Senin, 31 Oktober 2011 17:10 WIB | Dibaca
1029 kali
Moskow (ANTARA News) - Rusia
meluncurkan pesawat antariksa tanpa
awak pertamanya untuk mengirim
persediaan bagi Stasiun Antariksa
Internasional (ISS) pada Ahad setelah
kecelakaan pada Agustus yang
menyebabkan separuh jumlah awak
berada di luar orbit.
Kecelakaan tersebut telah
menyebabkan keprihatinan terhadap
peran Rusia sebagai penyedia tunggal
penerbangan antariksa, menurut
Reuters.
Pesawat angkut antariksa, Progress,
diluncurkan sesuai jadwal dari Baikonur
Cosmodrome di Kazakhstan pada pukul
06:11 waktu setempat dengan
membawa persediaan bagi ISS -
mengorbit setinggi 386.242 kilometer di
atas bumi- yang didanai oleh 16 negara
dengan total biaya sebesar 100 miliar
dolar AS.
"Pesawat tersebut dilaporkan berjalan
sesuai rencana dan tidak ada masalah,"
kata Televisi Badan Antariksa dan
Aeronautika Nasional (NASA) dalam
situs www.nasa.gov .
Dalam videonya NASA memperlihatkan
Progress lepas landas di stepa wilayah
Kazakstan saat cuaca yang cerah
dengan mengangkut hampir tiga ton
makanan, bahan bakar, dan persediaan
seperti oksigen, pakaian, bahkan
sejumlah iPad.
Reuters melaporkan, Progress
diperkirakan bersandar ke ISS yang
berukuran sebesar rumah dengan lima
kamar tidur pada Rabu.
Untuk membuat ISS, AS dikabarkan
membutuhkan waktu selama sepuluh
tahun dan stasiun tersebut digunakan
untuk penelitian dan uji coba teknologi
baru di lingkungan yang memiliki sedikit
daya gravitasi.
Sebelumnya, seluruh penerbangan
antariksa asal Rusia ditunda setelah
kegagalan terbang Progress yang
menyisakan separuh dari jumlah
seluruh awak--tiga awak yang terdiri
dari Kepala Stasiun asal AS, Mike
Fossum, kosmonot Rusia, Sergei Volkov,
dan kosmonot Jepang, Satoshi
Furukawa.
Awak yang baru diharapkan terbang ke
orbit pada 14 November dan akan tiba
di ISS dua hari kemudian.
Sejak berhentinya kiprah AS dalam
menerbangkan pesawat antariksa pada
musim ini, kapsul Soyuz milik Rusia
menjadi satu-satunya pesawat yang
bisa mengangkut awak ke ISS dengan
mengenakan biaya kepada NASA sekitar
350 juta dolar per tahun-nya .
Sementara itu pada 2011, NASA
mencari dana 850 juta dolar AS guna
membantu perusahaan swasta asal AS
untuk mengembangkan angkutan
ruang angkasa yang bertujuan
mencegah monopoli Rusia dalam
penerbangan awak antariksa sebelum
akhir 2016.
Antara
Monday, October 31, 2011
Rusia kembali luncurkan pesawat tanpa awak
Published with Blogger-droid v2.0
Sukhoi T-50 ketiga segera terbang Senin, 31 Oktober 2011 22:07 WIB | Dibaca
Sukhoi T-50 ketiga segera terbang
Senin, 31 Oktober 2011 22:07 WIB | Dibaca
764 kali
Moskow (ANTARA News) - Prototype
ketiga jet tempur Rusia generasi kelima,
Sukhoi T-50, akan siap mengudara
dalam waktu dekat mendatang,
seorang sumber dari industri militer
mengatakan, Kamis (27/10).
"Sukhoi T-50 akan mengudara setelah
perancangnya sangat yakin atas produk
yang dibuatnya," kata sumber itu
dikutip RIA Novosti.
T-50 telah terbang perdana pada
Januari 2011 dan dua purwarupa lain
juga sedang menjalani uji terbang.
Pesawat tersebut dikembangkan
dibawah program Sistem Aviasi
Pertahanan Udara Taktis Masa Depan
(PAK FA) di Sukhoi OKB dan menjadi
pesawat tempur utama baru Rusia
pertama yang dirancang setelah
keruntuhan Uni Soviet serta diharapkan
dapat mengawal pertahanan udara
Moskow pada 2016.
Senin, 31 Oktober 2011 22:07 WIB | Dibaca
764 kali
Moskow (ANTARA News) - Prototype
ketiga jet tempur Rusia generasi kelima,
Sukhoi T-50, akan siap mengudara
dalam waktu dekat mendatang,
seorang sumber dari industri militer
mengatakan, Kamis (27/10).
"Sukhoi T-50 akan mengudara setelah
perancangnya sangat yakin atas produk
yang dibuatnya," kata sumber itu
dikutip RIA Novosti.
T-50 telah terbang perdana pada
Januari 2011 dan dua purwarupa lain
juga sedang menjalani uji terbang.
Pesawat tersebut dikembangkan
dibawah program Sistem Aviasi
Pertahanan Udara Taktis Masa Depan
(PAK FA) di Sukhoi OKB dan menjadi
pesawat tempur utama baru Rusia
pertama yang dirancang setelah
keruntuhan Uni Soviet serta diharapkan
dapat mengawal pertahanan udara
Moskow pada 2016.
Sunday, October 30, 2011
Australia Launches F-35 Review
29 Oktober 2011

FORT WORTH, Texas -Australian government officials have begun auditing the F-35 program because of concerns that the first tranche of aircraft would not be delivered on schedule, Lockheed Martin officials confirmed.
The review, rare in Australian defense programs, could lead officials to defer the planned order for the first aircraft.
"A Scheduled Compliance Risk Assessment Methodology (SCRAM) team is here in response to the defense minister's undertaking last July to conduct a review of the Australian F-35 program," Keith Knotts, the company's F-35 business development manager for Australia and Canada, told Australian reporters at the jet's assembly plant here. "They will be here this week to assess the program's health."
It was the first public acknowledgment that the review is underway.
The SCRAM team, from the Australian Defence Materiel Organisation (DMO), will report its findings to the government via the New Air Combat Capability (NACC) project office by the end of the year. It will look at the F-35 program using root-cause analysis to measure the achievements of the technical baseline review ordered by the U.S. Joint Project Office.
Australia has a requirement for up to 100 conventional takeoff and landing F-35As, and plans to sign a deal for the first tranche of 14 in 2012. Under the current plan, it wants to take delivery of the first two aircraft in 2014 for training in the United States and delivery of all 14 to Australia in 2017.
The aircraft are scheduled to come from Low-Rate Initial Production lots Six (two aircraft), Eight (four) and Nine (eight). They will allow the F/A-18A/B Hornets to retire around 2018.
The review follows Defence Minister Stephen Smith's promise to launch an "exhaustive risk assessment of the schedule" by year's end.
In July, Smith told the Australian Broadcast Corp.'s "Meet The Press" program that he has concerns about Lockheed's ability to deliver to its planned schedule and has flagged the possibility of a further purchase of Super Hornets in the interim.
"I have made it clear, both in Australia and in the United States, that the last thing I will allow to occur will be a gap in capability," he said.
Australia has 24 F/A-18F Super Hornets and must decide whether to convert a number of them to an EA-18G Growler configuration early next year.
Iran membuat pesawat tempur baru
Senin, 31 Oktober 2011 09:01 W
Brigadir Jendral Vahidi menegaskan bahwa Angkatan Udara Iran bekerjasama dalam pembuatan pesawat militer baru itu dengan para pakar dari Kementerian Pertahanan.
Jet-jet tempur baru sejenis Azarakh dan Saeqeh didesain, diperbaruai, dirancang dan dibuat bersama oleh tentara dan kementerian pertahanan.
Vahidi menyebut prestasi Iran itu sebagai "tanda kejeniusan, ilmu pengetahuan dan teknologi domestik (Iran) di bawah booming industri pertahanan domestik di tengah sanksi unilateral yang diterapkan AS."
Dia menonjolkan sejumlah faktor seperti keberanian tentara Iran dalam menunaikan misinya dan fakta bahwa ribuan serdadu muda menjadi martir untuk menyokong Iran dalam mencapai posisi seperti sekarang.
Sang jenderal juga mengumumkan peluncurkan kapal selam baru Angkatan Laut Republik Islam Iran pada Agustus lalu dalam rangka misi pertamanya di perairan Teluk Persia.
"Kapal selam ini dilengkapi dengan teknologi canggih dan senjata modern, serta kemampuan bermanuver yang tinggi dan kemampuan menggelar operasi bawah laut yang andal," sambungnya seperti dikutip kantor
PTDI Masih Rawat Baik N-250
Minggu, 30 Oktober 2011 | 23:21
"Dua pesawat N-250 masih kami rawat dengan baik di hanggar kami," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Bandung, Sabtu.
Pesawat N-250 merupakan pesawat hasil pengembangan sendiri putra-putri Bangsa Indonesia yang dikembangkan PT DI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Pesawat N-250 yang sempat diterbangkan dan mengikuti sejumlah pameran kedirgantaraan itu merupakan pengembangan IPTN dari produk andalannya CN-235 yang merupakan produk kerja sama dengan Cassa Spanyol.
Dengan warna dasar putih dan bagian bawah badan pesawat biru itu, N-250 masih cukup "gagah" dipamerkan, meskipun pesawat itu tidak lagi diterbangkan.
Bahkan, N-250 menjadi salah satu pesawat produk PTDI yang dipamerkan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke PTDI pada Rabu (26/10) lalu. Presiden juga sempat mendapat sekilas penjelasan terkait perawatan pesawat itu.
Juru bicara PTDI, Rakhendi menyebutkan pesawat itu disimpan di hanggarnya yang terletak di ujung kompleks hanggar PTDI.

N250 Gatot Kaca
"Sebenarnya pembuatan N-250 itu sudah selesai dua setengah pesawat, dua pesawat sudah dirampungkan dan yang satu lagi pengerjaanya baru 50% saat proyek itu dihentikan," kata Rakhendi.
Saat ini PTDI kembali bangkit melalui program revitalisasi dengan mengembangkan produk CN-235 Maritime Patrol dan terakhir mengembangkan pesawat CN-295 bekerja sama dengan Airbus Military Spanyol.
PTDI akan mengerjakan sejumlah pesawat CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan RI di samping membuat helikopter dan pesawat CN-212.
Bersama PT Pindad, PTDI mendapat penugasan untuk mendukung program revitalisasi alutsista TNI di bidang masing-masing. (gor/ant)
Saturday, October 29, 2011
Tahun 2014 TNI AU Diperkuat Alutsista Dirgantara Canggih
Presiden SBY naik dan mengamati interior
pesawat CN 295 saat peninjauan di
Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung,
Rabu (26/10 ) pagi. (Foto: abror/
presidensby.info )
27 Oktober 2011, Bandung, DMC – Mulai
semester I pada tahun 2014 sesuai dengan
rancang bangun kekuatan pertahanan pada
renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara
diharapkan telah diperkuat dengan
beberapa Alutsista Dirgantara baru yang
lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat
dilihat dari upaya-upaya yang terus
dilakukan pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI
yang melibatkan beberapa pihak seperti
pelaku industri Pertahanan, kalangan
akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan RI,
Purnomo Yusgiantoro saat memberikan
pembekelan kepada Perwira Siswa Sekolah
Staf dan Komando TNI Angkatan Udara
Angkatan (Sesko AU) Angkatan XLVIII, Kamis
(26/ 10) di Ksatrian Sesko AU. Dengan
didamping Komandan Sesko AU, Marsda
TNI Boy. Syahril Qamar, S.E Menhan
memberikan pembekalan kepada 128 Pasis
Sesko AU berpangkat Letkol dan Mayor dari
beberapa kesatuan di Indonesia serta
Siswa Mancan Negara yang berasal dari
Amerika, Pakistan, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Korea Selatan.
Diharapkan dengan adanya pembekalan
Menhan ini para siswa dapat mengerti dan
mengimplementasikan segala kebiajakan
pertahanan sesuai dengan tugas dan fungsi
yang diemban para siswa di satuannya
masing-masing.
Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista
terbaru dan canggih ini Kemhan akan
meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16
dengan Engine Block 25 menjadi Engine
blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan
hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat
yang telah juga disetujui oleh Anggota
Komisi I DPR RI. Pemerintah juga
mengalokasikan anggaran untuk
mendukung upgrade tersebut sekitar 600
juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan
melibatkan beberapa pihak termasuk
tenaga ahli dari kalangan akademisi,
peneliti serta kalangan pelaku industri
pertahanan dalam negeri.
Menhan juga menambahkan TNI AU pada
tahun 2014 juga akan diperkuat dengan 9
unit pesawat angkut jenis ringan terbaru
CN – 295 hasil kerjasama antara Kemhan,
PT. Dirgantara Indonesia dengan Airbus
Military Spanyol. Kedua perusahaan ini
telah sepakat dan berkomitmen untuk
menjalin kerjasama dalam pengadaan dan
produk bersama pesawat CN-295 ini
dengan menandatangani Nota Strategis
Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama
Rabu lalu (25/10 ) di Hanggar PT DI.
Menhan mengatakan, untuk jangka yang
lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015)
Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan
Korea Selatan dalam hal produk bersama
pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat
tempur generasi ke 4 setengah.
Dijelaskan Menhan, saat ini di Korea
terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia
yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemhan
tengah mengadakan tahap rancang bangun
pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210
tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan
berbagai fase produk bersama pesawat
tersebut.
Dalam hal pengawasan dan pencegahan
rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh
wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya
untuk menutup dan melindungi wialayah
udara ini dengan dilengkapi sistem radar
yang canggih. Sementara ini peralatan
pengawasan yang sudah ada saat ini adalah
Integrated Maritime Surveillance System
yang dipasang di beberapa titik strategis
wilayah Indonesia.
Menhan menjelaskan keseluruhan dari
rancangan pembangunan keku
atan
pertahanan untuk Renstra I juga telah
ditentukan skala prioritas pemenuhan
kebutuhan alutsista TNI. Adapun
pembangunan kekuatan ini, khusus TNI AU
telah mencakup unsur Striking force atau
pesawat tempur seperti F-16, Sukhoi, F-5,
serta Multifanction Force seperti pesawat
Hercules, CN -295, CN -235.
DMC
pesawat CN 295 saat peninjauan di
Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung,
Rabu (26/10 ) pagi. (Foto: abror/
presidensby.info )
27 Oktober 2011, Bandung, DMC – Mulai
semester I pada tahun 2014 sesuai dengan
rancang bangun kekuatan pertahanan pada
renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara
diharapkan telah diperkuat dengan
beberapa Alutsista Dirgantara baru yang
lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat
dilihat dari upaya-upaya yang terus
dilakukan pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI
yang melibatkan beberapa pihak seperti
pelaku industri Pertahanan, kalangan
akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan RI,
Purnomo Yusgiantoro saat memberikan
pembekelan kepada Perwira Siswa Sekolah
Staf dan Komando TNI Angkatan Udara
Angkatan (Sesko AU) Angkatan XLVIII, Kamis
(26/ 10) di Ksatrian Sesko AU. Dengan
didamping Komandan Sesko AU, Marsda
TNI Boy. Syahril Qamar, S.E Menhan
memberikan pembekalan kepada 128 Pasis
Sesko AU berpangkat Letkol dan Mayor dari
beberapa kesatuan di Indonesia serta
Siswa Mancan Negara yang berasal dari
Amerika, Pakistan, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Korea Selatan.
Diharapkan dengan adanya pembekalan
Menhan ini para siswa dapat mengerti dan
mengimplementasikan segala kebiajakan
pertahanan sesuai dengan tugas dan fungsi
yang diemban para siswa di satuannya
masing-masing.
Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista
terbaru dan canggih ini Kemhan akan
meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16
dengan Engine Block 25 menjadi Engine
blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan
hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat
yang telah juga disetujui oleh Anggota
Komisi I DPR RI. Pemerintah juga
mengalokasikan anggaran untuk
mendukung upgrade tersebut sekitar 600
juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan
melibatkan beberapa pihak termasuk
tenaga ahli dari kalangan akademisi,
peneliti serta kalangan pelaku industri
pertahanan dalam negeri.
Menhan juga menambahkan TNI AU pada
tahun 2014 juga akan diperkuat dengan 9
unit pesawat angkut jenis ringan terbaru
CN – 295 hasil kerjasama antara Kemhan,
PT. Dirgantara Indonesia dengan Airbus
Military Spanyol. Kedua perusahaan ini
telah sepakat dan berkomitmen untuk
menjalin kerjasama dalam pengadaan dan
produk bersama pesawat CN-295 ini
dengan menandatangani Nota Strategis
Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama
Rabu lalu (25/10 ) di Hanggar PT DI.
Menhan mengatakan, untuk jangka yang
lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015)
Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan
Korea Selatan dalam hal produk bersama
pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat
tempur generasi ke 4 setengah.
Dijelaskan Menhan, saat ini di Korea
terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia
yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemhan
tengah mengadakan tahap rancang bangun
pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210
tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan
berbagai fase produk bersama pesawat
tersebut.
Dalam hal pengawasan dan pencegahan
rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh
wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya
untuk menutup dan melindungi wialayah
udara ini dengan dilengkapi sistem radar
yang canggih. Sementara ini peralatan
pengawasan yang sudah ada saat ini adalah
Integrated Maritime Surveillance System
yang dipasang di beberapa titik strategis
wilayah Indonesia.
Menhan menjelaskan keseluruhan dari
rancangan pembangunan keku
atan
pertahanan untuk Renstra I juga telah
ditentukan skala prioritas pemenuhan
kebutuhan alutsista TNI. Adapun
pembangunan kekuatan ini, khusus TNI AU
telah mencakup unsur Striking force atau
pesawat tempur seperti F-16, Sukhoi, F-5,
serta Multifanction Force seperti pesawat
Hercules, CN -295, CN -235.
DMC
Friday, October 28, 2011
Hornets, Typhoons Join Malaysian Exercise
28 Oktober 2011

Eurofighter Typhoons from the Royal Air Force's 6 Sqn have joined aircraft from four other nations in Malaysia for exercise "Bersama Lima 2011".

A RAAF A30 Boeing 737 AEW&C returns to RMAF Base Butterworth after completing its tasking for the day.
The Royal Australian Air Force sent Boeing F/A-18A fighters and a 737-based Wedgetail airborne early warning and control system aircraft to participate in the manoeuvres that are being conducted from Butterworth air base in Penang.
Royal Malaysian Air Force involvement includes use of its F/A-18Ds and RSK-MiG-29s, while New Zealand and Singapore are also taking part.

The UK is leading efforts to promote the Typhoon to Kuala Lumpur, which has identified a need to replace its MiG-29s that have become increasingly expensive to support.
The topic is likely to be high on the agenda at the Langkawi International Maritime and Aerospace exhibition, which will take place in early December. Other candidates could include the F/A-18E/F Super Hornet.
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...