Pages

Friday, September 16, 2011

Jika Industri Pertahanan Nasional Belum Sepenuhnya Mampu Harus Dikejar Dengan Kolaborasi Negara Lain


DMC / SUGIANTOJakarta, DMC – Dalam rangka untuk memodernisasi peralatan pertahanan bagi TNI, pemerintah menetapkan kebijakannya yang sangat strategis untuk mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain. Selain itu secara simultan, industri pertahanan nasional saat ini tengah didorong untuk terus meningkatkan kualitas produksi untuk peralatan pertahanan dan kemampuan untuk meningkatkan daya saing.
Meski pemerintah telah berkomitmen dan berupaya untuk memberdayakan Industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Pemerintah ataupun Swasta, jika didalam pelaksanaannya belum sepenuhnya mampu, harus dikejar melalui kolaborasi, produksi dan pengembangan bersama negara lain.

Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Heriyanto saat membuka Lokakarya Kerjasama Pertahanan RI dan Pemerintah Republik Serbia, Kamis (15/9) di Kantor Kemhan RI.

Selain dihadiri oleh Menteri Pertahanan Republik Serbia Dragan Sutanovac beserta delegasinya, lokakarya Kerjasama Pertahanan kedua negara ini juga di isi dengan presentasi Direktur Eksekutif Persenjataan dan Peralatan Pertahanan Perusahaan YUGOIMPORT – SDPR J.P. Industri Pertahanan Republik Serbia, Nenad Miloradovic, Ph.D.
Sehubungan dengan hal tersebut dengan adanya lokakarya kerjasama pertahanan ini, Sekjen berpendapat merupakan forum diskusi untuk membahas beberapa peluang kerjasama bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Republik Serbia juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membangun industri pertahanan Indonesia di masa depan.
Menurut Sekjen, dipahami bahwa teknologi dan kualitas industri pertahanan Serbia telah sesuai dengan standar internasional NATO. Hal ini terbukti secara teknis kemampuan industri pertahanan Serbia memiliki keuntungan dan kualitas dalam hal persenjataan, amunisi ringan, peralatan individu, mesin senjata, kapal patroli cepat dan beberapa lainnya yang diakui oleh banyak negara.
Namun, Sekjen menuturkan seluruh potensi kerjasama dengan beberapa negara akan tetap dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan serta postur pertahanan TNI. “ Pihak Indonesia akan membuka peluang kerjasama jika didalamnya terdapat kemungkinan program Transfer of Tecnology, dan Joint Production,Ujar, Marsdya TNI Eris Heriyanto. (MAW/SR).

DMC

Thursday, September 15, 2011

Mengapa Turki Terima Perisai Rudal NATO



Setelah sepuluh bulan berlalu pasca konferensi tinggi NATO di Lisbon, Ankara akhirnya menyatakan kesediaan menjadi tempat penempatan system perisai rudal NATO. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Selcuk Unal menyatakan bahwa Turki berperan aktif dalam penempatan sistem pertahanan NATO.
Pemerintah Washington berupaya menempatkan program ambisiusnya di negara-negara Eropa Timur, guna meningkatkan pangaruh kekuatan militernya. Menyusul penentangan keras Rusia atas penempatan sistem perisai rudal di Polandia dan Republik Cheko, AS melakukan sejumlah perubahan signifikan.
Presiden AS, Barack Obama menyatakan bahwa kesepakatan perubahan program penempatan sistem perisai rudal di Polandia dan Republik Cheko sebagai upaya meredakan ketegangan di era perang dingin dengan Rusia. Namun Washington sejatinya tidak mengubah kebijakan ekspansifnya. AS memainkan peran strategis dalam program penempatan perisai rudal NATO.
KTT NATO di Lisbon pada November lalu membahas strategi 10 tahun ke depan NATO. Dalam pertemuan itu, Turki diputuskan sebagai tempat paling strategis bagi perisai rudal NATO. AS dan sekutu Eropa mengajak Presiden Rusia Dmitry Medvedev menghadiri KTT NATO di Lisbon itu untuk menggandeng Moskow sekaligus menegaskan bahwa penempatan perisai rudal NATO bukan ancaman bagi Rusia. Ankara pun menerima usulan itu dengan prasyarat menghapus nama Republik Islam Iran sebagai ancaman dan anggota NATO pun menerimananya.
Kini, setelah 10 bulan pasca pengumuman strategi NATO itu, Turki menyatakan kesiapannya menjadi tuan rumah sistem perisai rudal NATO di kawasan. Sontak pernyataan kesiapan Ankara ini disambut hangat oleh AS dan sekutu Eropa, namun memicu kekhawatiran negara-negara tetangga Turki.
Victoria Nuland, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan Washingtom menyambut hangat kesiapan Turki menjadi tuan rumah perisai rudal NATO. Di sisi lain, Dmitry Rogozin memperingatkan Ankara atas keputusannya menerima usulan kontroversial NATO. Duta Besar Rusia untuk NATO itu, menyebut penempatan perisai rudal NATO-AS di Turki akan mengancam keamanan nasional Iran. Diplomat senior Rusia yang dijadwalkan akan bertolak ke Tehran pada akhir September ini mengungkapkan bahwa NATO tidak bisa menipu Rusia, karena di balik perisai rudal itu ada pedang yang siap menebas.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, menilai penempatan sistem rudal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Turki membahayakan stabilitas dan keamanan seluruh kawasan. Ramin Mehmanparast mengatakan, "Sesuai kebijakan pokoknya yang menekankan pencegahan langkah-langkah militer, Iran menyatakan bahwa setiap langkah yang mengacu pada militerisasi atmosfer internasional akan menimbulkan persaingan senjata di dunia dan di kawasan."
Bagi Iran, penguatan kehadiran NATO di kawasan merupakan sumber instabilitas yang tidak akan membuahkan hasil apapun kecuali mendukung dominasi Barat dan berlanjutnya kebijakan imperalis.
Mehmanparast memandang bahwa sistem rudal NATO merupakan kelanjutan proyek serupa yang sejak lama digalakkan Amerika Serikat di Eropa Timur. Menurutnya, Washington masik mengekor kebijakan yang sama pada Perang Dingin dengan menggulirkan rencana-rencananya yang berkedok misi NATO dan dengan cara menyimpangkan opini publik dalam menjustifikasi penempatan sistem perisai rudal di kawasan.
Jubir Deplu itu menegaskan pula bahwa Amerika Serikat terus melancarkan hegemoni politiknya untuk mengubah pilar-pilar keamanan di kawasan demi memuluskan kepentingan Barat. Mehmanparas menambahkan bahwa Iran berharap negara-negara sahabat dan tetangganya lebih peka dan tidak menyediakan tempat bagi kebijakan-kebijakan yang menyulut tensi yang akan berdampak buruk bagi kawasan dan dunia.
Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan mentolerir setiap agresi terhadap kepentingan nasional. Vahidi membuat pernyataan di Tehran pada Selasa (6/9), menyangkut fakta bahwa Turki telah menyetujui untuk menjadi tuan rumah sebuah sistem radar sebagai bagian dari sistem perisai rudal NATO, yang seolah-olah dimaksudkan untuk menangkal ancaman rudal balistik dari Iran. Vahidi mengatakan, "Kami menganggap kehadiran AS dan Barat sebagai sumber masalah dan percaya akan merusak keamanan di negara-negara Muslim serta membahayakan kepentingan mereka."
Banjir kritik atas kebijakan Ankara mengalir dari dalam negeri Turki sendiri. Namik Kemal Zeybek yang pernah menjabat sebagai Menteri Budaya Turki mengkritik pemerintah Ankara yang membeo Washington. Dikatakannya, "Kebijakan Ankara menerima penempatan sistem pertahanan rudal milik NATO di wilayah Turki merupakan langkah yang keliru." Kemal Zeybak menegaskan, "Prakarsa penempatan sistem pertahanan rudal NATO pada dasarnya adalah rencana AS yang akan berakibat buruk bagi Turki. Sebab, negara ini akan menjadi front terdepan bila terjadi perang di kawasan."
Menyusul kebijakan kontroversial Ankara tersebut, Organisasi Kebebasan di Turki mengecam prakarsa penempatan sistem pertahanan rudal di NATO, dan menilainya sebagai langkah anti-ummat Islam di kawasan. Untuk itu, Organisasi Kebebasan Turki menuntut supaya Ankara mencabut kembali pernyataannya menerima tawaran NATO tersebut.
Menyikapi gelombang kritik yang mengalir semakin deras atas kebijakan Turki menerima usulan NATO, Ankara menyatakan bahwa penempatan sistem perisai rudal itu tdak akan mengancam satupun negara tetangga Turki. Tampaknya statemen ini mengundang pertanyaan besar. Jika benar sistem perisai rudal itu tidak akan mengancam negara lain yang bertetangga dengan Turki, lalu untuk apa AS mengeluarkan biaya besar-besaran untuk mendanai penempatan sistem perisai rudal di NATO di Turki?
Sejarah membuktikan bahwa AS senantiasa punya motif terselubung seperti yang dilakukannya di Afghanistan dan Irak. Sikap terbaru Ankara menerima usulan NATO tidak bisa dilepaskan dari tekanan masif Washington terhadap Turki. Menlu AS, Hillary Clinton dan mantan Menteri Pertahanan, Robert Gates memperingatkan Ankara dengan menyebut penempatan sistem perisai rudal sebagai ujian bagi kemitmen Turki terhadap Barat.
Para analis politik menilai penempatan sistem perisai rudal NATO di Turki sebagai upaya Barat menyeret negara-negara tetangga Iran untuk memusuhi Tehran dan mengucilkannya di tingkat regional dan internasional. Padahal, Iran dengan kekuatan militernya yang tangguh justru berperan sebagai faktor penjaga stabilitas kawasan dan dunia. (IRIB)

IRIB

Tiga Kapal Perang Turki Akan Bayangi Israel



Seiring memanasnya hubungan antara Ankara dan Tel Aviv, sebuah koran cetakan Turki mengabarkan pengerahan tiga kapal perang Turki ke timur Laut Mediterania.
Koran Sabah, Senin (12/9) dalam situsnya menulis, tiga kapal perang Turki akan dikerahkan ke timur Laut Mediterania untuk mengambil strategi baru menghadapi rezim Zionis Israel.
Pengiriman kapal-kapal perang itu sejalan dengan kebijakan pemerintah Ankara untuk menciptakan keamanan laut di timur Mediterania dan mengawal kapal-kapal bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza.
"Jika Israel menggelar operasi terhadap kapal sipil di luar 12 mil garis pantai di Laut Mediterania dan perairan internasional, maka kapal-kapal perang Turki akan bertindak untuk memberi perlindungan," tambah harian tersebut.
Hubungan antara Turki dan Israel, dua sekutu dekat AS di kawasan, telah memburuk sejak pasukan komando Israel naik ke kapal Mavi Marmara pada Mei 2010. (IRIB/RM)

IRIB

Gelar Manuver, Iran Kerahkan Semua Jenis Jet Tempur



Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) berencana menggelar manuver militer besar-besaran setelah merampungkan beberapa tahap latihan pendahuluan.
Latihan pendahuluan selama tiga hari diberi nama "Fadaeeyan Harim Wilayat-3" (Pembela Wilayat-3), sementara manuver utama akan dimulai pada Selasa (13/9), IRNA melaporkan.
Juru bicara manuver ini, Hossein Chit-Foroush mengatakan bahwa tahap ketiga dan terakhir dari manuver udara tersebut digelar di barat laut Iran pada Senin dini hari.
"Latihan itu melibatkan berbagai jenis jet tempur, termasuk Saeqeh, F-4, F-7, Mig-29 dan Sukhoi-24 serta C-130 penerbangan taktis," jelasnya.
IRIAF memainkan peran penting dalam mempertahankan wilayah udara negara. Latihan ini untuk menguji dan meningkatkan kemampuan defensif Iran dalam kasus serangan apapun.
Sementara itu, wakil ketua Pangkalan Pertahanan Udara Khatam Al Anbiya, Mohammad Qorbani mengatakan pada hari Ahad bahwa Iran telah mencapai swasembada dalam sistem simulator manufaktur rudal.
Pakar Iran saat ini memproduksi banyak sistem simulator, yang dibutuhkan untuk pertahanan udara dalam negeri, tambahnya.
Para komandan senior Iran mencatat bahwa pangkalan tersebut telah berhasil memproduksi sistem rudal, dengan kecanggihan taktis yang jauh lebih baik. (IRIB/RM)

Jet Tempur Iran Muntahkan Berbagai Jenis Rudal



Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) telah menembakkan berbagai jenis rudal pada pada hari pertama manuver udara terbesar.
Jet-jet tempur Iran dalam taktik ofensif, telah melepaskan berbagai jenis rudal dari udara ke darat, termasuk bom serta rudal termal dan laser. Tembakan-tembakan itu berhasil mengenai target di bumi, kata juru bicara manuver, Hossein Chitforoush pada hari Selasa (13/9).
Dia menambahkan bahwa manuver itu untuk menguji kinerja pasukan, pesawat pembom, pesawat pengangkut, dan penerbangan taktis serta pesawat tanpa awak.
Pesawat tempur Saeqeh serta F-4, F-5, F-7, Mig-29 dan Sukhoi-24, telah melakukan serangan udara terhadap sasaran-sasaran dengan gesit, ujar komandan Iran ini. (IRIB/RM)
Sumber IRIB

KSAU Harap Program Pesawat Tempur I/KFX Lancar


 
KFX/IFX/F-33 STEALTH


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU ), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengharapkan kerja sama yang sudah dirintis sekarang ini dengan Korea Selatan, dapat berjalan baik di waktu yang akan datang,  khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi akan datang.
Hal ini disampaikan Imam  saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Korea, HE Young Sun Kim, dalam rangka kunjungan perkenalan, di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (15/9/2011).
Imam pada kesempatan itu menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.
Young Sun Kim menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan, sehingga nantinya kerja sama itu akan saling menguntungkan bagi kedua negara.

SUMBER kOMPAS

Nanggala-402 Perkuat TNI AL




JAKARTA - Kapal selam KRI Nanggala-402 dalam waktu beberapa bulan lagi segera bergabung dalam kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL. Sekarang ini, kapal selam itu sedang menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul) di perusahaan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Ockpo, Korea Selatan. "KRI Nanggala sedang melaksanakan overhaul. Dalam beberapa bulan lagi sudah bisa bergabung kembali dalam kekuatan (TNI AL-red) kita," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno di Jakarta, Kamis (15/9). (Feber S)
SUMBER SUARA KARYA

BERITA POLULER