Pages

Thursday, September 15, 2011

KSAU Bahas Pesawat Tempur RI-Korea



 
KFX/IFX/F-33 STEALTH

Model jet tempur KF-X yang akan dikembangkan oleh Korsel dan Indonesia.

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat membahas proyek pesawat tempur RI-Korea Selatan dengan Duta Besar Korea HE Young Sun-kim dalam kunjungan perkenalan di Mabes TNI AU di Cilangkap, Kamis (15/9/2011).

"Agar kerja sama terus berlangsung baik, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang," kata KSAU.

KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Duta Besar Korea Selatan menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerja sama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.

KSAU pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.

KSAU didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M Syafii, dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Adapun Duta Besar Korea HE Young Sun-kim didampingi Atase Pertahanan Moon Dae Cheol.


Sumber: KOMPAS

RI Taksir Munisi Kaliber Besar Serbia



Self-Propelled Howitzer 122mm SORA buatan Serbia. (Foto: vti)

15 September 2011, Jakarta (Jurnas): Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) diperkirakan akan membeli Munisi Kaliber Besar (MKB) buatan Serbia. Siang ini, produsen senjata Serbia Yugoimport SDRP J.P melakukan presentasi produk industri pertahanan mereka dalam acara Lokakarya Kerjasama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo, Kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

“Kita nggak bisa bandingkan dengan negara lain karena masing-masing punya beberapa keunggulan.

Tapi dibanding yang lain, Serbia unggul di bidang munisi,”kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.

Menurut Eris, senjata buatan Serbia memiliki daya jangkau yang tinggi disebabkan faktor munisi yang baik. “Tapi masih akan kami kaji. Saya sampaikan pada Dirtekind untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan, yang ada pada mereka,”katanya.

“Untuk produk lain ada saingan misalnya Korea, Turki, Prancis. Tapi munisi besar mereka unggul,”kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso.

Namun begitu, kata Agus, Perlu dilakukan kajian mengenai fungsi, kebutuhan, dan biaya yang harus dikeluarkan Indonesia. “Nanti kita bilang, bikin munisi sama dia. Tapi nantinya Pindad harus investasi. Jadi harus dibicarakan,”katanya.

Dia menambahkan, Indonesia sudah pernah membeli munisi berat Serbia, ketika negara ini masih bernama Yugoslavia, T 105 mm. Agus berharap, RI- Serbia tidak hanya melakukan jual beli, tapi kerjasama dalam bentuk join production. “Kalau bisa ada transfer teknologinya, jangan cuma beli doang. Kita ingin ini betul-betul terealisasi,”katanya.

Jika ini dapat terwujud, lanjut Agus, kedua negara bisa melakukan kerjasama lebih lanjut. “Teknologi-teknologi lain yang merupakan turunannya, propelant, selongsong, komponen tank, komponen pesawat bisa saja dilakukan kalau dia sebagai original productnya,” tambah Agus.

Sekjen Kemhan: Kerja Sama RI-Serbia Harus Sesuai Kebutuhan

Indonesia dan Serbia sepakat untuk melakukan kerja sama produksi dibidang pertahanan. Hal ini akan ditindaklanjuti setelah Kementerian Pertahanan melakukan studi kelayakan terhadap industri pertahanan Serbia.

Menurut Sekjen Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, Kemhan akan mempelajari kemungkinan kerja sama sesuai kebutuhan Indonesia. Kerja sama produksi itu, kata dia, harus sejalan dengan postur dan agenda penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai Minimal Essential Forces (MEF) Indonesia. “Saya lihat mereka sangat memberi kesempatan pada kita untuk memberikan teknologi,”katanya usai menghadiri Lokakarya Kerja sama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

Menurut dia, kebijakan untuk melakukan kerja sama produksi dilakukan setelah evaluasi diantara negara yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan Indonesia. Kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan, dan keuntungan teknologi yang bisa didapatkan Indonesia. “Jika itu terpenuhi, itu yang akan ditindak lanjuti,”kata Eris.

Presentasi Alutsista oleh YugoImport SDPR J.P dari Serbia yang dilakukan siang ini, kata Eris, untuk menjajaki keinginan Indonesia di bidang senjata dengan apa yang bisa dipenuhi Serbia. “Saya sampaikan pada Direktur Teknologi Industri Pertahanan, untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan yang ada pada mereka,”jelasnya.

Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso mengatakan, Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan akan melakukan studi kelayakan agar dapat membandingkannya dengan tawaran negara lain. “Kita harus menghimpun datanya, hingga punya bandingan dengan negara lain, biayanya berapa, investasi industrinya berapa, jumlah yang bisa kita produksi, itu harus dibanding-bandingkan dengan yang lain,”kata Agus.

Sumber: Jurnas

Serbia Promosi Senjata ke Indonesia



Soko J-22 Orao hasil kerjasama perusahaan Serbia Soko dan Avioane Craiova dari Rumania. (Foto: Republic of Serbia MoD)

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Republik Serbia mempromosikan industri pertahanan mereka ke Indonesia, Kamis (15/9/2011) di Kementerian Pertahanan.

Menteri Pertahanan Serbia, Dragan Sutanovac, menjelaskan, pihaknya memiliki industri pertahananan sejak tahun 1950-an yang memproduksi beragam jenis senjata.

"Kami juga memiliki keahlian dalam pembuatan amunisi, kedokteran militer, dan fasilitas pelatihan," kata Dragan.

Dragan juga menawarkan beasiswa untuk siswa perwira TNI belajar di Serbia. Saat ini, siswa dari Jerman, China, dan Rusia belajar di Serbia.

Wakil Presiden Direktur Yugo Impor (produsen senjata Serbia) memberi paparan produk senjata Serbia dari tank tempur utama (main battle tank), rudal alas, pesawat jet latih tempur, hingga peluncur roket multi-tabung.

Sumber: KOMPAS

TNI AU dan Singapura Latihan di Pekanbaru



F-5 RSAF. (Foto: Australia DoD)

15 September 2011, Pekanbaru (KOMPAS): Skadron Tempur (Skapur) TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) berlatih bersama di Pekanbaru, Riau, Kamis (15/9/2011).

Latihan Joint Fighter Weapon Course (JFWC) TNI AU - RSAF diikuti Skadron F-5 dan F-16 RSAF, serta Skadron Hawk-109/209, Skadron F-5 dan Skadron F-16 TNI AU.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengatakan, latihan itu merupakan salah satu kegiatan latihan bersama terbesar, dari yang pernah dilaksanakan TNI AU dan RSAF.

Rencananya latihan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 11 November 2011 dan akan ditutup oleh KASAU dan CAF RSAF. Latihan itu merupakan lanjutan kegiatan serupa pada tanggal 11 Agustus 2011 di Singapura.

TNI AU-RAAF Persiapkan Latihan di Australia

Untuk meningkatkan profesionalitas penerbang, TNI Angkatan Udara Indonesia dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan menggelar latihan bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus, Rabu (14/9/2011), mengatakan, saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga perwira menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan, sedangkan dari RAAF sebanyak sepuluh perwira dipimpin Komandan Skuadron Sam Wright," kata Azman.

Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama di mana kedua pihak akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).

Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dengan Sandi Elang Ausindo.

Sumber: KOMPAS

Kopassus Latihan Bersama Pasukan Elit Australia



Sejumlah pasukan Kopasus dan pasukan Khusus Australia Socaust bersiap untuk menuju pulau Kotok Kecil untuk memantau latihan bersama Kopasus dan Socaust Australia di Pulau Kotok Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Kamis (15/9). Latihan bersama tersebut merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antarkedua delegasi dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit dalam bidang teknik dan taktik pertempuran. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/mes/11)

15 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan pasukan khusus Australia, Spesial Operations Command (SOCOMD) Kamis pagi melakukan latihan bersama melumpuhkan teroris.

Latihan operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" itu berlangsung di Pulau Kotok Kecil, Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.

Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pasca tewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.

Komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Operasi melibatkan tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme.

Tim intelijen adalah Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.

Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.

Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.

Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri dari 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.

Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Adapun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.

"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.

"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim, katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.

Menurut Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.

"Latihan melibatkan sebanyak 74 pasukan yang terdiri dari 40 pasukan Indonesia dan 34 pasukan australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.

Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.

Sumber: ANTARA News

RI-Vietnam Tingkatkan Kerja Sama di Bidang Polhukam



Presiden SBY dan PM Vietnam Nguyen Tan Dung menyaksikan penandatanganan MoU antara Menlu kedua negara, di Istana Merdeka, Rabu (14/9) siang. Presiden SBY menerima kunjungan kenegaraan PM Vietnam Nguyen Tan Dung di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9) pagi. Dalam pertemuan bilateral, disepakati penandatanganan nota kesepahaman peningkatan kerja sama antara kementerian luar negeri kedua negara. RI dan Vietnam juga sepakat untuk meningkatkan proses negosisasi batas maritim kedua negara. (Foto: cahyo/presidensby.info)

14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama di bidang politik, hukum, dan keamanan (polhukam). Kerja sama itu akan dilakukan dalam bentuk dialog bilateral, hubungan diplomatik, patroli perairan, serta upaya memerangi kejahatan lintas batas negara.

Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan pers bersama dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9). Keterangan pers disampaikan seusai Presiden melakukan melakukan observasi bersama atas kerja sama yang telah dilakukan.

"Keadaan umum, keadaan bilateral Vietnam - Indonesia dewasa ini dalam keadaan baik, kuat, dan terus berkembang. Kita bersepakat untuk lebih meningkatkannya lagi di waktu yang akan datang," kata Yudhoyono.

Presiden menambahkan kedua pemerintahan akan meningkatkan dialog bilateral dan hubungan diplomatik. "Joint cooperation pada tingkat Menlu akan lebih kita aktifkan di masa mendatang," kata Yudhoyono.

Selain itu, kerja sama di bidang pertahanan menjadi perhatian utama kedua kepala pemerintahan. "Kita akan tingkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, dan saling kunjung di antara perwira militer," kata dia.

Kerja sama pertahanan juga akan dilakukan dalam bentuk patroli bersama di wilayah perairan kedua negara. "Untuk mencegah insiden-insiden yang tidak perlu," lanjut Yudhoyono seraya mengatakan akan meningkatkan kerja sama di bidang hukum, utamanya memerangi kejahatan transnasional.

Kunjungan PM Vietnam ini merupakan kunjungan perdana setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Vietnam. Sebelumnya, Nguyen juga pernah ke Indonesia pada masa jabatannya yang pertama, yaitu pada 8 Agustus 2007. Pada kunjungan kali ini, Nguyen datang bersama istrinya, Tran Ran Kim, serta beberapa delegasi.

Sementara itu, PM Nguyen mengatakan kerja sama bidang Polhukam ditujukan agar perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN tetap terjaga. "Kami sepakat pengembangan hubungan kerja dua negara dilakukan demi perdamaian, stabilitas kerja sama, dan perkembangan di kawasan," kata Nguyen.

Perbatasan

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia dan Vietnam berkomitmen untuk segera menyelesaikan pembahasan mengenai perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara. ZEE adalah kawasan dalam lingkup 200 mil dari pangkal pantai sebuah negara.

"Sudah ada tekad dari kedua negara untuk mengintensifkan perundingan perbatasan laut, dalam hal ini adalah ZEE kedua negara. Sudah berjalan beberapa kali putaran, dan seperti diarahkan Presiden dan PM ini sekiranya bisa dituntaskan secepat mungkin," kata Marty.

Komitmen pembahasan ZEE ini sudah dimulai sejak kunjungan Presiden Yudhoyono ke Vietnam pada 2010. Percepatan pembahasan tentang hal itu mungkin akan dilakukan dalam empat bulan ke depan.

"Ini penting, dalam arti konteks yang lebih luas karena kita ingin bisa agar keberhasilan perundingan ini akan menunjukkan kepada negara-negara kawasan bahwa masalah perbatasan bisa diselesaikan lewat perundingan," kata Marty.

Menurut dia, kesepakatan tentang batas maritim antarnegara tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat karena ada prosedur dan forum-forum khusus yang harus dilalui.

Sumber: Koran Jakarta

Wakil PM Singapura Kagum Proyek Jet Tempur Korsel-RI



 
KFX/IFX/F-33 STEALTH


14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura Theo Chee Hean menyatakan kagum terhadap pengembangan proyek pesawat jet tempur K-FX/I-FX antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel). Pembangunan pertahanan Indonesia cukup maju belakangan ini.

"Itu adalah program sangat luar biasa. Saya perhatikan kemajuan pembangunan pertahanan, alat utama sistem persenjataan (alustsista) sangat meningkat," kata Wakil PM Theo Chee Hean saat diterima Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (14/9).

Menanggapi pujian tersebut, Menteri Purnomo mengatakan kemajuan pembangunan pertahanan Indonesia belakangan ini tak terlepas dari kenaikan anggaran pertahanan yang diberikan pemerintah. Sebagian kenaikan anggaran pertahanan itu digunakan untuk mengganti beberapa pesawat jet tempur seperti F-5 dan Hawk-MK53 dengan Super Tucano.

Tak hanya itu, tambah Purnomo, Indonesia juga melakukan kerja sama pembuatan alutsista, seperti pesawat jet tempur dengan Korsel, yakni K-FX/I-IFX yang merupakan jet latih tempur generasi 4,5.

Kesepakatan pengembangan bersama pesawat tempur KFX disepakati kedua negara pada 15 Juli 2010 di Seoul, Korsel. Pesawat jet tempur KFX sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger.

Dibandingkan F-16, KFX diproyeksikan memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem avionic yang lebih baik, serta kemampuan antiradar (stealth). Menhan Purnomo menambahkan Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan alutsista secara mandiri, termasuk dalam pengembangan pesawat tempur. Karena itu, Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan Korsel.
Selain pesawat tempur, Indonesia sudah lama menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Korsel, antara lain dalam pembuatan kapal jenis landing plaform dock.

Secara terpisah, Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertukar pikiran dengan Wakil PM Singapura Teo Chee Hean mengenai perkembangan keamanan regional di kawasan ASEAN.

Tukar pikiran itu lebih pada tujuan perkenalan diri Wakil PM Teo. Diketahui Teo baru diangkat sebagai Wakil PM yang membidangi keamanan nasional. "Tukar pikiran terutama mengenai kemajuan di tatanan regional terkait keamanan dengan merujuk perkembangan poistif dalam perundingan antara Thailand dan Kamboja atas masalah perbatasan," kata Faizasyah.

Selain itu, lanjut Faizasyah, keduanya bertukar pikiran mengenai penyelesaian sengketa Laut China Selatan dan berbagai kemajuan yang dicapai dalam pembahasan Declaration of Conduct. Keduanya berharap tatanan keamanan kawasan akan lebih stabil.

Sumber: Koran Jakarta

BERITA POLULER