Pages

Tuesday, September 6, 2011

Indonesian, Australian Pilots Joint Exercise In Bali



F-16 TNI AU. (Foto: Lanud Iswahjudi)
Kuta (Antara Bali) - Twenty-five pilots from the Indonesian Air Forces (TNI-AU) and the Royal Australian Air Force (RAAF) will conduct a four-day joint exercise in Bali, commander of Bali's Ngurah Rai air base Lt Col Sumarto said.

"They are  13 TNI-AU and 12 RAAF pilots," he said here on Monday before the exercise begins on Tuesday.

He said for the exercise the TNI-AU had deployed six F-16s and the  RAAF eight F-18s.

The pilots from the two countries would conduct the exercise for four days in the fly zones south and west of the air base.

They would fly at an altitude of up to 50,000 feet in the exercise, he said.(**)

sumber : Antara News

3 Kapal Perang India Tiba di Tanjung Priok


 
/
Jurnas.com | TIGA Kapal Perang India (Indian Navy Ships) INS TIR (A86), INS Krishna (F46) dan ICGS Veera merapat di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/9). Ketiga kapal tersebut disambut upacara militer oleh Prajurit Lantamal III yang dipimpin Kadissyahal, Letkol Laut (P) Doms. Misalayuk.

Staf Bagian Penerangan Lantamal III, Kapten Laut (KH) Eko Prasetio, dalam siaran persnya yang diterima Jurnal Nasional, Selasa (6/9) mengatakan, ketiga Kapal perang tersebut, yang diKomandani oleh Colonel Ajay Sirohi (INS TIR-A86), Colonel Navendu Saxena (INS Krishna-F46), dan Letkol UK Varghese (ICGS Veera) akan melakukan kegiatan selama 3 hari. Selain mengunjungi Dubes India, kunjungan kehormatan akan dilakukan ke Markas Komando (Mako) Armada Barat (Armabar), Mako Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III, Bakorkamla, dan Walikota Jakarta Utara.

Selain mengadakan kunjungan kehormatan, Kapal perang India juga akan mengadakan kegiatan open ships serta mengadakan latihan passex (Passing Exercise) dengan kapal perang TNI AL.

sumber : JURNAS

Monday, September 5, 2011

Menhan Korsel akan Kunjungi Indonesia


Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwang Jin. (Foto: the star)

6 September 2011, Jakarta (MI.com): Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin membenarkan kabar yang menyatakan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwang Jin akan berkunjung ke Indonesia.

"Rencananya sih, hari kamis (8/9)," ungkapnya, Senin (5/9). Hartind menjelaskan kunjungan Menhan Korea Selatan tersebut akan membahas kerja sama pertahanan dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. "Salah satunya adalah alutsista," tambahnya.

Hartind menambahkan alutsista yang dimaksud salah satunya adalah pesawat tempur yang merupakan joint product antara Indonesia dan Korea Selatan.

"Pesawat tersebut adalah generasi 4,5 yang sekelas dengan F-18," terangnya. Hartind menjelaskan saat ini Indonesia telah mengirimkan tim yang berjumlah 37 orang yang terdiri atas PT DI, TNI-AU, dan Kemenhan untuk menindaklanjuti kerja sama alutsista tersebut dengan pihak Korea Selatan.

"Dalam 18 bulan ke depan 5 pesawat akan selesai," pungkasnya.

Sumber: Media Indonesia

TNI AL Latma Kapal Selam dengan Tiga Negara


KRI Cakra salah satu dari dua kapal selam TNI AL. (Foto: Dispenal)

5 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, pihaknya tengah merintis latihan bersama kapal selam dalam latihan bersama dengan tiga negara yakni Amerika Serikat, Singapura dan Korea Selatan.

"Kami sedang merintis, bahkan dengan AS kita harapkan sudah bisa dimulai pada 2012," katanya menjawab ANTARA di Jakarta, Senin.

Kasal mengemukakan, tahapan kerja sama latihan kapal selam diawali dengan pertukaran awak kapal selam TNI Angkatan Laut dengan awak kapal angkatan laut tiga negara itu.

"Selanjutnya awak kapal selam TNI Angkatan Laut akan diperkenalkan dengan kapal selam dari angkatan laut tiga negara itu, begitu pun sebaliknya," ujar Soeparno.

Tahapan selanjutnya, tambah dia, latihan bersama kapal selam antara TNI Angkatan Laut dengan angkatan laut AS, Singapura dan Korsel dalam bingkai latihan bersama bilateral yang rutin dilakukan TNI Angkatan Laut dengan angkatan laut tiga negara itu.

"Latihan bersama kapal selam itu, tidak melulu kapal selam dengan kapal selam. Bisa saja kapal selam dengan kapal atas permukaan sesuai skenario latihan yang telah disepakati. Jadi banyak ragam dan pola latihan yang akan dilakukan disesuaikan dengan pola ancaman keamanan maritim nasional, regional maupun internasional," tutur Soeparno.

Tentang ancaman terhadap kedaulatan RI utamanya wilayah perairan dengan kehadiran kapal selam tiga negara itu dalam rangka latihan bersama, Kasal mengatakan,"semua hal tentu sudah diperhitungkan sangat matang,".

Soeparno menambahkan,"banyak kapal selam negara tertentu yang melintas di sekitar wilayah perairan Indonesia selama ini. Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di persimpangan dua samudra besar. Jadi semua kemungkinan sudah dipertimbangan dengan matang,".

Terkait kesiapan kapal selam TNI Angkatan Laut beserta awaknya, Kasal menyatakan sangat siap.

Sumber: ANTARA News

Pesawat Bertambah, TNI AU Bakal Tambah Pangkalan


16 unit pesawat tempur latih ringan T50 Golden Eagle bersama 16 EMB-314 Super Tucano, 30 F-16 Fighting Falcon dan enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker akan memperkuat TNI AU. (Foto: KAI)

3 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara bakal menambah jumlah pangkalan udara dan skuadron. Penambahan itu dilakukan bersamaan dengan rencana pembelian pesawat baru. Direktur Jenderal Rencana Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsekal Muda Bonggas S. Silaen mengatakan penambahan skuadron udara tersebut di wilayah-wilayah terluar Indonesia.

Beberapa lokasi yang akan dikembangkan menjadi skuadron baru misalnya di Biak, Merauke, dan Timika untuk Papua; Manado untuk Sulawesi; serta Morotai untuk wilayah Maluku. "Bandara atau pangkalannya sudah ada. Konsepnya pun sudah ada. Tinggal menunggu pesawat," ujar Bonggas.

Pemerintah berencana menambah pesawat untuk TNI Angkatan Udara secara bertahap beberapa tahun mendatang. Tahun ini enam unit Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker didatangkan dari Rusia. Tahun depan 16 unit pesawat serang ringan buatan Brasil, EMB-314 Super Tucano, akan tiba menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang sudah harus dipensiunkan. Pemerintah juga sudah meneken kerja sama pembelian 16 unit pesawat tempur latih ringan T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

TNI Angkatan Udara saat ini memiliki 41 pangkalan. Namun tidak semua pangkalan ini dipenuhi dengan skuadron tempur. Beberapa pangkalan tidak memiliki pesawat tempur. Soalnya pangkalan untuk pesawat tempur minimal harus memiliki runway (landasan) sepanjang 3.000 meter, lengkap dengan perangkat pendukung.

Silaen mengatakan meski tahun depan anggaran pertahanan mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan kebutuhan pengadaan peralatan tetap masih kurang. Komponen peningkatan anggaran rata-rata seimbang antara belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Namun peningkatan paling besar tercatat untuk belanja modal.

Dari Wates, Jawa Tengah, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaatmengatakan akan mempercepat pengadaan berbagai perangkat pertahanan dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Hal ini, menurut Imam, sekaligus harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Jadi, saat masa jabatan Presiden berakhir, TNI AU sudah kuat," ujar Imam, dua hari yang lalu.

Sumber: TEMPO Interaktif

Brunei Akan Beli 15 Panser Anoa Buatan Pindad


Prajurit AD Brunei selesao mengujicoba panser Anoa di Brunei. (Foto: Kemhan)

2 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Brunei Darussalam akan membeli panser buatan PT Pindad. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) akan dilakukan tahun ini juga.

Kepala Pusat Penerangan Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin mengatakan Brunei tertarik membeli panser Anoa 6 x 6 buatan PT Pindad dan sudah melakukan uji coba terhadap kemampuan panser itu.

"Pembelian pertama satu kompi sebanyak 15 unit," katanya kepada Tempo, pekan lalu.

Hartind mengatakan ini merupakan rencana pertama dari pembelian sebanyak satu batalion atau total 35 unit panser.

Brunei sudah menguji coba ketahanan kendaraan jenis angkutan personel sedang (Armoured Personnel Carrier/APC) itu. Brunei tertarik karena penser bermesin Renault ini sudah mendapat pengakuan standardisasi dari PBB. Anoa juga digunakan TNI dalam misi perdamaian di Libanon.

"Sudah lama Brunei tertarik, tapi Sultan (Brunei) ingin uji jalan dulu. Ingin yang lebih susah. Kemarin dicoba jalan 100 kilometer untuk melihat panas nggak mesinnya," kata Hartind.

Selain panser, Brunei juga berencana membeli senapan serbu atau SS2. Senjata ini juga buatan PT Pindad.

Sumber: TEMPO Interaktif

Sunday, September 4, 2011

Sebelum masa jabatan SBY berakhir, TNI-AU percepat pengadaan arsenal




Sukhoi Su-27 Flanker Skuadron Udara 11 dari Pangkalan Udara Utama TNI-AU Hasanuddin, Makassar, berpatroli udara. Paling tidak diperlukan 10 skuadron pesawat tempur TNI-AU didukung dua kapal induk dan armada pendukung TNI-AL agar wilayah udara dan laut Indonesia terjamin dari gangguan kekuatan negara lain. Masa depan Indonesia amat tergantung dari pengamanan wilayah udara dan laut negara. (www.alutsista.blogspot.com)
... SBY berharap sebelum beliau masa jabatannya berakhir ada percepatan pengadaan arsenal ini. Sehingga saat masa jabatan beliau berakhir, TNI dalam hal ini TNI-AU sudah kuat....
Kulon Progo, Jawa Tengah (ANTARA News) - TNI-AU mempercepat pengadaan berbagai arsenal dan sistem pendukungnya yang diprogramkan untuk kurun 2010-2014 pada jangka waktu lima tahun ke depan.

Jadi pesan tegas kepada negara-negara yang mau main-main dengan kita: jangan coba teruskan niat itu kalau tidak mau berhadapan dengan militer dan seluruh rakyat Indonesia.

Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, di Wates, Kamis, mengatakan, "Presiden SBY berharap sebelum beliau masa jabatannya berakhir ada percepatan pengadaan arsenal ini. Sehingga saat masa jabatan beliau berakhir, TNI dalam hal ini TNI-AU sudah kuat."

Dengan begitu, penguatan arsenal matra udara TNI bersesanti Swabhuwana Pakca atau Sayap Tanah Air itu sesuai harapan Yudhoyono. Pada dasawarsa '60-an, AURI menjadi kekuatan udara terkuat di belahan selatan dunia. Saat itu, pemerintahan Bung Karno mengerahkan 29 persen APBN Indonesia untuk belanja militer.

Untuk ukuran saat ini, jumlah, jenis, dan tipe arsenal yang akan dibeli dengan berbagai skema pengadaan itu sungguh beragam. Mulai dari EMB-314 Super Tucano dari Brazil, jet latih lanjut-serang ringan T-50 Eagle dari Korea Utara, enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker yang juga dilengkapi sistem kesenjataan dan avionikanya.

Rusia memang unik dalam menjual persenjataannya. Mereka jarang menempuh cara satu paket utuh; mereka menjual senjata dari satu fase ke fase berikutnya. Jadi kalau membeli Su-27 Flanker, mereka terlebih dahulu menjual pesawat terbang secara standar dan pelatihan pilotnya.

Untuk kelengkapan avionika dan sistem pendukung lain agar bisa memaksimalkan kemampuan dan persenjataan, itu hal lain yang perlu dirundingkan lebih lanjut. Produknya memang sangat andal, tapi berurusan dengan mereka cukup "ribet".

Masih ada bonus dari sikap Indonesia yang dinilai baik di mata Amerika Serikat. Itu adalah "kebaikan hati" pemerintah dan Kongres Amerika Serikat untuk menghibahkan 30 F-16 blok 32 Fighting Falcon.

Sudah cukupkah? Ternyata masih ada lagi, yaitu tidak tertutup kemungkinan ke-30 F-16 bekas pakai National Guard Air Force Reserve itu ditingkatkan lagi ke blok 52 sehingga setara dengan F-16 yang dimiliki sekutu-sekutu Amerika Serikat, di antaranya Singapura, Saudi Arabia, dan Belanda.

Tentang yang terakhir ini, Sufaat berkata, "Selain itu, Konggres Amerika pada 15 Agustus baru saja menyetujui bantuan pengadaan pesawat F-16 sebanyak 30 unit. Bagi kami, 24 untuk operasional pengaman dan enam lainnya sebagai cadangan. Kerjasama ini perjanjian pemerintah dengan pemerintah."

Langkah lebih ambisius juga telah digariskan Markas Besar TNI-AU di Cilangkap, Jakarta Timur. Itu berupa kerjasama dengan Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) membuat pesawat yang lebih canggih dibandingkan dengan pesawat F-16.

"Kerjasama dengan Korea tersebut, diharapkan hingga pada 2020, Indonesia kembali memiliki tambahan 50 unit pesawat yang memiliki kecanggihan di atas F-16," katanya. Dalam "peta silsilah" penerbangan tempur, F-16 yang sekelas dengan Mirage 2000, sedikit di bawah Eurofighter Typhoon dan Mikoyan-Gurevich MiG-29, berada pada jajaran generasi keempat pesawat tempur.

Kalau uang menjadi pembatas, maka hubungan baik bisa menjadi obat mujarab. Sufaat menyatakan, TNI-AU juga sedang menunggu pengadaan pesawat C-130 Hercules dari Angkatan Udara Australia, yang juga sangat berfungsi vital sebagai pesawat untuk penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lain.

"Kami masih menunggu dari Australia seperti pengadaan pesawat Hercules untuk pengananan bencana. Sehingga jika terjadi bencana, dapat digunakan untuk membantu menangani seperti penyaluran bahan makanan atau untuk menyelamatkan korban bencana," katanya.

Menurut dia, banyak pesawat yang sudah ada perlu segara diganti karena usianya rata-rata mencapai 30 tahun baik buatan Rusia seperti Sukhoi dan pesawat F-16 dari Amerika.

"Satu skuadron perlu segara diganti,  kalau tidak diganti biaya perawatannya sangat tinggi. Selain itu, ada beberapa suku cadangan pesawat sudah tidak dibuat lagi karena pabrik yang membuat pesawat sudah tidak beroperasi," katanya.

Walau demikian, kata dia, meski beberapa pesawat sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal, TNI-AU akan memaksimalkan operasionalisasi pesawat tempur untuk mengamankan wilayah kedaulatan Indonesia dari ancaman negara-negara lain.

Paling tidak, ada Malaysia, negara dalam ASEAN yang menunjukkan indikasi pemilikan terhadap Blok Ambalat. Walau perundingan petinggi militer Indonesia dan Malaysia --selalu mengklaim diri the Truly Asia-- menyatakan tidak akan ada aksi militer, mereka tidak malu-malu lagi meluncurkan unit-unit "patroli militer" di perairan itu.

Kalau kekuatan militer Indonesia sudah lebih kuat, ditunjang elan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, bisa diramalkan Malaysia dan negara-negara lain mengurungkan niat mengutik-utik keutuhan wilayah kedaulatan Indonesia. (*)
  

sumber : Antara

BERITA POLULER