Pages

Monday, September 12, 2011

Indonesia Gandeng Eropa dalam Persenjataan




12 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Sekarang masanya aliansi dengan negara maju dalam bidang apa saja. Indonesia juga akan menempuh aliansi industri pertahanan itu dengan tiga negara Eropa anggota NATO, yaitu Spanyol, Jerman, dan Perancis.

Ketiga negara itu --sangat jelas-- bukan negara kemarin sore dalam rancang bangun persenjataan; mereka sudah ratusan tahun mengembangkan basis teknologi persenjataan masing-masing. Tidak ada istilah jalan pintas alias short cut.

Spanyol ternama soal persenjataan ringan dan pesawat terbang transport, Jerman soal persenjataan infantri, meriam, dan teknologi metalurgi dan material.

Mandiri adalah motto ringkas Perancis dalam pertahanan negaranya. Simak performansi senapan 5,56 milimeter F1 FAMAS, seri-seri Mirage dan Rafale, hingga kapal induk serang kelas Mistral dan Ouragan. Ingat MM-40 Blok 3 Exocet? Itu buatan Perancis dan kita beli juga seri awalnya karena jauh lebih murah.

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, sesaat sebelum memulai kunjungannya ke Eropa, Senin, mengatakan kerja sama Indonesia secara bilateral dengan masing-masing ketiga negara itu telah lama terjalin.

"Namun, Indonesia ingin memantapkan kembali bentuk kerja sama itu kearah produksi dan pemasaran bersama sehingga dapat mendukung kemandirian industri pertahanan nasional," katanya.

Contohnya jelas, PT Dirgantara Indonesia telah menjalin kerja sama dengan CASA Spanyol yang kini bernama European Aeronatic Defense and Space Company (EADS), sebuah perusahaan dirgantara besar Eropa. Yang paling jelas adalah pembuatan NC-212 Aviocar (kini C-212 seri 200) dan CN-235.

Kini hal itu akan dikembangkan dalam pembuatan pesawat transportasi ringan C-295, yang dikembangkan dari basis CN-235 itu. Dengan sejumlah perkuatan struktur, mesin, dan sistem pendaratannya, maka C-295 bisa diubah menjadi pesawat peringatan dini dan dipasangi radome laiknya EC-3 Sentry atau Hawkeye.

"C-295 ini memiliki kapabilitas dan kapasitas melebihi CN-235. Nah... kita ingin jajaki kemungkinan produksi bersama, pemasaran bersama dan investasi bersama antara Indonesia dengan Spanyol, Jerman, Prancis yang terlibat dalam EADS," katanya.

Sjafrie mengemukakan pada kesepakatan awal PT DI memperoleh porsi 40 persen untuk kandungan setempat komponen pesawat tersebut. Ngomong-ngomong, PT DI sudah lama mendapat kontrat pengadaan komponen flap dan slat Airbus A-330 dari Airbus Industrie.

Artinya, kualitas buatan Indonesia itu diakui dunia namun pemerintah agaknya tidak mau memfokuskan pembangunan industri strategis yang berperan vital itu. Dengan begitu, para insinyur andal Indonesia tidak harus berkelana ke mana-mana sampai-sampai yang mengambil manfaat keahlian mereka adalah negara pesaing belaka.

Sumber: ANTARA News

Sunday, September 11, 2011

PT DI BISA MEMENUHI PRODUKSI C-295


The C-295 is 3m longer than the CN-235 seen here in the background


JAKARTA, KOMPAS.com — Pasar internasional membutuhkan sekitar 300 unit pesawat angkut militer kelas menengah hingga tahun 2019. PT Dirgantara Indonesia (Persero) bisa memenuhi kebutuhan dunia itu dengan dua jenis pesawat yang sudah dapat mereka produksi, yakni tipe C295 dan kelas CN235.
Demikian isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011). Dokumen ini secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011.
Perkiraan tentang kebutuhan pesawat militer yang dihitung Douglas Royce menunjukkan bahwa produksi pesawat angkut militer ukuran medium pada satu dekade ke depan diperkirakan mencapai 9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 76,5 triliun. Pesawat yang masuk ke dalam kelas medium ini, antara lain, Alenia Aeronautica C27J, EADS CASA CN235, dan C-295.
Douglas Royce juga memperkirakan produksi pesawat C-295 hingga 2019 akan mencapai 110 unit. Selain itu, untuk tipe CN-235 diperkirakan akan diproduksi 65-70 unit. Selain untuk alat transportasi, konsumen juga memanfaatkan kedua jenis pesawat tersebut untuk kebutuhan patroli laut.
Jenis-jenis pesawat dibagi atas tiga kelas. Pertama, kelas alat angkut ringan atau yang memiliki bobot pada saat lepas landas (MTOW) di bawah 20.000 lbs. Kedua, alat angkut medium dengan MTOW 20.000-80.000 lbs. Ketiga, pesawat pengangkut kelas berat dengan MTOW di atas 80.000 lbs. (1 lbs setara 453 gram).
Perkiraan yang dibuat tahun 2010 menunjukkan bahwa hingga 2019 akan ada 510 pesawat militar kelas berat yang akan diproduksi. Adapun pesawat militer kelas medium akan dihasilkan 300 unit, sedangkan pesawat angkut militer kelas ringan mencapai 90 unit.

KOMPAS

Panglima Armada Barat dan Panglima Komando Lintas Laut Militer dilantik



Senin, 12 September 2011 10:07 WIB | 495 Views
Sejumlah kapal perang RI melakukan formasi tempur saat berlayar di Laut Jawa, Senin (18/4). Sebanyak 19 KRI TNI-AL mengikuti Operasi Jala Perkasa dan latihan penembakan peluru kendali Yakhont di Selat Sunda, Samudera Hindia. (FOTO ANTARA/Eric Ireng)
 ... Herdiawan menjadi pejabat yang menyerahkan jabatan sekaligus menerima jabatan baru dari atasannya itu...

Jakarta (ANTARA News) - Jajaran Komando Armada Indonesia Kawasan Barat dan Komando Lintas Laut Militer --keduanya komando utama TNI-_L-- punya panglima baru. Kedua pemimpin puncak TNI-AL itu dilantik Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Senin.

Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan dilantik menjadi  Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat menggantikan Laksamana Muda TNI Hari Bowo. Juga dilantik Laksamana Pertama TNI Agung Pramono sebagai Panglima Komando Lintas Laut Militer menggnikan Herdiawan.

Jadi, Herdiawan menjadi pejabat yang menyerahkan jabatan sekaligus menerima jabatan baru dari atas_nNya itu. Sementara juniornya, Pramono, beroleh jabatan promosi dan dalam waktu dekat akan meraih bintang kedua di epolet seragamnya.

Hampir semua pejabat puncak di segala lini TNI-AL dan sejawat dari Markas Besar TNI serta matra-matra lain TNI hadir dalam upacara di Markas Komando Armada Indonesia Kawasan Barat di Kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat itu. 

Sebelum menjadi panglima, bekas ajudan Presiden Susilo Yudho_ono itu pun dipercaya sebagai Komandan Gugur tempur Laut Koarmabar (2009), Kepala Staf Koarmabar (2010) dan Panglima Komando Lintas Laut Militer pada 2010.

Herdiawan merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut Angkatan XXIX pada 1984 dan mengawali karir militernya sebagai Perwira Divisi AKS di KRI Ngurah Rai/344 pada 1985.

Selanjutnya dia menjadi Perwira Seksi Watpers Satkor Armatim (1988), Perwira Seksi Glapur Kolat Armatim (1994), Kasubdiv Evagiat Puslatlekdalsen Kodikal (1995), Kasubdis PBA Puslatlekdalsen Kodikal (1995), Palaksa KRI Lambung Mangkurat-374 (1996), dan Palaksa KRI Fatahillah-361 (1997).

Dilanjutkan Komandan KRI Nuku-373 (1997), Dirsesenbar Pusdiksopsla Kodikal (1999), Dirselapa Pusdikopsla Kodikal (2001), Danpuslatlekdalsen Kodikal (2002), Sahli Pang ?D? Jemen Koarmatim (2003 ), Asisten Operasi Danlantamal VIII Koarmatim (2003). 

Sumber : Antara

PT DI Bidik Peluang Pasar Alutsista TNI Rp 9,23 Triliun



11 September 2011

Helikopter anti kapal selam Eurocopter AS565 Panther untuk TNI AL (photo : Eurocopter)
Pemerintah Diharap Beli Pesawat PT DI Rp 9,23 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah diharapkan menegaskan komitmennya dalam mendorong penggunaan produk dalam negeri pada semua lini, termasuk pada produk pesawat militer.

Jika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, mengalihkan pembelian seluruh anggaran pesawat militernya ke dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakin dapat menyabet peluang pasar domestik senilai Rp 9,23 triliun.
"Target itu bisa dipenuhi jika pemerintah punya komitmen memakai produk dalam negeri," demikian kutipan isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 halaman 44 yang diterimaKompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011).
Dokumen ini secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011.
Eurocopter AS-550 Fennec untuk TNI AD (photo : DefenseIndex)
Kebutuhan alat utama sistem persenjataan yang dapat dipenuhi PT DI dibagi dalam empat jenis. Pertama, produk pesawat terbang militer tipe CN235 MPA sebanyak 1 unit senilai Rp 350 miliar per unit pada 2012 untuk TNI Angkatan Udara.
Selain itu, juga bisa dibuatkan CN235 Patroli Maritim sebanyak tiga unit seharga masing-masing 30 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Laut. Terakhir, pesawat pengganti F-27 dan NC-212 sebanyak 8 unit senilai 325 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Udara tahun 2011.
Kedua, kelompok helikopter jenis BELL 412 EP tipe serbu sebanyak delapan unit bernilai 85 juta dollar AS pada tahun 2011 dan 2012 lalu BELL 412 EP tipe angkut delapan unit senilai 85 juta dollar AS. Selain itu, bisa juga dibuatkan helikopter jenis Fennec AS-550 sebanyak delapan unit seharga 90 juta dollar AS pada tahun 2011. Ketiganya ditawarkan kepada TNI Angkatan Darat.
Adapun helikopter yang ditawarkan ke TNI Angkatan Udara adalah helikopter jenis EC-725 Cougar Combat SAR sebanyak enam unit bernilai 200 juta dollar AS dan helikopter NAS-332 Super Puma sebanyak dua unit senilai Rp 370 miliar.

Airbus C295 sebagai pengganti pesawat F27 TNI AU (photo : Dimitri Jeostojic)

Sementara helikopter yang ditawarkan kepada TNI Angkatan Laut adalah tiga unit BELL 412 EP angkut sedang senilai 30 juta dollar AS dan satu unit AS-565 Panther AKS sebesar Rp 200 miliar.

Ketiga, PT DI juga siap menyediakan dua unit SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk TNI Angkatan Laut senilai Rp 60 miliar (untuk penjualan tahun 2013-2014).

Keempat, PT DI juga bisa menyediakan satu paket simulator terjun payung untuk TNI Angkatan Darat senilai Rp 76 miliar.

Dengan demikian, total potensi pasar dalam negeri yang ingin digaet PT DI antara 2011-2014 adalah 905 juta dollar AS plus Rp 1,087 triliun. Itu setara Rp 9,23 triliun.

(Kompas)

Baca Juga :

PT DI Bidik Kontrak Rp 3,8 Triliun
11 September 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Dirgantara Indonesia (DI) membidik kontrak senilai Rp 3,831 triliun pada tahun 2012 atau meningkat dibandingkan nilai kontrak yang akan dikejar tahun 2011 sebesar Rp 2,61 triliun.

Badan usaha milik negara ini berharap nilai kontrak terbesar akan datang dari Direktorat Usaha Aircraft Integration, yakni Rp 3,015 triliun, yang merupakan lini bisnis utamanya.

Demikian isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011).

PT DI memiliki empat direktorat usaha, selain Aircraft Integration sebagai lini utama. Mereka juga memiliki Direktorat Usaha Aerostructure, Direktorat Usaha Aircraft Service, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan.

Pada tahun 2012, Direktorat Usaha Aerostructure diharapkan dapat menggaet kontrak senilai Rp 149 miliar, Direktorat Usaha Aircraft Service Rp 178 miliar, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan Rp 490 miliar.

Adapun pada tahun 2011 target kontrak masing-masing divisi adalah Direktorat Usaha Aircraft Integration senilai Rp 2,275 triliun, Direktorat Usaha Aerostructure Rp 137 miliar, Direktorat Usaha Aircraft Service Rp 120 miliar, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan Rp 78 miliar.

Dengan demikian, lonjakan nilai kontrak tertinggi secara persentase sebenarnya terjadi pada Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan, yakni 5,2 kali lipat.

Business Plan PT DI tersebut diketahui dari target-target kontrak yang dikejar pada tahun 2013 mencapai Rp 3,431 triliun; lalu tahun 2014 Rp 3,714 triliun; dan Rp 3,764 triliun.

Dengan kontrak-kontrak itu, PT DI berharap memperoleh penerimaan senilai Rp 1,717 triliun pada tahun 2011, Rp 2,691 triliun pada tahun 2012, Rp 3,587 triliun tahun 2013, Rp 3,378 triliun tahun 2014, dan Rp 3,894 triliun pada tahun 2015.

Namun, untuk itu semua, PT DI membutuhkan investasi senilai Rp 138,04 miliar tahun 2011, tahun 2012 Rp 750,05 miliar, tahun 2013 Rp 110,15 miliar, tahun 2014 Rp 94,01 miliar, dan tahun 2015 Rp 10,2 miliar. Dengan demikian, total investasi yang dibutuhkan hingga 2015 mencapai Rp 1,102 triliun.

Investasi tersebut dibutuhkan agar seluruh kontrak dapat direalisasikan sebagai penjualan. Adapun target penjualan yang ingin diraih adalah Rp 1,3 triliun pada 2011, Rp 2,66 triliun pada tahun 2012, Rp 3,808 triliun pada tahun 2013, Rp 3,346 triliun pada tahun 2014, dan Rp 3,849 triliun pada 2015.

Direktorat Usaha Aircraft Integration merupakan usaha inti PT DI yang merupakan bagian yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter. Adapun Direktorat Usaha Aerostructure memiliki kegiatan utama pembuatan komponen untuk mendukung bisnis Direktorat Usaha Aircraft Integration dan suku cadang pabrik lain.

Sementara Direktorat Usaha Aircraft Service memiliki kegiatan utama sebagai penyedia jasa perawatan pesawat, menyediakan komponen perbaikan, dan modifikasi pesawat, baik untuk pesawat PT DI maupun non-PT DI. Adapun Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan merekayasa dan membuat rancang bangun pesawat terbang.

(Kompas

Retrofit Tank AMX-13 Oleh Pindad, Bagian Grand Strategi Menuju Kemandirian Pembuatan Tank



10 September 2011


Tank ringan AMX-13 sebelum upgrade dan prototipe tank AMX-13 hasil retrofit (photo : Kaskus Militer & Pussenkav)
Bandung, DMC - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jum’at (9/9) melakukan kunjungan kerja ke PT. Pindad (Persero) dalam rangka melihat secara langsung kesiapan tindak lanjut dari kontrak retrofit kendaraan tempur Tank AMX-13. Dalam peninjauannya Wamenhan berharap kepada PT. Pindad untuk melihat kontrak retrofit tank ini sebagai bagian dari grand strategi menuju kemandirian industri pertahanan, khususnya kemandirian dalam pembuatan tank.
“Retrofit tank ini perlu dilihat dari suatu kerangka yang makro sebagai bagian grand strategi dalam rangka menuju kemandirian industri pertahanan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan ini adalah bagian dari pembuatan tank oleh Indonesia” ungkap Wamenhan dalam arahannya.
Turut hadir mendampingi Wamenhan dalam kunjungan tersebut Kabadan Ranahan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan Prof. Dr. Pos M Hutabarat, Direktur Teknik Industri Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Agus Suyarso. Hadir pula beberapa pejabat tinggi di jajaran TNI Angkatan Darat antara lain Waaslog Kasad, Waasrena Kasad dan Komandan Pussenkav V.
Dalam peninjauannya, Wamenhan yang juga didampingi sejumlah Tim Asistensi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) tersebut diterima oleh Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono.
Lebih lanjut Wamenhan menekankan kepada seluruh jajaran PT. Pindad mulai dari jajaran direksi sampai pada jajaran operasional teknis untuk menangkap kontrak retrofit tank ini sebagai tantangan sekaligus juga tuntutan.
Menurut Wamenhan, apabila PT. Pindad dapat menjawab tantangan dan tuntutan ini maka akan terjadi suatu trush building yang tinggi. Oleh karena itu, trush building quality dan trush building produksi hendaknya menjadi catatan utama.
Sementara itu, menanggapi penekanan dan arahan dari Wamenhan, Dirut PT. Pindad mengatakan akan berusaha menggunakan segala sumber daya yang ada untuk melaksanakan dengan sebaik – baiknya dan semaksimal mungkin proyek retrofit tank AMX-13 ini. (BDI/SR)
(DMC)

Wamenhan Tinjau Retrofit Tank AMX-13 Di Pindad



BANDUNG - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jum’at (9/9) berkunjung ke PT. Pindad (Persero) untuk melihat secara langsung kemajuan retrofit Tank AMX-13. Dalam peninjauannya Wamenhan berharap PT. Pindad melihat kontrak retrofit ini sebagai bagian darigrand strategi menuju kemandirian industri pertahanan, khususnya dalam pembuatan tank.

“Retrofit tank ini perlu dilihat dari suatu kerangka yang makro sebagai bagian grand strategi dalam rangka menuju kemandirian industri pertahanan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan ini adalah bagian dari pembuatan tank oleh indonesia” ungkap Wamenhan dalam arahannya.

Lebih lanjut Wamenhan menekankan kepada seluruh jajaran PT. Pindad mulai jajaran direksi sampai pada jajaran operasional teknis untuk mampu menjawab tantangan dan tuntutan ini maka akan terjadi suatu trust building yang tinggi. Oleh karena itu, trust building quality dan trush building prosuksi hendaknya menjadi cacatan utama.


Wamenhan saat mendengar penjelasan Dirut PT. Pindad tentang proses retrofit tank AMX-13 TNI AD

Dalam peninjauannya, Wamenhan juga didampingi sejumlah Tim Asistensi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Rombongan Wamenhan diterima oleh Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono.

Sementara itu, menanggapi penekanan dan arahan dari Wamenhan, Dirut PT. Pindad mengatakan akan berusaha menggunakan segala sumber daya yang ada untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin proyek retrofit tank AMX-13 ini.

Sumber : DMC

RI-Korsel Sepakati Pengembangan Panser Bersama



10 September 2011

Doosan K21 buatan Korea Selatan (photo : Deagel)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengembangkan panser dan tank bersama. Kesepakatan itu tertuang dalam nota kesepahaman antara PT Pindad dengan Busan Ltd terkait rencana kerjasama itu di Jakarta, Jumat (9/9).

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, PT Pindad dan Busan akan bersama-sama memproduksi panser Anoa Tarantula. "Indonesia akan membuat 11 unit panser Tarantula dan Korea Selatan 11 unit," katanya.

Dirut PT Pindad, Adik Avianto Soedarsono, mengatakan Anoa Tarantula teknologinya diserap dari Doosan DST. Panser itu akan dipersenjatai kanon 90 mm buatan Belgia. "Kontrak kerjasama pengadaan kendaraan tempur tersebut sudah dilakukan pada 2009 sebanyak 22 unit. Sebanyak 11 unit "built-up" akan segera tiba dari Doosan DST, sedangkan sisanya 11 unit dikerjakan oleh Pindad," ungkap Adik.

Tak hanya itu, PT Pindad akan mengembangkan kendaraan tempur tank ringan mulai 2014, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI Angkatan Darat. Rencana tersebut merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan panser dan tank TNI AD yang saat ini 90 persen diisi oleh produk asing.

Menurut Adik, tank ringan itu akan merujuk pada model produk mancanegara saat ini, seperti produk K-21 buatan Doosan DST Korea Selatan dan Turki (ACV300). Tank ringan ini memiliki bobot antara 15 ton-25 ton dengan dua jenis penggerak kendaraan berupa ban atau rantai. Namun ada pula tank ringan lainnya yang memiliki bobot 25 ton lebih.

ACV 300 buatan FNSS Turki (photo : Defencetalk)
Selain panser dan tank, ditandatangani pula pengembangan bersama nota kesepahaman dengan Daewoo International Corporation untuk kerjasama pengembangan kapal cepat rudal (KCR-70). Selain panser dan KCR-70 kedua negara juga telah melakukan pengadaan bersama empat unit kapal "Landing Platform Dock" (LPD), pesawat jet tempur KFX/1FX dan kapal selam.

Indonesia dan Korsel mengukuhkan kerjasama pertahanan kedua negara ditandai dengan penandatangana nota kesepahaman oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Pos, M Hutabarat, dan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel, Lee Yung Dae.

BERITA POLULER