Pages

Sunday, October 2, 2011

Empat nelayan RI ditangkap tentara Malaysia



Minggu, 2 Oktober 2011 22:17 WIB | 1082 Views
Nelayan Indonesia berulangkali ditangkap oleh aparat militer Malaysia di Selat Malaka gara-gara tafsiran batas laut yang tak kunjung terselesaikan. (ANTARA/istimewa)
 perahu nelayan itu saat ditangkap oleh patroli Tentara Laut Diraja Malaysia berada di wilayah perairan Indonesia"

Medan (ANTARA News) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Medan memprotes penangkapan empat orang nelayan tradisionalasal asal Kecamatan Medan Belawan oleh Tentara Laut Diraja Malaysia, Sabtu (1/10).

"Kami memprotes tindakan oknum Tentara Laut Diraja Malaysia, karena menangkap nelayan Belawan di perairan Indonesia," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan Zulfahri Siagian kepada ANTARA di Medan, Minggu.

Nelayan Belawan yang ditangkap patroli Tentara Laut Diraja Malaysia(TDLM) itu adalah Effendi yang juga nakhoda kapal yang ditangkap, dan tiga anak buah kapal, yaitu Muhammad Yunan, Rahmat dan Wirya. 

Perahu nelayan itu disergap kapal patroli TLDM bernomor lambung 137 saat menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) Selat Malaka.

Mereka dibawa ke wilayah Malaysia dan masih dalam tahanan Polisi Maritim Negeri Pulau Penang.

Berdasarkan data pada perangkat global positioning system atau GPS di perahu mereka, penangkapan terjadi pada koordinat 05.07.200 Lintang Utara dan 99.03.180 Lintang Timur.

"Dari titik koordinat tersebut terlihat jelas bahwa perahu nelayan itu saat ditangkap oleh patroli Tentara Laut Diraja Malaysia berada di wilayah perairan Indonesia," ujarnya.

HNSI Medan mendesak pimpinan institusi penegak hukum di Malaysia untuk membebaskan empat orang nelayan tradisional tersebut.

Zulfahri juga meminta pemerintah Indonesia mengajukan protes resmi kepada pemerintah Kerajaan Malaysia atas pelanggaran hukum yang dilakukan kapal patroli TLDM bernomor lambung 137 tersebut.
"Tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan para oknum Tentara Laut Diraja Malaysia menangkap dan menuduh perahu nelayan Belawan telah melanggar wilayah Malaysia, sangat tidak berdasar," katanya. (*)

SUMBER :ANTARA

Kemhan Siap Adakan 1.000 Roket R-HAN 122


Kemhan Siap Adakan 1.000 Roket R-HAN 122

R-HAN 122 adalah roket hasil karya anak bangsa. Roket itu diwujudkan lewat kerja keras selama enam tahun.

Roket R-HAN 122 (Sumber: wordpress.com)


Jakarta, PelitaOnline — KEMENTERIAN Pertahanan (Kemhan) berencana mengadakan 1.000 Roket R-HAN 122. Program itu bertujuan memenuhi kebutuhan roket di lingkungan Kemhan.

Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Heryanto mengatakan, program pengadaan 1.000 Roket R-HAN 122 dimulai pada Tahun Anggaran 2011. Untuk memuluskan rencana itu, kata Eris, Kemhan telah membentuk tim.

“Program itu dikoordinasi oleh Kemhan dengan membentuk konsorsium roket untuk TNI AL dan TNI AD,” kata Eris saat Rapat Koordinasi Penentu Kebijakan, Pengguna dan Produsen Bidang Alutsista ke XIV dan Bidang Non-Alutsista, di Kantor Kementerian Pertahanan, Senin (26/9).

Menurut Eris, saat ini Kemhan sudah melakukan perjanjian kerjasama dengan Industri Pertahanan Dalam Negeri terkait pengadaan roket tersebut.

“Perjanjian kerjasama itu juga sudah ditandatangani pada sidang ketiga KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) 27 Juni 2011.”

Dikatakan Eris, program 1.000 roket tersebut harus terealisasi dan berlanjut. Sebab, Indonesia membutuhkan penguasaan teknologi roket dan rudal sejalan dengan program akuisisi yang telah direncanakan dalam shoping list (daftar belanja) hingga Tahun Anggaran 2014.

Kendati sudah terncana dan sudah dilakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama, Eris meminta agar semua pihak yang memiliki kaitan langsung dengan pengadaan roket tersebut memiliki komitmen untuk merealisasikannya.

“Ini perlu ada komitmen dari kita.”

R-HAN 122 adalah roket hasil karya anak bangsa. Roket itu diwujudkan lewat kerja keras selama enam tahun. Tiga tahun pertama adalah penelitian yang dilakukan institusi LAPAN, Pindad, PT Dirgantara Indonesia, Kemhan dan Menristek. Tiga tahun selanjutnya adalah proses kolaborasi.

R-HAN berkaliber 122 mm, dengan kecepatan maksimum 1,8 mach. Anggaran yang dibelanjakan untuk riset dan kolaborasi selama enam tahun adalah Rp9 miliar.

Kapal Perang Ditambah Lagi


Desmunyoto P. Gunadi / Jurnal Nasional
Jurnas.com | TENTARA Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) akan melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) berupa kapal perang dalam rangka menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut Indonesia.

TNI AL telah melakukan penjajakan ke sejumlah negara untuk pengadaan kapal dan persenjataannya tersebut. "Kami sudah lakukan tinjauan ke Eropa untuk melihat langsung (alutsista yang akan dibeli)," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno usai menghadiri Gelar Hiburan Prajurit menyambut HUT TNI ke-66, 5 Oktober di Mabes AL Jakarta, Jumat (30/9).

KSAL menuturkan, dirinya telah melakukan perjalanan selama 10 hari ke negara-negara Eropa untuk meninjau langsung lokasi produsen alutsista terkait pengadaan alutsista bagi AL. "Ke Inggris untuk kapal perang jenis fregate, Spanyol kapal layar latih, Perancis kapal oseanografi," katanya.

Kapal oseanografi ini diperuntukkan bagi dinas hidrografi untuk menunjang tugasnya seperti membuat peta wilayah laut Indonesia. Selama ini, dinas hidrografi minim perhatian, padahal memiliki fungsi penting untuk mengetahui batas-batas wilayah laut Indonesia.

Untuk pengadaan mesin kapal, KSAL menambahkan, dirinya telah meninjau produsen alutsista di Jerman, sedangkan persenjataan untuk melengkapi kapal perang AL nantinya, dia telah melakukan peninjauan ke Belanda.

Dia berharap, pengadaan alutsista sebagai alat dukung AL dalam melaksanakan tugasnya ini dapat berjalan lancar dengan waktu tidak terlalu lama.

KRI Sultan Iskandar Muda-367 tiba di Lebanon



Minggu, 2 Oktober 2011 17:57 WIB | 928 Views
Indonesia mengirimkan KRI Sultan Iskandar Muda 367 yang diperkuat oleh 100 prajurit TNI AL berangkat menuju Lebanon untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Surabaya (ANTARA News) - Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Iskandar Muda-367 yang dikomandani Letkol Laut (P) Agus Hariadi tiba di Dermaga Beirut, Lebanon, untuk melaksanakan misi perdamaian.

Perwira Penerangan (Papen) Satgas Yonmek Konga XXIII-E/UNIFIL atau INDOBATT (Indonesian Battalion), Mayor Pasukan Banu Kusworo, kepada ANTARA News melalui surat elektronik dari Lebanon, Minggu, melaporkan bahwa KRI Sultan Iskandar Muda itu tiba di Lebanon pada 1 Oktober 2011.

"Kapal yang kedatangannya diterima oleh Wakil Komandan INDOBATT Letkol Mar Harnoko itu akan melaksanakan misi seperti yang sudah dilaksanakan dua KRI yakni KRI Diponegoro-365 dan KRI Frans Kaisiepo-368," katanya.

Sementara itu, upacara penyambutan kedatangan kapal Perang Indonesia di Dermaga Beirut itu dipimpin oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Lebanon, Dhimas Samodra Roem.

Acaranya juga dihadiri oleh Atase Pertahanan RI untuk wilayah Mesir dan Lebanon, Kolonel Laut (P) R. Teguh Isgunarto, Komandan Kontingen Indonesia, Kolonel Pnb Yulianta, dan Wadan Sektor Timur UNIFIL, Kolonel Laut (E) Joko Edy Supriyanto.

Selain itu, Dansatgas SEMPU, Letkol Cpm Dwi Prasetyo Wiranto, Dansatgas MCOU, Letkol Caj G.T Sirumorang, Dansatgas Indo FPC, Mayor Inf Henri Mahyudi dan beberapa staf kedutaan serta perwira TNI.

"Wadan Satgas>Indobatt sendiri saat menerima kapal itu didampingi oleh Pasiplan, Mayor Mar Profs Degratmen, Kapten Mar Eko Budi Prasetyo dan Kapten Laut (KH) Iwan Riswanto," katanya.

Dalam pelayaran dari Indonesia ke Lebanon, KRI Sultan Iskandar Muda-367, menempuh jarak 6.555 mil laut, ditempuh dalam waktu satu bulan dengan singgah di beberapa negara di kawasan Asia.

Di Lebanon, kapal perang jenis Sigma ini tergabung dalam Satuan Tugas Maritim Konga XXII-C/UNIFIL dan akan bergabung dengan Maritime Task Force UNIFIL, bersama kapal dari negara lain.

"Untuk wilayah operasinya, KRI Sultan Iskandar Muda-367 akan melaksanakan tugasnya di salah satu zona laut dari beberapa zona yang menjadi tanggung jawab UNIFIL," katanya.

Untuk bergabung dalam satuan tugas Maritim, setiap kapal perang harus memenuhi beberapa persyaratan minimal, antara lain mampu mengoperasikan/mengendalikan Helly, melakukan operasi SAR laut, mampu melakukan pengisian BBM di laut, memiliki fasilitas kesehatan kelas satu dan memiliki "combat management system" secara "real time".

Persyaratan lain yang harus dimiliki oleh satuan kapal perang ini yaitu mampu melaksanakan "self protection", mampu mengidentifikasi kapal kawan/lawan, memiliki berbagai jenis persenjataan, memberikan bantuan kepada satuan Angkatan Laut Lebanon/Lebanese Navy dan kapal tersebut harus dilengkapi denga~ xelikopter.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Lebanon, Dhimas Samodra Roem, dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat datangdi Lebanon dan bergabung dengan prajurit TNI lainnya dalam melaksanakan misi perdamaian.

Dalam waktu yang sama (1/10), Satgas Indobatt juga memperingati Hati Kesaktian Pancasila di Lapangan Parade Soekarno, Markas Batalyon, UN Position 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan.

"Bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup), Komandan INDOBATT, Letkol Inf Hendy Antariksa, dengan Komandan Upacara Perwira Food, Kapten Caj Supriyatna. Upacara yang digelar pukul 08.00 waktu setempat tersebut ditandai dengan pembacaan cuplikan `Tragedi Nasional` yang menyertai Hari Kesaktian Pancasila," katanya. 
SUMBER :ANTARA

TNI AU perlu helikopter jenis Chinook



Minggu, 2 Oktober 2011 14:56 WIB | 674 Views
Helikopter Chinook CH-47. Pasukan Keamanan Jepang mengumpulkan air dari laut untuk dijatuhkan di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi di Fukushima beberapa waktu lalu.(REUTERS)

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR Roy Suryo mengemukakan TNI Angkatan Udara perlu memiliki helikopter jenis Chinook CH-47 untuk keperluan pertahanan dan keamanan termasuk penanganan bencana di daerah yang sulit terjangkau.

"Selain perlu periksa CDR 18 penumpang dan awak Cassa-212 NBA untuk memastikan `issue` adanya Incoming/Outgoing Call, Tim SAR/TNI-AU perlu miliki heli jenis CH-47 Chinook," katanya terkait jatuhnya pesawat komersil Cassa 212 di Sumatera Utara. 

Roy juga mendorong Badan SAR Nasional mendapat sarana dan prasarana yang lebih baik seperti helikopter jenis Boeing CH-47 Chinook yang bisa melakukan evakuasi langsung dengan terbang diam (stay) di atas objek, tidak perlu harus terus bergerak memutar seperti heli-heli yang dimiliki SAR/TNI saat ini

Mengenai adanya seseorang bernama Toni Sianipar yang dikabarkan bisa kontak dengan salah satu korban (Ibu Astuti), Roy meragukan hal itu. 

"Terus terang saya meragukan testimoni tersebut, karena menurut Tim SAR di lokasi, HP satelit saja sulit. Saya ada contoh-contoh HP satelit dan alat komunikasi yang biasa digunakan saat SAR," katanya.

sUMBER : ANTARA

Lantamal II/Padang perketat pengamanan perairan Sumatera Barat



Sabtu, 1 Oktober 2011 15:49 WIB | 996 Views
Sejumlah personel Intai Amfibi Korps Marinir TNI-AL lengkap dengan persenjataan sandang berdefile. Pelibatan kekuatan militer Indonesia sangat dimungkinkan untuk menangkal dan menggulung aksi serta jaringan terorisme di Tanah Air. (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)
 ... Prajurit TNI-AL telah dipersiapkan untuk menangkal pemasukan jaringan teroris melalui perairan di pantai barat Sumatera itu...

Padang (ANTARA News) - Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) II TelukBayur Padang akan memperketat jalur laut di kawasan perairan Sumbar guna mengantisipasi masuknya teroris. Teroris dan jaringannya bisa masuk lewat semua wahana, jalur laut juga bisa dimanfaatkan mereka.

"Perairan di Sumbar memang berpotensi sebagai pintu masuk teroris. Untuk mencegahnya kita akan memperketat pengamanan,"kata Komandan Lantamal II Teluk Bayur Padang, Brigjen TNI (Marinir) Gatot Subroto, di Padang, Sabtu.

"Prajurit TNI-AL telah dipersiapkan untuk menangkal pemasukan jaringan teroris melalui perairan di pantai barat Sumatera itu," katanya.

Bukan cuma mereka, karena dukungan dari Gugus Tempur Laut dan Gugus Keamanan Laut Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI-AL juga siap sedia sejak awal.

Dia menambahkan, kita juga akan menggalang informasi dengan masyarakat yang berada di pesisir pantai, nelayan dan SAR Linmas.

"Jika ada orang yang mencurigakan segera bisa diantisipasi, melaporkan pada pihak Lantamal maupun pihak kepolisian. Kapan saja kami siap menerima laporan itu," katanya.

Dia mengatakan, saat ini, Lantamal II Teluk Bayur memiliki satu unit kapal patroli untuk pengamanan disekitar perairan Sumbar, terutama daerah Pulau Mentawai, yakni KRI Krait. 

"Besarnya wilayah perairan di bawah Lantamal II Teluk Bayur, berencana untuk melakukan penambahan kapal patroli,"katanya.

Menurut dia, Lantamal II Teluk Bayur, juga berencana mau membangun dua pos pengamanan di Kabupaten Kepuluan Mentawai.

"Kita belum tahu secara pasti dimana pos pengamanan akan dibangun, namun yang jelas akan koordinasi dengan pihak-pihak terkait terutama dengan pihak Korem Sumatera Barat," katanya.

Dia menambahan, Pemerintah Kabupaten Kepuluan Mentawai mendukung rencana akan dibangunnya dua pos pengaman.

"Keberadaan pos pengamana untuk meningkatkan keamanan laut di pantai barat serta mempercepat koordinasi antara kepulauan Mentawai dengan Padang atau Bengkulu dalam komando Lantamal II Teluk Bayur,"jelasnya. (ANT)

sumber :antara

Tiga Kapal Selam TNI dari Korea



Kapal selam milik AL Korsel melakukan manuver. (Foto: South Korean Navy)

30 September 2011, Jakarta (Jurnas.com): Pengadaan tiga kapal selam untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) akan disediakan dari Korea Selatan.

Pengadaan kapal selam yang sempat tertunda 2-3 tahun ini akan dipercepat untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL dalam rangka pengamanan wilayah laut Indonesia. "Pengadaannya kami datangkan dari Korea Selatan," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno usai menghadiri Gelar Hiburan Prajurit dalam rangka HUT TNI yang jatuh pada 5 Oktober di Mabes AL Jakarta, Jumat (30/9).

KSAL menjelaskan, Korea dipilih untuk pengadaan kapal selam ini karena memiliki kemampuan sama dengan Eropa dalam menyediakan kebutuhan kapal selam yang diperlukan TNI AL. "Tapi harganya lebih murah," kata KSAL.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya Eris Herryanto mengatakan, pengadaan kapal selam ini sudah terlambat 2-3 tahun. Karenanya, pengadaan kapal selam ini akan dipercepat dari 30 bulan menjadi hanya 1,5 tahun. Alokasi kapal selam untuk mendukung TNI AL ini berjumlah tiga unit. "Harganya dalam rupiah Rp9,5 triliun untuk tiga unit," kata KSAL.

Kapal Perang Ditambah Lagi


Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) akan melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) berupa kapal perang dalam rangka menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut Indonesia.

TNI AL telah melakukan penjajakan ke sejumlah negara untuk pengadaan kapal dan persenjataannya tersebut. "Kami sudah lakukan tinjauan ke Eropa untuk melihat langsung (alutsista yang akan dibeli)," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno usai menghadiri Gelar Hiburan Prajurit menyambut HUT TNI ke-66, 5 Oktober di Mabes AL Jakarta, Jumat (30/9).

KSAL menuturkan, dirinya telah melakukan perjalanan selama 10 hari ke negara-negara Eropa untuk meninjau langsung lokasi produsen alutsista terkait pengadaan alutsista bagi AL. "Ke Inggris untuk kapal perang jenis fregate, Spanyol kapal layar latih, Perancis kapal oseanografi," katanya.

Kapal oseanografi ini diperuntukkan bagi dinas hidrografi untuk menunjang tugasnya seperti membuat peta wilayah laut Indonesia. Selama ini, dinas hidrografi minim perhatian, padahal memiliki fungsi penting untuk mengetahui batas-batas wilayah laut Indonesia.

Untuk pengadaan mesin kapal, KSAL menambahkan, dirinya telah meninjau produsen alutsista di Jerman, sedangkan persenjataan untuk melengkapi kapal perang AL nantinya, dia telah melakukan peninjauan ke Belanda.

Dia berharap, pengadaan alutsista sebagai alat dukung AL dalam melaksanakan tugasnya ini dapat berjalan lancar dengan waktu tidak terlalu lama.

Sumber: Jurnas

BERITA POLULER