Pages

Tuesday, November 1, 2011

PT Pindad Bidik Peluang Pasar Rp 13,6 Triliun untuk 2010-2014



02 November 2011

Panser IFV dengan kanon 20mm (photo : ARC/Audryliahepburn)
PT Pindad Kembangkan Panser Canon

Jurnas.com PT Pindad akan melakukan pengembangan Panser Canon 6x6. Pengembangan yang didasarkan pada Panser 6x6 Anoa ini, akan menghasilkan Kavaleri (Canon 90 mm) dan Infanteri Fighting Vehicle (Canon 20 mm). 

“Rencananya kami akan melakukan kerja sama dengan Korea Selatan pada 2012,” kata Direktur Produk Manufaktur Tri Hardjono di Bandung Jawa Barat, Selasa (1/11).

Pengembangan panser ini, tambah dia, juga untuk mendukung satuan Korps Marinir TNI AL terhadap kebutuhan kebutuhan panser amfibi. Selain itu, PT Pindad akan melakukan peremajaan medium tank dengan perkiraan harga per unit mencapai Rp 35 miliar. “Pengembangannya memakan waktu 1,5-2 tahun,” kata Tri.

Lingkup retrofit tank AMX-13 (image : Ristek)
Dia berharap, pada 2014 nanti, medium tank ini sudah bisa unjuk kemampuan di hadapan masyarakat. Tri juga mengatakan, perusahaan BUMN Industri Pertahanan itu akan menjalankan program retrofit tank AMX-13 beroda rantai untuk peningkatan daya gerak, daya gempur, fungsi optik, dan komunikasi.

Menurutnya, program ini akan memakan anggaran Rp400 miliar selama lima tahun. “Ini kami lakukan dalam rangka proses penguasaan rancang bangun dan industrialisasi ranpur kanon Indonesia,” katanya.

(Jurnal Nasional)

Baca Juga :

PT Pindad Tambah Kapasitas Produksi Alutsista TNI
02 November 2011

BANDUNG – PT Pindad menargetkan peningkatan kapasitas produksi sejumlah produk lama serta pengembangan produk baru untuk mendukung pencapaian program kekuatan pokok minimum (minimum essential force MEF) TNI.
Peluang pasar alat utama sistem senjata (alutsista) yang bisa ditembus PT Pindad terkait program MEF hingga periode 2010-2014 diperkirakan mencapai Rp13,664 triliun. Direktur Manufaktur PT Pindad Tri Harjono mengatakan, PT Pindad ditugasi untuk memproduksi alutsista guna mendukung program MEF bagi TNI.

Selama ini PT Pindad baru memproduksi aneka amunisi kaliber kecil, granat mortir, granat tangan, senjata ringan,mortir,dan panser. Sekarang ini kapasitas produksi per tahun beberapa jenis senjata ringan seperti pistol dan senapan serbu masing-masing mencapai 20.000 pucuk dan senjata kelompok 5.000 pucuk. Kapasitas untuk granat tangan mencapai 120.000 butir dan amunisi mortir sejumlah 100.000 butir.

Adapun untuk jenis amunisi kaliber kecil seperti kaliber 9 mm, kapasitasnya 18 juta butir dan 50 juta butir untuk kaliber 5,56 mm.kaliber 0,38 mm 5 juta butir, kaliber 12,7 mm 2 juta butir, serta 10 juta butir untuk kaliber 7,62. Untuk kapasitas produksi bom baru mencapai 50 buah dan 80 unit bagi ranpur/rantis. Guna memenuhi program MEF, beberapa produk akan ditingkatkan kapasitasnya.
3Cspan class="Apple-style-span">
Di antaranya senjata serbu menjadi 30.000 pucuk, amunisi kaliber 9 mm menjadi 32 juta butir,dan kaliber 5,56 mm naik menjadi 113 juta butir. Produksi bom juga digenjot sehingga mencapai 500 buah dan ranpur menjadi 160 unit. ”Pengema~gan alutsista untuk kavaleri dan artileri memang menjadi fokus PT Pindad ke depan. Karena itu,selain meningkatkan kapasitas produksi, juga dirintis pembuatan sejumlah jenis produk baru.

Di antaranya granat meriam, meriam, roket dan rudal, serta kendaraan tempur kanon dan kendaraan perintis,”ungkapnya dalam pertemuan dengan rombongan wartawan bersama Puskom Publik Kementerian Pertahanan di Bandung kemarin. Tri menuturkan, pihaknya saat ini tengah berupaya membuat amunisi kaliber besar untuk meriam tank dan kapal tempur seperti kaliber 20 mm dan 105 mm.

Targetnya ke depan untuk amunisi kaliber 20 mm dapat diproduksi 30.000 butir per tahun dan 15.000 butir per tahun untuk kaliber 105 mm. “Ketika Perang Dunia II, kita sudah menyaksikan negara-negara Eropa memakai kanon 200 mm. Sedangkan kita untuk membuat kanon 20 mm saja saat ini belum bisa,”ujarnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, peluang pasar alutsista untuk 2010-2014 mencapai nilai Rp13,664 triliWnE Mayoritas dihasilkan dari produk kendaraan tempur (ranpur) sebanyak Rp10,782 triliun (424 unit) dan senjata ringan dan senjata pokok sebesar Rp1,315 triliun (126.248 pucuk).
PT Dirgantara Indonesia
Sementara itu, PT Dirgantara Indonesia memerlukan proyek-proyek pembuatan pesawat terbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Tanpa proyek pembuatan pesawat, diperkirakan dalam waktu dua tahun kemampuan membuat rancang bangun pesawat yang sekarang dimiliki PT DI akan hilang. Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI Dita Ardoni Safri menuturkan, saat ini PT DI sudah tidak mempunyai lisensi untuk memproduksi helikopter dan beberapa jenis pesawat. Aktivitasnya praktis sekadar membuat komponen untuk memenuhi permintaan industri penerbangan asing.
Adapun produksi pesawat hanya untuk jenis yang desainnya tidak bergantung pada lisensi. Tanpa lisensi,pembuatan pesawat sebenarnya bisa berlangsung asalkan desain dibuat sendiri. Namun, hal ini tidak mudah karena untuk mendesain butuh biaya besar. “Kami minta agar proyek yang diminta pemerintah tidak per tahun, tapi jangka panjang dengan pembuatan pesawat 15-20 unit agar dapat lisensi,” katanya. Minimnya kesempatan membuat pesawat berdampak pada kemampuan karyawan.
Saat ini banyak karyawan PT DI yang belum pernah membuat pesawat, padahal harus ada regenerasi karyawan. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menegaskan, pemerintah akan membeli alutsista dari dalam negeri selama jenis yang dibutuhkan tersebut sudah mampu diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri. Hal ini sebagai langkah untuk mencapai kemandirian alutsista.
(Seputar Indonesia)

Pesawat Tempur dan 3 Kapal Perang Amankan KTT ASEAN




1 November 2011, Denpasar (MICOM): KTT ASEAN yang akan digelar di Nusa Dua Bali tanggal 17 hingga 19 November nanti sudah menjadi sorotan dunia.

KTT ASEAN kali ini akan dihadiri oleh sekitar 18 kepala negara termasuk Presiden AS Barack Obama dan dua pejabat senior PBB dan para pejabat ASEAN setingkat kepala negara.

Tentunya, TNI akan melakukan pengamanan secara ketat. Terkait pola pengamanan tamu peserta dan tamu negara VVIP, Kodam IX Udayana, mengerahkan ribuan personel TNI/Polri yang diperkuat unsur keamanan lainnya, di antaranya satu Kompi Pasukan Khusus (Pakhas) TNI AU dan 4 pesawat tempur jenis F 16 yang saat ini sudah disiagakan wilayah Bali.

Keberadaan pesawat tempur F 16 tersebut disiapkan untuk mengawal pesawat-pesawat yang mengangkut kepala negara dan peserta KTT ASEAN.

Sementara itu, Pangkalan Angkatan Utama TNI Angkatan Laut V Denpasar juga telah menyiagakan tiga kapal perang untuk mengamankan jalur laut dalan KTT ASEAN. Ketiga Kapal didatangkan dari pangkalan TNI Laut Surabaya.

"Ketiga Kapal perang itu disiagakan 6 hari sebelum hari H KTT ASEAN. Salah satunya ditempatkan di kawasan Nusa Panida, dan terkonsentrasi di selatan dan utara Bali," jelas Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut I Wayan Suarjana, Selasa (1/11).

Ia menegaskan, kendati tidak ada pengamanan khusus terkait kedatangan Presiden Barack Obama dengan menyertakan Kapal Induk AS, pihaknya belum mendapat konfirmasi dari rekan sejawat mereka di AS.

"Pelaksanaan pengamanan wilayah Bali, dan pertahanan laut di kawasan Indonesia, jelang KTT sampai berakhir tetap menerapkan pola pengamanan TNI AL sendiri, tidak melibatkan pihak asing, termasuk AS," tandas Suarjana.

Pola pengamanan di laut, kata Kolonel Laut I Wayan Suarjana, dilakukan sistem penyekatan. Sekitar 600 orang personel melakukan patroli dengan kapal di utara dan selatan, dibantu tim intelijen yang saat ini sudah melaksanakan tugas mereka dijalur tikus.

"Seluruh kekuatan akan dikerahkan. Seluruh kesatuan dan kekuatan personel yang ada akan dikerahkan untuk melakukan pengamanan," ujar Pangdam IX Udaya Mayjen TNI Leonard Louk, dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, dalam beberapa pekan terakhir seluruh staf yang ada di Kodam IX Udaya bersama Polri telah melakukan peninjauan di daerah perbatasan di Bali baik di Gilimanuk Bali barat maupun di Padangbai Bali Timur.

Pengamanan seluruh pintu masuk saat ini sudah memenuhi standar dan akan terus ditingkatkan menjelang hari H nanti.

Sumber: MI.com

Malaysia Ingin 32 Unit Panser Pindad



Bagian dalam panser Anoa. (Foto: Berita HanKam)

1 November 2011, Bandung (KOMPAS.com): Malaysia berniat membeli 32 unit panser pengangkut pasukan (Armoured Personnel Carrier-APC) Anoa 6x6.

Direktur Pengembangan PT Pindad Tri Haryono, dalam pertemuan dengan Kementerian Pertahanan di Bandung, Selasa (1/11/2011), menjelaskan, satu unit Anoa dijual dengan harga 1 juta dollar AS (sekitar Rp 9 miliar).

"Kita mengalahkan produk Korea Selatan dan Perancis. Sekarang sedang tahap akhir dan mudah-mudahan semua lancar," kata Tri.

Anoa sudah menjalani pelbagai uji teknis di Malaysia. Produk tersebut dikembangkan PT Pindad sejak tahun 2004.

Sumber: KOMPAS

?

Published with Blogger-droid v1.7.4
Published with Blogger-droid v1.7.4

Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) sedang menggarap Kapal Perang Crocodile- Hydrofoil di Laboratorium Hidrodinamika,


(photo : Kompas)
SURABAYA, KOMPAS.com- Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya membuat
kapal selam yang diberi nama Kapal Perang
Crocodile-Hydroffoil. Saat ini pembuatan
baru mencapai sekitar 20 persen berupa
penyiapan dua mesin kembar diesel
Mitsubishi 6D40 T dengan kapasitas masing-
masing 350 PK serta pembuatan mal atau
contoh badan kapal sesuai ukuran.
"Pembuatan kapal selam ini menggunakan
dana program insentif riset dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,"
kata Kepala Laboratorium Hidrodinamika
Fakultas Teknik Kelautan Institut Sepuluh
Nopember Surabaya Wisnu Wardhana,
Selasa (1/11 /2011) di Surabaya.
Alokasi dananya mencapai Rp 3 miliar yang
disampaikan selama tiga tahun antara
2011-2013 atau setiap tahun sebesar Rp 1
miliar.
Menurut Wisnu, Kapal Perang Crocodile-
Hidrofoil merupakan yang pertama di
Indonesia. "Kapal selam ini kombinasi dari
tiga fungsi, yaitu untuk kapal hidrofoil yang
melayang hanya bagian sayap yang
menyentuh permukaan air, kemudian fungsi
kapal permukaan, dan fungsi kapal selam
dengan kedalaman 5-7 meter," kata Wisnu.
Dijadwalkan, kapal ini selesai tahun 2013.
Lokasi uji coba di Selat Madura.
(Kompas )
Published with Blogger-droid v1.7.4

PT Pindad Kembangkan Panser Cannon

Panser canon Anoa dipamerkan di
Indo Defense 2008. (Foto: Berita
HanKam)
1 November 2011, Bandung
(Jurnas.com): PT Pindad akan
melakukan pengembangan
Panser Canon 6x6.
Pengembangan yang didasarkan
pada Panser 6x6 Anoa ini, akan
menghasilkan Kavaleri (Canon 90
mm) dan Infanteri Fighting
Vehicle (Canon 20 mm).
“Rencananya kami akan
melakukan kerja sama dengan
Korea Selatan pada 2012,” kata
Direktur Produk Manufaktur Tri
Hardjono di Bandung Jawa Barat,
Selasa (1/ 11).
Pengembangan panser ini,
tambah dia, juga untuk
mendukung satuan Korps Marinir
TNI AL terhadap kebutuhan
kebutuhan panser amfibi. Selain
itu, PT Pindad akan melakukan
peremajaan medium tank dengan
perkiraan harga per unit
mencapai Rp 35 miliar.
“Pengembangannya memakan
waktu 1,5- 2 tahun,” kata Tri.
Dia berharap, pada 2014 nanti,
medium tank ini sudah bisa unjuk
kemampuan di hadapan
masyarakat. Tri juga mengatakan,
perusahaan BUMN Industri
Pertahanan itu akan menjalankan
program retrofit tank AMX-13
beroda rantai untuk peningkatan
daya gerak, daya gempur, fungsi
optik, dan komunikasi.
Menurutnya, program ini akan
memakan anggaran Rp400 miliar
selama lima tahun. “Ini kami
lakukan dalam rangka proses
penguasaan rancang bangun dan
industrialisasi ranpur kanon
Indonesia,” katanya.
PT Pindad Butuh Dukungan
Pemerintah
Indonesia yang tengah gencar
melakukan pengadaan alat utama
sistem senjata (alutsista) untuk
mengejar minimum essential
forces membuka pasar industri
pertahanan semakin lebar.
Namun begitu, BUMN Industri
Pertahanan Indonesia, masih
kesulitan menyesuaikan
tantangan ini. “Kebutuhan
alutsista 2010-2014 ini cukup
besar, munisi untuk pemenuhan
MEF juga besar, tapi kami masih
terkendala dalam
pemenuhannya,” kata Direktur
Produk Manufaktur PT Pindad Tri
Hardjono di Bandung Jawa Barat,
Selasa (1/ 11).
Tri menjabarkan, kondisi PT
Pindad saat ini memerlukan
dukungan untuk bangkit. Mesin
produksi yang dimiliki PT Pindad
saat ini, kata dia, kurang optimal
sehingga berdampak pada hasil
produksi. SDM yang dimiliki rata-
rata memasuki usia tak produktif
yaitu 43 tahun. Selain itu, beban
fixed cost yang tinggi, dan modal
kerja yang sangat terbatas
membuat PT Pindad tak bisa
bekerja secara optimal.
Padahal, menurut Tri, peluang
pasar kebutuhan alutsista pada
2010-2014 cukup besar. Dia
mencontohkan, kebutuhan
senjata ringan (jatri) dan senjata
pokok (jatpok) pada periode
tersebut mencapai 126.248 pucuk
atau senilai Rp1,315 miliar.
Kendaraan taktis mencapai 693
unit atau senilai Rp339 miliar, dan
kendaraan tempur 424 unit atau
senilai Rp. 10,782 milyar.
“Keseluruhan peluang pasar
mencapai Rp13,664 miliar,” kata
Tri.
Untuk memenuhi MEF, lanjut Tri,
kebutuhan terhadap munisi juga
besar. Dia mencontohkan,
kebutuhan munisi kaliber kecil
mencapai 675.623 .042 butir atau
senilai Rp2,649 miliar. Granat
meriam sekitar 1.546 .617 buah
atau bernilai Rp5,954 miliar.
“Keseluruhan nilainya mencapai
Rp12,781 miliar,” katanya.
Sumber: Jurnas

BERITA POLULER