Pages

Wednesday, September 14, 2011

KSAU: Pemeliharaan Alutsista Penting



 
dok.dispenau / dok.dispenau
Jurnas.com | KEKUATAN pertahanan suatu negara ditentukan oleh kekuatan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang dimiliki. Karenanya, pengadaan alutsista menjadi penting. Selain itu, pemeliharaan atas aset-aset itu tak boleh dikesampingkan. “Dalam era serba berbobot teknologi seperti sekarang ini, upaya pertahanan negara akan mencapai hasil jauh lebih baik jika didukung dengan alat utama sistem senjata yang andal, terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni,”kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam sambutannya pada serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara dari Marsda TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo di Lanud Husein Sastranegara Bandung, Selasa (13/9).

Dijelaskan KSAU, Koharmatau memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara. Pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi serta publikasi teknik. “Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan, unit pemeliharaan seperti ini akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,”katanya.

Sasaran jangka pendek Koharmatau adalah mewujudkan tidak terjadinya kecelakaan satu tahun kedepan, dan menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force sebagai sasaran jangka panjangnya. “Untuk itu, membutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,”katanya.

Dikatakan KSAU, personel Koharmatau harus memiliki sikap yang sejalan dengan semboyan Koharmatau “Sewana Karya Budhi Sakti”, yaitu akal dan kecerdasan menjadi andalan suksesnya embanan tugas yang dibebankan.

JURNAS

Russian S-400 missile system used for the first time



 

S-400. Photo: RIA Novosti
Print Email Add to blog
Summing up the active phase of the Comradeship-in-Arms-2011 war games earlier today, Russian Defence Minister Anatoly Serdiukov said that Russia has for the first time used its S-400 air defence missile system.
The manoeuvres that have been held at the Ashuluk proving range, in the south of Russia, comprised over 2,000 CIS servicemen and sought to drill Air Force units of Russia, Armenia, Belarus, Kyrgyzstan and Tajikistan in carrying out joint operation procedures when repelling terrorists in a near-border armed conflict.
The range practice was attended by the Defence Ministers of Russia, Belarus, Tajikistan, Armenia and Ukraine, and also by observers from Algeria, Malaysia, India, Indonesia and Syria.
Defence Minister Serdiukov spoke highly of the military units’ interaction and pointed out that all Defence Ministers were clearly content with the units’ performance.   



Tuesday, September 13, 2011

Indonesia Mantapkan Aliansi Dengan Tiga Negara Maju Eropa



JAKARTA - Sekarang masanya aliansi dengan negara maju dalam bidang apa saja. Indonesia juga akan menempuh aliansi industri pertahanan itu dengan tiga negara Eropa anggota NATO, yakni Spanyol, Jerman, dan Perancis.

Ketiga negara itu bukan negara kemarin sore dalam rancang bangun persenjataan; mereka sudah ratusan tahun mengembangkan basis teknologi persenjataan masing-masing. Tidak ada istilah short cut.

Spanyol ternama soal persenjataan ringan dan pesawat terbang transport, Jerman soal persenjataan infantri, meriam, dan teknologi metalurgi dan material.

Mandiri adalah motto ringkas Perancis dalam pertahanan negaranya. Simak performansi senapan 5,56 milimeter F1 FAMAS, seri-seri Mirage dan Rafale, hingga kapal induk serang kelas Mistral dan Ouragan. Ingat MM-40 Blok 3 Exocet? Itu buatan Perancis dan kita beli juga seri awalnya karena jauh lebih murah.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, sesaat sebelum memulai kunjungannya ke Eropa, Senin (12/9), mengatakan kerja sama Indonesia secara bilateral dengan masing-masing ketiga negara itu telah lama terjalin.

"Namun, Indonesia ingin memantapkan kembali bentuk kerja sama itu kearah produksi dan pemasaran bersama sehingga dapat mendukung kemandirian industri pertahanan nasional," katanya.

Produksi Bersama C-295


Contohnya jelas, PT Dirgantara Indonesia telah menjalin kerja sama dengan CASA Spanyol yang kini bernama European Aeronatic Defense and Space Company (EADS), sebuah perusahaan dirgantara besar Eropa. Yang paling jelas adalah pembuatan NC-212 Aviocar (kini C-212 seri 400) dan CN-235.

Kini hal itu akan dikembangkan dalam pembuatan pesawat transportasi ringan C-295, yang dikembangkan dari basis CN-235 itu. Dengan sejumlah perkuatan struktur, mesin, dan sistem pendaratannya, maka C-295 bisa diubah menjadi pesawat peringatan dini dan dipasangi radome laiknya EC-3 Sentry atau Hawkeye.


Wamenhan akan jajaki kemungkinan produksi bersama C-295 dan C-295AEW

"C-295 ini memiliki kapabilitas dan kapasitas melebihi CN-235. Nah... kita ingin jajaki kemungkinan produksi bersama, pemasaran bersama dan investasi bersama antara Indonesia dengan Spanyol, Jerman, Prancis yang terlibat dalam EADS," katanya.

Sjafrie mengemukakan pada kesepakatan awal PT DI memperoleh porsi 40 persen untuk kandungan setempat komponen pesawat tersebut. Artinya, kualitas buatan Indonesia itu diakui dunia namun pemerintah agaknya tidak mau memfokuskan pembangunan industri strategis yang berperan vital itu. Dengan begitu, para insinyur andal Indonesia tidak harus berkelana ke mana-mana sampai-sampai yang mengambil manfaat keahlian mereka adalah negara pesaing belaka.

Sumber : ANTARA

Latihan Bersama Flash Iron 11-02



SURABAYA - Sejumlah anggota pasukan elit US Navy Seals usai melakukan pendaratan ketika melakukan latihan terjun tempur free fall bersama Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL, di Lanudal Juanda Surabaya, Selasa (13/9). Latihan terjun tempur tersebut merupakan bagian dari Latihan Bersama (Latma) bersandikan Flash Iron 11-02 JCET antara Sat Kopaska TNI AL dan US Navy Seals. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/nz/11.





Indonesia-Serbia Teken Kerja Sama Militer



Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) berjalan bersama Menhan Serbia Dragan Sutanovac (kanan) saat upacara penyambutan di halaman Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (13/9). Kunjungan tersebut dalam rangka menjalin hubungan bidang pertahanan meliputi kebijakan strategi, logistik, pendidikan dan pelatihan, serta industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/Spt/11)

13 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia dan Serbia sepakat meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Menteri Pertahanan kedua negara Purnomo Yusgiantoro dan Dragan Sutanovac.

"Kerja sama ini merupakan lanjutan kerja sama yang sudah ditandatangani pada 2005 lalu. Namun ada beberapa item perbaikan yang disetujui dan ditandatangni ulang," ujar Pramono di kantornya, Selasa 13 September 2011.

Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya di bidang kebijakan strategis pertahanan, logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan, dan pelatihan militer. Dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara, menurut Purnomo, di antaranya pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan.

Hal lain yang menurut Pramono dinilai sangat penting adalah pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan. "Kerjaama ini untuk mengembangkan alutista kita yang sudah 13 tahun ketinggalan dan jadi bagian reformasi jilid dua," ujar Purnomo.

Menurut Purnomo, peningkatan kerja sama dengan Serbia didasarkan pada teknologi dan mutu hasil industri pertahanan negara pecahan Uni Soviet itu sesuai dengan standar internasional, yaitu NATO. Terbukti dengan adanya beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia yang membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Serbia. "Keunggulan pabrik senjata dan amunisi Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI," ujarnya.

Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac menyatakan sangat menyambut positif kerja sama ini. Sejak dilakukan kerja sama militer pada 1946, dia menyebutkan hubungan kerja sama militer RI-Serbia sudah berjalan baik. "Kami percaya dengan kerja sama ini akan hubungan kedua negara akan lebih baik," lanjutnya.

Menurut Dragan, selain soal industri pertahanan, Serbia juga akan fokus pada pengembangan rumah sakit militer. Apalagi, kata Dragan, rumah sakit militer di Serbia termasuk yang terbaik di dunia. "Kami juga ingin bekerja sama dalam pengembangan industri kesehatan militer di Indonesia," ujarnya.

Kerja sama bidang kesehatan ini dibenarkan oleh Purnomo. Kerja sama nantinya bisa berupa pelatihan dokter.

Sumber: TEMPO Interaktif

Indonesia-Serbia Teken Kerja Sama Militer



Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) berjalan bersama Menhan Serbia Dragan Sutanovac (kanan) saat upacara penyambutan di halaman Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (13/9). Kunjungan tersebut dalam rangka menjalin hubungan bidang pertahanan meliputi kebijakan strategi, logistik, pendidikan dan pelatihan, serta industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/Spt/11)

13 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia dan Serbia sepakat meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Menteri Pertahanan kedua negara Purnomo Yusgiantoro dan Dragan Sutanovac.

"Kerja sama ini merupakan lanjutan kerja sama yang sudah ditandatangani pada 2005 lalu. Namun ada beberapa item perbaikan yang disetujui dan ditandatangni ulang," ujar Pramono di kantornya, Selasa 13 September 2011.

Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya di bidang kebijakan strategis pertahanan, logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan, dan pelatihan militer. Dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara, menurut Purnomo, di antaranya pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan.

Hal lain yang menurut Pramono dinilai sangat penting adalah pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan. "Kerjaama ini untuk mengembangkan alutista kita yang sudah 13 tahun ketinggalan dan jadi bagian reformasi jilid dua," ujar Purnomo.

Menurut Purnomo, peningkatan kerja sama dengan Serbia didasarkan pada teknologi dan mutu hasil industri pertahanan negara pecahan Uni Soviet itu sesuai dengan standar internasional, yaitu NATO. Terbukti dengan adanya beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia yang membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Serbia. "Keunggulan pabrik senjata dan amunisi Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI," ujarnya.

Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac menyatakan sangat menyambut positif kerja sama ini. Sejak dilakukan kerja sama militer pada 1946, dia menyebutkan hubungan kerja sama militer RI-Serbia sudah berjalan baik. "Kami percaya dengan kerja sama ini akan hubungan kedua negara akan lebih baik," lanjutnya.

Menurut Dragan, selain soal industri pertahanan, Serbia juga akan fokus pada pengembangan rumah sakit militer. Apalagi, kata Dragan, rumah sakit militer di Serbia termasuk yang terbaik di dunia. "Kami juga ingin bekerja sama dalam pengembangan industri kesehatan militer di Indonesia," ujarnya.

Kerja sama bidang kesehatan ini dibenarkan oleh Purnomo. Kerja sama nantinya bisa berupa pelatihan dokter.

Sumber: TEMPO Interaktif

Monday, September 12, 2011

Kasal: Minimun Indonesia Punya Enam Kapal Selam



 

Kapal Selam kelas lada dan kilo dari russia


Pemerintahan SBY berencana mengakuisisi empat kapal selam baru, dua kapal selam buatan Rusia dan dua kapal selam kandidat kuat buatan Korea Selatan.

12 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan minimum Indonesia memiliki enam kapal selam sebagai alat utama sistem senjata strategis, sekaligus memberikan efek tangkal.

"Ya minimum kita bisa punya enam," katanya, usai melantik Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat dan Panglima Komando Lintas Laut Militer di Jakarta, Senin.
ROK Lee Okg SS-071, kapal selam kelas Chang Bogo ke-9 milik AL Korsel. 

Ia mengatakan, pihaknya telah mengajukan pengadaan dua kapal selam baru untuk menambah kekuatan strategis matra laut. "Prosesnya kini masih terus berjalan di Kementerian Pertahanan, dan diharapkan pada 2014 kapal itu sudah kami terima," ujar Kasal, menambahkan.

Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.

Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Prancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI Angkatan Laut telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.

Kasal Soeparno memastikan pengadaan dua kapal selam tersebut akan dilengkapi langsung oleh perlengkapan dan persenjataannya. "Jadi tidak sekadar kapal selam saja, tanpa persenjataan atau perlengkapan yang mendukung," katanya, menegaskan.

Indonesia saat ini memiliki KRI Cakra dan KRI Nanggala yang merupakan hasil produksi Jerman kelas U 209/1300 pada 1981.

Sumber: ANTARA News

BERITA POLULER