jaringan pertahanan udara terpadu setelah menyaksikan sebuah pesawat musuh bayangan.

Kinerja jaringan pertahanan udara terpadu itu pada tahap awal menganalisa situasi dan koordinasi setiap sistem radar dan perisai yang ada di kawasan, kemudian pada tahap berikutnya menerima laporan soal kesiapan pesawat tanpa awak dan anti-radar di wilayah sipil dan operasi militer, serta mengeluarkan perintah peluncuran pesawat tersebut untuk menjatuhkan pesawat musuh. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


 Jaga Wilayah Udara, Iran Uji Radar Canggih

Angkatan bersenjata Iran menguji sistem deteksi radar dan peralatan perang elektronik terbaru dalam manuver militer demi meningkatkan kesiapan jaringan radar militer nasional.

Angkatan bersenjata Iran mengerahkan radar paling up to date untuk melawan gangguan komposit dan jaringan telekomunikasi musuh, "kata Kolonel Abolfazl Sepehri, juru bicara manuver militer empat hari.

Kolonel Sepehri menegaskan bahwa pasukan Iran menerapkan strategi tertentu untuk mengganggu sistem navigasi musuh.

Operasi terbaru dalam fase kedua dari latihan yang dimulai di bagian timur Iran bertujuan untuk mempertinggi tingkat kesiapan terhadap segala kemungkinan ancaman terhadap wilayah udara negara itu.

Kinerja jaringan radar yang terintegrasi, sistem daratke udara dan peralatan pengumpul data akan diuji dalam tahap berikutnya dari manuver militer ini.

Manuver militer bersandi Thamen al-Hojaj itu dimulai sejak Jumat (18/11) di wilayah timur Iran dan digelar di area hingga 800 ribu kilometer persegi (500 ribu mil).

Republik Islam Iran berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya tidak mengancam negara lain karena berasaskan pada doktrin pencegahan. (IRIB Indonesia/PH)

IRIB

Kirab "Resolusi Jihad" NU dapat sambutan meriah



Rabu, 23 November 2011 19:29 WIB | 899 Views
Ketua pengarah Kirab Resolusi Jihad NU 1945 Muhaimin Iskandar menaiki buroq ketika diarak keliling Kota Cirebon, Jabar, Rabu (23/11). (FOTO ANTARA/Ari)

Jakarta (ANTARA News) - Kirab Resolusi Jihad Nadlatul Ulama (NU) 1945 memasuki hari ke-4 (23/11) di Kota Cirebon, Jawa Barat disambut meriah oleh ribuan warga NU berhamburan ke jalan dan bersama-sama mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera NU.

"Saya terharu, warga NU semakin menyadari betapa sejarahnya sangat kaya dengan perjuangan meneguhkan NKRI," kata Ketua Pengarah Kirab Resolusi Jihad NU 1945 Muhaimin Iskandar di Cirebon, Rabu, saat menyaksikan penyerahan bendera Merah Putih dari Korda Jateng ke Korda Jabar.

Dalam keterangan tertulisnnya, Muhaimin mengatakan bahwa di sepanjang jalan warga NU yang ditemuinya menyatakan ingin meniru dan mewarisi semangat Resolusi Jihad.

"Peristiwa Resolusi Jihad 1945 bukan peristiwa biasa. Semangatnya membungkus peristiwa epos kepahlawanan 10 November 1945 di Surabaya. Perintah mati syahid ulama se Jawa-Madura saat itu membuat para pemuda berani mempertahankan kemerdekaan yang belum seumur jagung," ujarnya.

Dalam waktu dekat, Muhaimin menyatakan akan mengundang para sejarawan untuk bersama-sama melakukan penelitian atas peristiwa Resolusi Jihad 1945 tersebut.

"Kami ingin para sejarawan terlibat. Bukan saja penting, tapi kami ingin membuka mata warga NU akan kecintaan terhadap NKRI. Sehingga tidak ada lagi yang tertarik dengan ide-ide radikal agama yang menyesatkan," kata pria yang juga menjabat Menakertrans ini.

Acara penyerahan bendera Merah Putih itu juga dimeriahkan oleh mantan penyanyi "ST12" Charlie dan dihadiri oleh para ulama Cirebon dan ribuan warga NU.(*)

ANTARA

HIBAH F16 , POLITISI DPR-RI MEMILIH F16 BARU KETIMBANG HIBAH

Kemampuan Rendah, DPR Nilai Hibah Pesawat F-16 Mubazir
PATRICK LIN / AFP


















Jurnas.com | WAKIL Ketua Komisi I DPR RI Tb Hasanuddin menilai hibah pesawat F-16 dari Amerika Serikat sebagai hal yang percuma. Selain blok mesin yang rendah, kemampuan jam terbang pesawat hibah tersebut juga sangat kecil.

“Maksimal empat ribu jam terbang atau rata-rata delapan tahun. Ini sangat jauh bila dibandingkan dengan pesawat baru yang mampu terbang hingga 30 tahun,”kata Hasanuddin di Jakarta, Rabu (23/11).

Selain itu, perawatan pesawat bekas tersebut akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan pesawat baru. “Biaya perawatan ke-24 pesawat itu bisa sampe US$700 juta,” kata anggota DPR dari Fraksi PDIP itu. “Kalau kita membeli senjata, apalagi bekas dengan kualitas yang kurang bagus, maka percuma saja,"imbuhnya.

Karena itu, Hasanuddin menilai bahwa hibah pesawat itu sebagai hal yang mubazir, karena akan mengeluarkan biaya yang besar untuk meng-"upgrade" pesawat bekas tersebut.

Menurutnya, dalam cetak biru pertahanan sudah disetujui anggaran pengadaan pesawat tempur F-16 senilai US$600 juta. “Untuk beli F-16 baru setengah skadron seharga US$430 juta, dan memperbaiki dan meng-upgrade 10 F-16 yang sudah kita punya sehingga memiliki 1,5 skadron,”jelasnya.


2014, Pesawat F-16 dari AS Tiba di Indonesia
tni-au.mil.id / tni-au.mil.id











Jurnas.com | PESAWAT tempur F-16 hibah dari Amerika Serikat akan tiba mulai tahun 2014. Sebelum didatangkan ke Indonesia, peawat hibah berjumlah 24 unit itu akan di retrovit di Amerika.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen Hartind Asrin membantah adanya rumor telah ditandatanganinya kontrak hibah pesawat F-16 tersebut. “Prosedurnya akan ditingkatkan menjadi G to G (Government to Government) antara Indonesia dan Amerika melalui Kementerian Pertahanan masing-masing negara,”katanya di Jakarta, Rabu (23/11).

Pembelian pesawat tempur bekas milik Amerika tersebut sebelumnya dilakukan melalui agen. Perubahan ini terjadi setelah Presiden AS Barrack Obama memberikan pernyataan demikian di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) beberapa hari lalu.

Namun begitu, hingg Saat ini belum dilakukan penandatanganan kesepakatan hibah pesawat tersebut. "Belum ada penandatanganan kesepakatan hibah ini,”imbuhnya.

Kapuskom menambahkan, pesawat F-16 blok 25 tersebut akan diupgrade menjadi blok 52 oleh perusahaan Lockheed Martin di California, Amerika sebelum dikirim ke Indonesia. "Datang ke Indonesia sudah siap terbang. Rencananya mulai 2014 akan didatangkan ke Indonesia secara berkala,”kata Kapuskom.

Jumlah pesawat yang dikirim ke Indonesia, bergantung pada banyaknya pesawat yang telah diretrofit.


Pemerintah sebaiknya beli baru ketimbang "upgrading" F16

Rabu, 23 November 2011 15:59 WIB | 871 Views

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf menilai lebih baik membeli pesawat F16 yang baru daripada harus menambah biaya "upgrading" pesawat bekas F16 dari 450 juta dolar AS menjadi 750 juta dolar AS.

Menurut Muzzammil Yusuf di Jakarta, Rabu, selain masalah biaya yang membengkak, pemerintah juga harus memperhatikan keselamatan nyawa prajurit terbaik.

"Saya menyarankan kepada teman-teman di Komisi I agar mempertimbangkan kembali kesepakatan untuk menerima hibah 24 pesawat F-16 karena biaya `upgrading` membengkak dari perkiraan sebelumnya," katanya.

Muzzammil mengatakan bahwa membeli pesawat F-16 yang baru lebih menguntungkan Indonesia daripada menerima pesawat hibah dalam kondisi bekas. Dari sisi keamanan, jam terbang, dan kualitas teknologi lebih tinggi daripada pesawat bekas.

Sementara dengan membeli pesawat baru, pemerintah dapat meminimalisir peluang kecelakaan pesawat angkatan udara TNI yang selama ini sering terjadi.

"Dari data yang kami terima sejak tahun 2000-2009 ada sekitar 30 pesawat Angkatan Udara TNI jatuh dan menelan korban jiwa baik dari pihak tentara maupun sipil dalam jumlah besar," ujar politisi PKS ini.

Fakta lainnya, dari 114 pesawat TNI yang kita miliki terdapat 50 pesawat dalam kondisi rusak. "Tidak kah kita belajar dari pengalaman ini. Saya khawatir dari 24 pesawat hibah itu usianya tidak lama. Peluang pesawat rusak, jatuh, kemudian menelan korban jiwa. Ini harus diantisipasi sejak dini oleh Pemerintah. Jangan mengorbankan nyawa prajurit dan penerbang terbaik kita," ujarnya.

Dalam pandangan Muzzammil, pesawat yang rawan kecelakaan bisa menurunkan mental prajurit dan mereka harus berperang melawan alutsista sebelum melawan musuh.

"Bagi saya, harga prajurit terbaik kita lebih mahal daripada alustsista, bukan sebaliknya," ujar anggota DPR dari Daerah Pemilihan Lampung I ini.

JURNAS/ANTARA

Kasau: TNI AU targetkan pasang 32 radar



Rabu, 23 November 2011 13:38 WIB | 847 Views
Solo (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan TNI AU menargetkan program pemasangan instalasi radar di seluruh wilayah Indonesia, hingga 2024 sebanyak 32 unit.

"Radar yang berfungsi untuk pengawasan wilayah udara itu, kita sudah mulai `instal` empat unit di Indonesia Timur, dan diharapkan bulan Februari 2012 dapat dioperasikan," kata Kasau usai melantik 97 perwira Setukpa di Pangkalan Udara Adi Soemarmo, Solo, Jateng, Rabu.

Menurut dia, jenis radar buatan Prancis dan Inggris, sehingga membutuhkan anggaran cukup besar. Radar itu, cukup canggih karena juga dapat untuk mengarahkan pesawat terbang menuju sasaran.

Kasau menjelaskan, empat radar tersebut ditempatkan di Indonesia bagian timur seperti di Kupang, Saumlaki, Merauke, dan Biak.

Namun, radar di Timika alatnya sudah datang dan kini sedang diinstal, sehingga untuk wilayah Indonesia Timur bisa diawasi setiap saat.

"Kita terakhir pemasangan radar di Timika, dan ke depan kita programkan empat radar akan dipasang Jayapura, Singkawang Pontianak, Poso, Tabulang," paparnya.

Menurut Kasau, program untuk pemasangan alar tersebut bagi TNI AU hingga 2024 sebanyak 32 unit radar diharapkan dapat terpasang.

"Kami kini baru memiliki 18 unit radar yang tersebar di wilayah Indonesia," ujar Kasau.

Program radar target sebanyak 32 unit tersebut minimal, karena Negara Indonesia sangat luas dan jika ingin diawasi seluruhnya diperlukan alat lebih banyak.

Sehingga, kata Kasau, setiap benda masuk di ruang angkasa wilayah Indonesia bisa terdeteksi, tetapi dengan diperlukan banyak radar memerlukan anggaran sangat besar.

Program pemerintah untuk TNI AU karena anggaran terbatas, sehingga pemasangan dilakukan minimal. "Bila da pesawat asing yang masuk di wilayah Indonesia dapat dimonitor, kalau perlu kita ditegur dan ambil tindakan," ujarnya.

"Hal itu, untuk menjaga kedaulatan dan kehormatan Bangsa kita. Kalau mereka masuk niatnya baik tidak masalah. Namun, jika niatnya jahat kita kecolongan dan harga diri bangsa tercoreng," katanya.

Kasau mencontohkan beberapa pesawat komersil dari negara lain yang masuk wilayah kita tanpa izin bisa dimonitor dan diperingatkan. Hal itu sesuai aturan tidak diperbolehkan dan mereka juga bisa memahaminya.
ANTARA

BERITA POLULER