Pages

Wednesday, September 7, 2011

Gus Choi Tolak Penambahan Pesawat Tanpa Awak Buatan Israel

jurnalparlemen.com - detikNews


Jakarta -
Anggota Komisi I DPR Effendy Choirie menolak pengadaan pesawat tanpa awak buatan Israel terkait belanja alutsista dalam RAPBN 2012. Penyebabnya, selama ini Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

"Meski pesawat tanpa awak buatan Israel canggih sekalipun, saya kira kita masih bisa membeli pesawat tanpa awak buatan negara lain. Kalau perlu malah kita tidak perlu membeli dari asing, tapi membuat sendiri dengan mengandalkan produksi dalam negeri," ujar Effendy Choirie di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (6/9).

Politisi yang akrab disapa Gus Choi itu menjelaskan, selama ini diam-diam TNI telah memiliki sekitar satu skuadron pesawat tanpa awak buatan Israel yang ditempatkan di Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagian anggota DPR, khususnya anggota Komisi I sendiri tidak mengetahui pembelian pesawat tanpa awak dari Israel, yang pengadaannya disebutkan lewat negara ketiga, atau tidak langsung dengan Israel.

"Ini juga saya tahunya belum lama jika dalam negeri telah memiliki pesawat tanpa awak buatan Israel. Makanya saya kemungkinan akan menolak jika ada permintaan penambahan pesawat sejenis jika buatan Israel," ujarnya.

Gus Choi menambahkan, pada tahun 2012 Kementerian Pertahanan mengajukan pengadaan pesawat tanpa awak sebanyak satu skuadron."Komisi I DPR pada prinsipnya tidak keberatan penambahan pesawat tanpa awak untuk kegiatan pengintaian, patroli, dan sebagainya jika hal itu dipandang efektif dan efisien. Sehingga jumlah pesawat tanpa awak itu perlu ditambah lagi," tegasnya.
(nwk/nwk)

DETIK

Tuesday, September 6, 2011

Indonesia Harus Perkuat Alutsista AL dan AU

Sri Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengku Buwono X
YOGYAKARTA, (Tubas) – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan, bila Indonesia ingin menjadi negara maritim yang besar dan disegani di kawasan Asia Tenggara, maka salah satu syaratnya harus memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Pernyataan itu dikemukakan Sri Sultan ketika menjadi pembicara utama (keynote speaker) pada sarasehan “Menuju Negara Maritim” di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, baru-baru ini.
Menurut Sri Sultan, jika Indonesia menjadi negara maritim yang kuat dan terbesar di Asia Tenggara, maka tidak akan ada negara-negara di sekitar, yang berani mengganggu kedaulatan wilayah. “Tidak akan ada negara kecil yang berani ‘bermain-main’ di negara kita ini,” ujarnya.
Ditegaskan oleh Sri Sultan, untuk menjadi negara maritim yang besar dan sejati juga diperlukan pengaturan keamanan terbaik di dunia. Pengaturan itu berada dalam payung kebijakan kelautan sebagai basis strategi pembangunan nasional. “Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yakni dengan tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia serta empat dari sembilan check point internasional, maka kita harus memiliki pengaturan keamanan maritim yang kuat bila ingin menjadi negara maritim sejati,” tambahnya.
Sri Sultan juga mengingatkan perlu segera dilakukan langkah mengubah visi NKRI yang berbasis kontinental, menjadi berbasis maritim. Perubahan visi itu akan menghadirkan kembali arus balik peradaban kejayaan kerajaan-kerajaan pesisir di masa lalu dan meraihnya kembali.
“Ketika laut menjadi incaran banyak orang, dan dunia percaya bahwa masa depan umat manusia itu berada di laut, kenapa kita justru masih tetap berpaling ke darat, dan memposisikan laut di halaman belakang,” tandas Sri Sultan.
Sumber : TUBASMEDIA

Panglima: Alutsista Laut RI Sejajar Negara Maju


Prajurit TNI AL yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C/United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) berbaris sebelum acara pelepasan keberangkatan KRI Sultan Iskandar Muda-367 di Dermaga Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/9). Indonesia mengirimkan KRI Sultan Iskandar Muda 367 yang diperkuat oleh 100 prajurit TNI AL berangkat menuju Lebanon untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)

6 September 2011, Jakarta (Jurnas.com): Indonesia merupakan negara Asia yang pertama kali dan satu-satunya yang mengirimkan kapal perang dalam misi perdamaian dunia di Lebanon. Hal ini dapat menjadi bukti kemampuan militer Indonesia yang patut diperhitungkan. “Memiliki makna strategis sebagai negara yang dapat disejajarkan profesionalisme kekuatan militernya dengan negara-negara anggota satgas Maritime Task Force (MTF) UNIFIL lainnya yang hampir seluruhnya adalah negara-negara maju dengan kekuatan militer profesional,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono saat melepas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Iskandar Muda-367 di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok Jakarta Utara, Selasa (6/9).

Karena itu, Panglima meminta pada para prajurit untuk melaksanakan tugas ini secara optimal sesuai tugas pokok yang diemban. “Melakukan tugas maritime interdiction operation (MIO) di perairan Lebanon sesuai sektor yang diberikan yaitu di sektor 1. Tugasnya mencegah penyelundupan senjata dan barang-barang lainnya itu tugas utama,” kata Panglima. Disamping itu, kata Panglima, para prajurit juga harus melaksanakan pelatihan kepada Angkatan Laut Lebanon sehingga mereka bisa mampu melakukan penanganan pengamanan di wilayah teritorial mereka.

Pengiriman Satgas MTF melalui KRI Sultan Iskandar Muda-367 ini merupakan Satgas Maritim ketiga oleh TNI ke Lebanon. Sebelumnya diberangkatkan KRI Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365.

Persyaratan minimal kapal perang yang akan bergabung dalam MTF UNIFIL di antaranya harus mampu mengoperasikan heli, melaksanakan SAR, RAS (pengisian BBM di laut), memiliki fasilitas kesehatan kelas I, dan memiliki combat management system secara realtime.

Selain itu, kapal juga harus mampu melaksanakan self protection, mampu mengidentifikasi kawan/lawan, dilengkapi berbagai persenjataan serta mampu memberikan bantuan kepada Angkatan Laut Lebanon. Semua syarat itu telah dimiliki oleh KRI Sultan Iskandar Muda-367.

Sumber: Jurnal Nasional

Alutsista TNI AL


6 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Sebuah perahu karet melintas tak jauh dari jajaran kapal perang RI (KRI) di dermaga Komando Armada Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Selasa (6/9). TNI AL terus melakukan pengawasan sejumlah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain, dengan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) laut yang ada. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/ama/11)
Sumber : antara

Indonesian, Australian Pilots Joint Exercise In Bali



F-16 TNI AU. (Foto: Lanud Iswahjudi)
Kuta (Antara Bali) - Twenty-five pilots from the Indonesian Air Forces (TNI-AU) and the Royal Australian Air Force (RAAF) will conduct a four-day joint exercise in Bali, commander of Bali's Ngurah Rai air base Lt Col Sumarto said.

"They are  13 TNI-AU and 12 RAAF pilots," he said here on Monday before the exercise begins on Tuesday.

He said for the exercise the TNI-AU had deployed six F-16s and the  RAAF eight F-18s.

The pilots from the two countries would conduct the exercise for four days in the fly zones south and west of the air base.

They would fly at an altitude of up to 50,000 feet in the exercise, he said.(**)

sumber : Antara News

3 Kapal Perang India Tiba di Tanjung Priok


 
/
Jurnas.com | TIGA Kapal Perang India (Indian Navy Ships) INS TIR (A86), INS Krishna (F46) dan ICGS Veera merapat di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/9). Ketiga kapal tersebut disambut upacara militer oleh Prajurit Lantamal III yang dipimpin Kadissyahal, Letkol Laut (P) Doms. Misalayuk.

Staf Bagian Penerangan Lantamal III, Kapten Laut (KH) Eko Prasetio, dalam siaran persnya yang diterima Jurnal Nasional, Selasa (6/9) mengatakan, ketiga Kapal perang tersebut, yang diKomandani oleh Colonel Ajay Sirohi (INS TIR-A86), Colonel Navendu Saxena (INS Krishna-F46), dan Letkol UK Varghese (ICGS Veera) akan melakukan kegiatan selama 3 hari. Selain mengunjungi Dubes India, kunjungan kehormatan akan dilakukan ke Markas Komando (Mako) Armada Barat (Armabar), Mako Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III, Bakorkamla, dan Walikota Jakarta Utara.

Selain mengadakan kunjungan kehormatan, Kapal perang India juga akan mengadakan kegiatan open ships serta mengadakan latihan passex (Passing Exercise) dengan kapal perang TNI AL.

sumber : JURNAS

Monday, September 5, 2011

Menhan Korsel akan Kunjungi Indonesia


Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwang Jin. (Foto: the star)

6 September 2011, Jakarta (MI.com): Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin membenarkan kabar yang menyatakan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwang Jin akan berkunjung ke Indonesia.

"Rencananya sih, hari kamis (8/9)," ungkapnya, Senin (5/9). Hartind menjelaskan kunjungan Menhan Korea Selatan tersebut akan membahas kerja sama pertahanan dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. "Salah satunya adalah alutsista," tambahnya.

Hartind menambahkan alutsista yang dimaksud salah satunya adalah pesawat tempur yang merupakan joint product antara Indonesia dan Korea Selatan.

"Pesawat tersebut adalah generasi 4,5 yang sekelas dengan F-18," terangnya. Hartind menjelaskan saat ini Indonesia telah mengirimkan tim yang berjumlah 37 orang yang terdiri atas PT DI, TNI-AU, dan Kemenhan untuk menindaklanjuti kerja sama alutsista tersebut dengan pihak Korea Selatan.

"Dalam 18 bulan ke depan 5 pesawat akan selesai," pungkasnya.

Sumber: Media Indonesia

BERITA POLULER