Pages

Wednesday, September 14, 2011

Indonesia Membangun Industri Alutsista


 
KFX/IFX/F-33 STEALTH


  • Oleh Jagarin Pane
KLAIM Malaysia atas blok konsesi Ambalat di Provinsi Kalimantan Timur lima tahun lalu dengan menggerakkan kapal perangnya di sekitar Karang Unarang membuat marah petinggi TNI. Cilangkap menganggap ini merupakan  penghinaan teritorial NKRI terbesar sepanjang 40 tahun terakhir karena berkaitan dengan manuver kapal perang asing yang melakukan provokasi terang-terangan sampai menyandera pekerja pembuatan mercusuar Karang Unarang.


SUKHOI 35-BM Yang diminati TNI AU

Mabes TNI kemudian melakukan operasi militer dan intelijen dengan mengerahkan gugus tempur laut berupa kapal perang jenis fregat dan korvet serta satuan tugas pasukan marinir ke lokasi Ambalat, Sebatik, Nunukan dan Tarakan. TNI juga menempatkan sejumlah pesawat tempur di Balikpapan dan Tarakan, kemudian mengusir tegas kapal perang Malaysia dari perairan Ambalat sekaligus memastikan kehadiran permanen 5-6 kapal perang yang siap siaga 24 jam dalam sehari di perairan itu.

Kondisi ini tentu bukan untuk hangat-hangat tahi ayam.  Petinggi TNI pasti tahu bahwa urusan klaim teritorial memerlukan waktu penyelesaian bertahun-tahun dan selama waktu itu TNI harus terus melakukan pengawasan penuh atas wilayah konflik perbatasan. 

Dalam perjalanan waktu itu tentu saja pemikir strategis TNI bersama Kementerian Pertahanan melakukan olah pikir dan olah daya sembari menginventarisasi kekuatan alutsista yang dimiliki dan lalu dibandingkan dengan kekuatan alutsista milik tetangga. 

Sebagai negara kepulauan terbesar, tentu saja kekuatan angkatan laut dan udara merupakan kekuatan pukul utama manakala negara dalam keadaan diserang negara lain, baik skala terbatas maupun skala luas.  Nah, setelah dihitung-hitung dengan cermat, maka dimulailah program peremajaan alutsista dengan membeli  ke berbagai negara. 
Beberapa jenis alutsista yang dibeli bisa disebut beli murni, misalnya jet tempur Sukhoi, namun beberapa jenis lain dibeli dengan metode ToT (transfer of technology), contohnya kapal perang jenis LPD dari Korea Selatan.

Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 ini, berbagai alutsista strategis sudah ada dalam genggaman TNI bersama perkuatan personel.  Bisa disebut 4 korvet Sigma buatan Belanda, 4 LPD (Landing Platform Dock) kerja sama Korsel-PAL, integrasi sistem tempur dengan rudal Yakhont pada KRI Fregat Ahmad Yani Class,pasang rudal C802 di sejumlah Kapal Cepat Rudal, dan kerja sama pembuatan rudal C705 dengan China. 
Kemudian overhaul Kapal Selam KRI Nanggala di Korsel (bonusnya hibah 10 tank amfibi LVT-77 ), pembuatan puluhan kapal cepat rudal di PAL dan galangan kapal nasional, pembuatan kapal perang jenis LST.  Tambahan 6 Sukhoi, 17 tank amfibi BMP-3F sudah memasuki pangkalan arsenal TNI, juga instalasi radar militer di Indonesia Timur yaitu di Biak, Merauke, Timika dan Saumlaki.

Langkah Berani

Saat ini, TNI juga sedang mempersiapkan pembentukan skuadron UAV di Pontianak dan Pekan Baru, menunggu kedatangan 16 Super Tucano, menanti kedatangan 16 jet latih / tempur T-50 dari Korsel dan menambah kembali pesanan 6 Sukhoi untuk melengkapi jumlah yang ada saat ini, yaitu 10 unit, menjadi kekuatan penuh satu skuadron (16 unit).
Yang menggembirakan tentu saja adanya hibah 30 unit F16 blok 32 dari Amerika Serikat yang sudah disetujui,  kemudian melakukan upgrade 8 Hercules, pesan 4 heli Cougar dari Prancis,  pesan 4 CN 235 ASW dari PT DI. Tak ketinggalan juga menambah inventory tank amphibi dengan memesan kembali 56 unit BMP-3F dari Rusia.

Kekuatan lima heli tempur serbu jenis MI35 dan 12 Mi17 buatan Rusia sudah hadir di skuadron Penerbad. Kemudian pengadaan ratusan rudal QW3 untuk Marinir dan Paskhas, pembelian rudal Exocet terbaru untuk 4 KRI Sigma, pembuatan 154 panser Pindad, kerja sama pembuatan 44 panser Canon dengan Korsel, pengadaan rudal antitank. 
Perluasan pangkalan TNI AL di Padang, Tarakan, Kupang dan Merauke sudah selesai, pembangunan pangkalan TNI AU di Tarakan untuk menampung segala jenis pesawat tempur, penambahan puluhan batalyon infantri, mekanis, marinir dan Paskhas, pembentukan divisi 3 Kostrad.  Setidaknya ini yang tampak di depan mata.
Pada 2010, program alutsista dipertajam dengan membangun industri hankam dalam negeri dengan memberdayakan PT PAL, PT DI, Pindad, Lapan dan industri alutsista swasta untuk menghasilkan produksi dalam negeri, termasuk kerja sama dengan LN membangun alutsista di Tanah Air.

 Senjata SS2, mortir, amunisi, bom Sukhoi, kapal cepat rudal, kapal trimaran, kapal jenis LST, helikopter, pesawat angkut dan patroli CN235, roket Lapan, panser Anoa adalah buah pemberdayaan industri alutsista dalam negeri yang sudah menampakkan hasil.  Kerja sama melalui transfer teknologi dengan Korsel adalah 4 kapal LPD, dua dibuat di Korsel dan dua lainnya di PAL Surabaya.  Demikian juga dengan pembuatan 40 panser Canon, separo di Korsel sisanya di Pindad. Langkah berani Kemhan adalah melakukan terobosan besar di bawah kepemimpinan Menhan Purnomo Yusgiantoro dengan melakukan kerja sama strategis pembuatan pesawat tempur KFX bersama Korsel.  Kualitas jet tempur ini di atas F16 dan hasil kerja sama ini nantinya Indonesia akan menerima 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan bisa memproduksi sendiri.

Kerja Sama

Kemudian Kemhan juga meluncurkan pembuatan 10 kapal perang jenis PKR kerja sama dengan Damen Schelde Belanda.  Akhir tahun 2010 sudah dimulai pengerjaannya dengan membuat 2 PKR Light Fregat. Perusahaan swasta Lundin yang berlokasi di Banyuwangi sedang mempersiapkan beberapa kapal perang jenis trimaran.
 Galangan kapal swasta di Batam sudah menghasilkan 1 kapal cepat rudal yaitu KRI Clurit dan sedang membuat beberapa KCR lainnya. Proyek rudal strategis Lapan-Pindad sedang berjalan, bahkan Lapan-Pindad saat ini sedang memproduksi massal ribuan roket Rhan setelah dilakukan uji tembak di pusat latihan tempur Baturaja Sumatera Selatan beberapa waktu yang lalu.

Untuk jangka panjang, memproduksi alutsista buatan negeri sendiri sesungguhnya memberikan nilai yang tinggi bagi generasi bangsa. Betapa tidak, mereka yang diwarisi dengan industri hankam strategis akan merasa sangat bangga bahwa tanah airnya yang bernama Indonesia sudah mampu memproduksi pesawat angkut, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, kapal selam, tank, rudal dan lainnya.  Kondisi ini akan memberikan semangat bertanah air yang tinggi.
Ingat cara Soekarno membuat proyek bernilai nasionalis tinggi, Masjid Istiqlal, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Monas, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera.  Itu semua dibangun ketika ekonomi rakyat berkategori sangat miskin, namun sekarang menjadi kebanggaan bangsa dan rakyat kita.

Kita berharap pembangunan industri alutsista dalam negeri ini berjalan konsisten, terpadu, terarah dan transparan tanpa benturan konflik kepentingan.
 Soalnya musuh terbesar dalam program ini adalah ketidakkonsistenan itu sendiri dan intelijen makelar senjata yang selalu merayu petinggi Kemhan dengan berbagai cara, dengan iming-iming komisi menggiurkan untuk memakai alutsista buatan pabrik kapitalis ini dan itu.  Mudah-mudahan Menhan Purnomo yang enerjik, lincah dan berakal cerdik itu bersama pengambil keputusan di Kemhan dan Mabes TNI mampu berjalan seiring, seia sekata untuk menghasilkan alutsista strategis buatan anak bangsa, mewariskan kehormatan dan kebanggaan pada generasi bangsa. (24)

—Jagarin Pane, pemerhati alutsista TNI.

Sumber : Suara Merdeka

Serbia TOT Roket dan Mortir Dengan Indonesia

Lapan Luncurkan Prangko
Sedangkan ini adalah prangko seri Roket Pengorbit Satelit (RPS). Masing-masing prangko yang diluncurkan ini bernilai Rp 1.500. (Humas Lapan).JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah Indonesia dan Serbia sepakat meningkatkan kerja sama bidang pertahanan yang meliputi kebijakan strategis, dukungan logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan.

Kesepakatan itu tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan mitranya Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac di Jakarta, Selasa.
Purnomo menambahkan, dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara dilakukan dalam bentuk dialog pertahanan strategis, pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan, partisipasi dalam konferensi, simposium dan seminar serta pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan.
Ia menambahkan, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dengan peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara antara lain teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia sesuai dengan standar internasional yaitu NATO maupun standar bekas Uni Soviet.
"Kemudian beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia membeli komponen-komponen tertentu terutama 'raw material' dari Industri pertahanan Serbia, termasuk yang telah dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika," kata Purnomo.
Lebih lanjut ia mengatakan ke depan, peningkatan kerja sama militer bidang pertahanan dengan Republik Serbia, dapat dikatakan memiliki prospek yang cukup menjanjikan berupa kelebihan kemampuan atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan munisi Serbia, yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI.
"Penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan itu antara lain dapat menyempurnakan uji coba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang masih belum stabil," katanya.(*/Antara)

Suara Karya

KSAU:Dalam waktu dekat, TNI AU akan kedatangan Super Tucanno, Hercules C-130, F-16


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat menegaskan, tidak ada toleransi untuk kecelakaan udara sebagai wujud profesionalisme TNI Angkatan Udara. "Harus zero accident untuk mencapai the first class air force," kata KSAU dalam serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Dankoharmatau) dari Marsekal Muda (Marsda) TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Selasa (13/9/2011).
"Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan canggih, unit pemeliharaan seperti Koharmatau—yang tugas dan fungsinya melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan berikut peralatan produksi serta publikasi teknik—akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara," papar KSAU.
Beberapa sasaran pembinaan telah ditetapkan, baik sasaran jangka pendek, yaitu mewujudkan tidak terjadinya kecelakaan satu tahun ke depan, maupun sasaran jangka panjang, yaitu untuk menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force
Untuk itu, dibutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen, dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam waktu dekat, TNI AU akan kedatangan sejumlah pesawat baru, seperti Super Tucano buatan Embraer, Brasil, Hercules C-130 seri H dari Royal Australian Air Force (RAAF) Australia, dua skadron F-16 seri A dan B dari Amerika Serikat dan persenjataan lain.

KOMPAS

KSAU: Pemeliharaan Alutsista Penting



 
dok.dispenau / dok.dispenau
Jurnas.com | KEKUATAN pertahanan suatu negara ditentukan oleh kekuatan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang dimiliki. Karenanya, pengadaan alutsista menjadi penting. Selain itu, pemeliharaan atas aset-aset itu tak boleh dikesampingkan. “Dalam era serba berbobot teknologi seperti sekarang ini, upaya pertahanan negara akan mencapai hasil jauh lebih baik jika didukung dengan alat utama sistem senjata yang andal, terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni,”kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam sambutannya pada serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara dari Marsda TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo di Lanud Husein Sastranegara Bandung, Selasa (13/9).

Dijelaskan KSAU, Koharmatau memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara. Pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi serta publikasi teknik. “Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan, unit pemeliharaan seperti ini akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,”katanya.

Sasaran jangka pendek Koharmatau adalah mewujudkan tidak terjadinya kecelakaan satu tahun kedepan, dan menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force sebagai sasaran jangka panjangnya. “Untuk itu, membutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,”katanya.

Dikatakan KSAU, personel Koharmatau harus memiliki sikap yang sejalan dengan semboyan Koharmatau “Sewana Karya Budhi Sakti”, yaitu akal dan kecerdasan menjadi andalan suksesnya embanan tugas yang dibebankan.

JURNAS

Russian S-400 missile system used for the first time



 

S-400. Photo: RIA Novosti
Print Email Add to blog
Summing up the active phase of the Comradeship-in-Arms-2011 war games earlier today, Russian Defence Minister Anatoly Serdiukov said that Russia has for the first time used its S-400 air defence missile system.
The manoeuvres that have been held at the Ashuluk proving range, in the south of Russia, comprised over 2,000 CIS servicemen and sought to drill Air Force units of Russia, Armenia, Belarus, Kyrgyzstan and Tajikistan in carrying out joint operation procedures when repelling terrorists in a near-border armed conflict.
The range practice was attended by the Defence Ministers of Russia, Belarus, Tajikistan, Armenia and Ukraine, and also by observers from Algeria, Malaysia, India, Indonesia and Syria.
Defence Minister Serdiukov spoke highly of the military units’ interaction and pointed out that all Defence Ministers were clearly content with the units’ performance.   



Tuesday, September 13, 2011

Indonesia Mantapkan Aliansi Dengan Tiga Negara Maju Eropa



JAKARTA - Sekarang masanya aliansi dengan negara maju dalam bidang apa saja. Indonesia juga akan menempuh aliansi industri pertahanan itu dengan tiga negara Eropa anggota NATO, yakni Spanyol, Jerman, dan Perancis.

Ketiga negara itu bukan negara kemarin sore dalam rancang bangun persenjataan; mereka sudah ratusan tahun mengembangkan basis teknologi persenjataan masing-masing. Tidak ada istilah short cut.

Spanyol ternama soal persenjataan ringan dan pesawat terbang transport, Jerman soal persenjataan infantri, meriam, dan teknologi metalurgi dan material.

Mandiri adalah motto ringkas Perancis dalam pertahanan negaranya. Simak performansi senapan 5,56 milimeter F1 FAMAS, seri-seri Mirage dan Rafale, hingga kapal induk serang kelas Mistral dan Ouragan. Ingat MM-40 Blok 3 Exocet? Itu buatan Perancis dan kita beli juga seri awalnya karena jauh lebih murah.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, sesaat sebelum memulai kunjungannya ke Eropa, Senin (12/9), mengatakan kerja sama Indonesia secara bilateral dengan masing-masing ketiga negara itu telah lama terjalin.

"Namun, Indonesia ingin memantapkan kembali bentuk kerja sama itu kearah produksi dan pemasaran bersama sehingga dapat mendukung kemandirian industri pertahanan nasional," katanya.

Produksi Bersama C-295


Contohnya jelas, PT Dirgantara Indonesia telah menjalin kerja sama dengan CASA Spanyol yang kini bernama European Aeronatic Defense and Space Company (EADS), sebuah perusahaan dirgantara besar Eropa. Yang paling jelas adalah pembuatan NC-212 Aviocar (kini C-212 seri 400) dan CN-235.

Kini hal itu akan dikembangkan dalam pembuatan pesawat transportasi ringan C-295, yang dikembangkan dari basis CN-235 itu. Dengan sejumlah perkuatan struktur, mesin, dan sistem pendaratannya, maka C-295 bisa diubah menjadi pesawat peringatan dini dan dipasangi radome laiknya EC-3 Sentry atau Hawkeye.


Wamenhan akan jajaki kemungkinan produksi bersama C-295 dan C-295AEW

"C-295 ini memiliki kapabilitas dan kapasitas melebihi CN-235. Nah... kita ingin jajaki kemungkinan produksi bersama, pemasaran bersama dan investasi bersama antara Indonesia dengan Spanyol, Jerman, Prancis yang terlibat dalam EADS," katanya.

Sjafrie mengemukakan pada kesepakatan awal PT DI memperoleh porsi 40 persen untuk kandungan setempat komponen pesawat tersebut. Artinya, kualitas buatan Indonesia itu diakui dunia namun pemerintah agaknya tidak mau memfokuskan pembangunan industri strategis yang berperan vital itu. Dengan begitu, para insinyur andal Indonesia tidak harus berkelana ke mana-mana sampai-sampai yang mengambil manfaat keahlian mereka adalah negara pesaing belaka.

Sumber : ANTARA

Latihan Bersama Flash Iron 11-02



SURABAYA - Sejumlah anggota pasukan elit US Navy Seals usai melakukan pendaratan ketika melakukan latihan terjun tempur free fall bersama Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL, di Lanudal Juanda Surabaya, Selasa (13/9). Latihan terjun tempur tersebut merupakan bagian dari Latihan Bersama (Latma) bersandikan Flash Iron 11-02 JCET antara Sat Kopaska TNI AL dan US Navy Seals. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/nz/11.





BERITA POLULER