Pages

Monday, September 5, 2011

TNI AL Latma Kapal Selam dengan Tiga Negara


KRI Cakra salah satu dari dua kapal selam TNI AL. (Foto: Dispenal)

5 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, pihaknya tengah merintis latihan bersama kapal selam dalam latihan bersama dengan tiga negara yakni Amerika Serikat, Singapura dan Korea Selatan.

"Kami sedang merintis, bahkan dengan AS kita harapkan sudah bisa dimulai pada 2012," katanya menjawab ANTARA di Jakarta, Senin.

Kasal mengemukakan, tahapan kerja sama latihan kapal selam diawali dengan pertukaran awak kapal selam TNI Angkatan Laut dengan awak kapal angkatan laut tiga negara itu.

"Selanjutnya awak kapal selam TNI Angkatan Laut akan diperkenalkan dengan kapal selam dari angkatan laut tiga negara itu, begitu pun sebaliknya," ujar Soeparno.

Tahapan selanjutnya, tambah dia, latihan bersama kapal selam antara TNI Angkatan Laut dengan angkatan laut AS, Singapura dan Korsel dalam bingkai latihan bersama bilateral yang rutin dilakukan TNI Angkatan Laut dengan angkatan laut tiga negara itu.

"Latihan bersama kapal selam itu, tidak melulu kapal selam dengan kapal selam. Bisa saja kapal selam dengan kapal atas permukaan sesuai skenario latihan yang telah disepakati. Jadi banyak ragam dan pola latihan yang akan dilakukan disesuaikan dengan pola ancaman keamanan maritim nasional, regional maupun internasional," tutur Soeparno.

Tentang ancaman terhadap kedaulatan RI utamanya wilayah perairan dengan kehadiran kapal selam tiga negara itu dalam rangka latihan bersama, Kasal mengatakan,"semua hal tentu sudah diperhitungkan sangat matang,".

Soeparno menambahkan,"banyak kapal selam negara tertentu yang melintas di sekitar wilayah perairan Indonesia selama ini. Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di persimpangan dua samudra besar. Jadi semua kemungkinan sudah dipertimbangan dengan matang,".

Terkait kesiapan kapal selam TNI Angkatan Laut beserta awaknya, Kasal menyatakan sangat siap.

Sumber: ANTARA News

Pesawat Bertambah, TNI AU Bakal Tambah Pangkalan


16 unit pesawat tempur latih ringan T50 Golden Eagle bersama 16 EMB-314 Super Tucano, 30 F-16 Fighting Falcon dan enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker akan memperkuat TNI AU. (Foto: KAI)

3 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara bakal menambah jumlah pangkalan udara dan skuadron. Penambahan itu dilakukan bersamaan dengan rencana pembelian pesawat baru. Direktur Jenderal Rencana Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsekal Muda Bonggas S. Silaen mengatakan penambahan skuadron udara tersebut di wilayah-wilayah terluar Indonesia.

Beberapa lokasi yang akan dikembangkan menjadi skuadron baru misalnya di Biak, Merauke, dan Timika untuk Papua; Manado untuk Sulawesi; serta Morotai untuk wilayah Maluku. "Bandara atau pangkalannya sudah ada. Konsepnya pun sudah ada. Tinggal menunggu pesawat," ujar Bonggas.

Pemerintah berencana menambah pesawat untuk TNI Angkatan Udara secara bertahap beberapa tahun mendatang. Tahun ini enam unit Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker didatangkan dari Rusia. Tahun depan 16 unit pesawat serang ringan buatan Brasil, EMB-314 Super Tucano, akan tiba menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang sudah harus dipensiunkan. Pemerintah juga sudah meneken kerja sama pembelian 16 unit pesawat tempur latih ringan T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

TNI Angkatan Udara saat ini memiliki 41 pangkalan. Namun tidak semua pangkalan ini dipenuhi dengan skuadron tempur. Beberapa pangkalan tidak memiliki pesawat tempur. Soalnya pangkalan untuk pesawat tempur minimal harus memiliki runway (landasan) sepanjang 3.000 meter, lengkap dengan perangkat pendukung.

Silaen mengatakan meski tahun depan anggaran pertahanan mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan kebutuhan pengadaan peralatan tetap masih kurang. Komponen peningkatan anggaran rata-rata seimbang antara belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Namun peningkatan paling besar tercatat untuk belanja modal.

Dari Wates, Jawa Tengah, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaatmengatakan akan mempercepat pengadaan berbagai perangkat pertahanan dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Hal ini, menurut Imam, sekaligus harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Jadi, saat masa jabatan Presiden berakhir, TNI AU sudah kuat," ujar Imam, dua hari yang lalu.

Sumber: TEMPO Interaktif

Brunei Akan Beli 15 Panser Anoa Buatan Pindad


Prajurit AD Brunei selesao mengujicoba panser Anoa di Brunei. (Foto: Kemhan)

2 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Brunei Darussalam akan membeli panser buatan PT Pindad. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) akan dilakukan tahun ini juga.

Kepala Pusat Penerangan Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin mengatakan Brunei tertarik membeli panser Anoa 6 x 6 buatan PT Pindad dan sudah melakukan uji coba terhadap kemampuan panser itu.

"Pembelian pertama satu kompi sebanyak 15 unit," katanya kepada Tempo, pekan lalu.

Hartind mengatakan ini merupakan rencana pertama dari pembelian sebanyak satu batalion atau total 35 unit panser.

Brunei sudah menguji coba ketahanan kendaraan jenis angkutan personel sedang (Armoured Personnel Carrier/APC) itu. Brunei tertarik karena penser bermesin Renault ini sudah mendapat pengakuan standardisasi dari PBB. Anoa juga digunakan TNI dalam misi perdamaian di Libanon.

"Sudah lama Brunei tertarik, tapi Sultan (Brunei) ingin uji jalan dulu. Ingin yang lebih susah. Kemarin dicoba jalan 100 kilometer untuk melihat panas nggak mesinnya," kata Hartind.

Selain panser, Brunei juga berencana membeli senapan serbu atau SS2. Senjata ini juga buatan PT Pindad.

Sumber: TEMPO Interaktif

Sunday, September 4, 2011

Sebelum masa jabatan SBY berakhir, TNI-AU percepat pengadaan arsenal




Sukhoi Su-27 Flanker Skuadron Udara 11 dari Pangkalan Udara Utama TNI-AU Hasanuddin, Makassar, berpatroli udara. Paling tidak diperlukan 10 skuadron pesawat tempur TNI-AU didukung dua kapal induk dan armada pendukung TNI-AL agar wilayah udara dan laut Indonesia terjamin dari gangguan kekuatan negara lain. Masa depan Indonesia amat tergantung dari pengamanan wilayah udara dan laut negara. (www.alutsista.blogspot.com)
... SBY berharap sebelum beliau masa jabatannya berakhir ada percepatan pengadaan arsenal ini. Sehingga saat masa jabatan beliau berakhir, TNI dalam hal ini TNI-AU sudah kuat....
Kulon Progo, Jawa Tengah (ANTARA News) - TNI-AU mempercepat pengadaan berbagai arsenal dan sistem pendukungnya yang diprogramkan untuk kurun 2010-2014 pada jangka waktu lima tahun ke depan.

Jadi pesan tegas kepada negara-negara yang mau main-main dengan kita: jangan coba teruskan niat itu kalau tidak mau berhadapan dengan militer dan seluruh rakyat Indonesia.

Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, di Wates, Kamis, mengatakan, "Presiden SBY berharap sebelum beliau masa jabatannya berakhir ada percepatan pengadaan arsenal ini. Sehingga saat masa jabatan beliau berakhir, TNI dalam hal ini TNI-AU sudah kuat."

Dengan begitu, penguatan arsenal matra udara TNI bersesanti Swabhuwana Pakca atau Sayap Tanah Air itu sesuai harapan Yudhoyono. Pada dasawarsa '60-an, AURI menjadi kekuatan udara terkuat di belahan selatan dunia. Saat itu, pemerintahan Bung Karno mengerahkan 29 persen APBN Indonesia untuk belanja militer.

Untuk ukuran saat ini, jumlah, jenis, dan tipe arsenal yang akan dibeli dengan berbagai skema pengadaan itu sungguh beragam. Mulai dari EMB-314 Super Tucano dari Brazil, jet latih lanjut-serang ringan T-50 Eagle dari Korea Utara, enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker yang juga dilengkapi sistem kesenjataan dan avionikanya.

Rusia memang unik dalam menjual persenjataannya. Mereka jarang menempuh cara satu paket utuh; mereka menjual senjata dari satu fase ke fase berikutnya. Jadi kalau membeli Su-27 Flanker, mereka terlebih dahulu menjual pesawat terbang secara standar dan pelatihan pilotnya.

Untuk kelengkapan avionika dan sistem pendukung lain agar bisa memaksimalkan kemampuan dan persenjataan, itu hal lain yang perlu dirundingkan lebih lanjut. Produknya memang sangat andal, tapi berurusan dengan mereka cukup "ribet".

Masih ada bonus dari sikap Indonesia yang dinilai baik di mata Amerika Serikat. Itu adalah "kebaikan hati" pemerintah dan Kongres Amerika Serikat untuk menghibahkan 30 F-16 blok 32 Fighting Falcon.

Sudah cukupkah? Ternyata masih ada lagi, yaitu tidak tertutup kemungkinan ke-30 F-16 bekas pakai National Guard Air Force Reserve itu ditingkatkan lagi ke blok 52 sehingga setara dengan F-16 yang dimiliki sekutu-sekutu Amerika Serikat, di antaranya Singapura, Saudi Arabia, dan Belanda.

Tentang yang terakhir ini, Sufaat berkata, "Selain itu, Konggres Amerika pada 15 Agustus baru saja menyetujui bantuan pengadaan pesawat F-16 sebanyak 30 unit. Bagi kami, 24 untuk operasional pengaman dan enam lainnya sebagai cadangan. Kerjasama ini perjanjian pemerintah dengan pemerintah."

Langkah lebih ambisius juga telah digariskan Markas Besar TNI-AU di Cilangkap, Jakarta Timur. Itu berupa kerjasama dengan Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) membuat pesawat yang lebih canggih dibandingkan dengan pesawat F-16.

"Kerjasama dengan Korea tersebut, diharapkan hingga pada 2020, Indonesia kembali memiliki tambahan 50 unit pesawat yang memiliki kecanggihan di atas F-16," katanya. Dalam "peta silsilah" penerbangan tempur, F-16 yang sekelas dengan Mirage 2000, sedikit di bawah Eurofighter Typhoon dan Mikoyan-Gurevich MiG-29, berada pada jajaran generasi keempat pesawat tempur.

Kalau uang menjadi pembatas, maka hubungan baik bisa menjadi obat mujarab. Sufaat menyatakan, TNI-AU juga sedang menunggu pengadaan pesawat C-130 Hercules dari Angkatan Udara Australia, yang juga sangat berfungsi vital sebagai pesawat untuk penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lain.

"Kami masih menunggu dari Australia seperti pengadaan pesawat Hercules untuk pengananan bencana. Sehingga jika terjadi bencana, dapat digunakan untuk membantu menangani seperti penyaluran bahan makanan atau untuk menyelamatkan korban bencana," katanya.

Menurut dia, banyak pesawat yang sudah ada perlu segara diganti karena usianya rata-rata mencapai 30 tahun baik buatan Rusia seperti Sukhoi dan pesawat F-16 dari Amerika.

"Satu skuadron perlu segara diganti,  kalau tidak diganti biaya perawatannya sangat tinggi. Selain itu, ada beberapa suku cadangan pesawat sudah tidak dibuat lagi karena pabrik yang membuat pesawat sudah tidak beroperasi," katanya.

Walau demikian, kata dia, meski beberapa pesawat sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal, TNI-AU akan memaksimalkan operasionalisasi pesawat tempur untuk mengamankan wilayah kedaulatan Indonesia dari ancaman negara-negara lain.

Paling tidak, ada Malaysia, negara dalam ASEAN yang menunjukkan indikasi pemilikan terhadap Blok Ambalat. Walau perundingan petinggi militer Indonesia dan Malaysia --selalu mengklaim diri the Truly Asia-- menyatakan tidak akan ada aksi militer, mereka tidak malu-malu lagi meluncurkan unit-unit "patroli militer" di perairan itu.

Kalau kekuatan militer Indonesia sudah lebih kuat, ditunjang elan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, bisa diramalkan Malaysia dan negara-negara lain mengurungkan niat mengutik-utik keutuhan wilayah kedaulatan Indonesia. (*)
  

sumber : Antara

Friday, August 26, 2011

SU - 35 BM

Sukhoi Su-35 (kode NATO: Flanker-E) adalah pesawat tempur multiperan, kelas berat, berjelajah panjang, dan bertempat duduk tunggal asal Rusia. Pesawat ini dikembangkan dari Su-27, dan awalnya diberi nama Su-27M.[6] Pesawat ini dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon. Karena kesamaan fitur dan komponen yang dikandungnya, Su-35 dianggap sebagai sepupu dekat Sukhoi Su-30MKI, sebuah varian Su-30 yang diproduksi untuk India.[7]
Pesawat ini sendiri merupakan seri flanker terakhir dan merupakan pengisi kekosongan generasi antara generasi 4 dan generasi 5, bisa dimasukkan dalam generasi 4++.[8]
Su-35 perdana kemudian dikembangkan lagi menjadi Su-35BM, yang memasuki deretan produksi sebagai Su-35S.[9] Angkatan Udara Rusia saat ini mengoperasikan 12 pesawat tempur Su-35 sejak tahun 2008.[2]

Su-35
Russian Air Force Sukhoi Su-35 Belyakov.jpg
Sebuah Su-35S milik Angkatan Udara Rusia memeragakan demonstrasi pada Pameran Dirgantara MAKS 2009.
 Tipe Pesawat tempur multi-peran
 Produsen Sukhoi
 Perancang Mikhail Simonov
 Terbang perdana Su-27M/35: Mei 1988
Su-35S: 19 Februari 2008
 Status Sedang diproduksi
 Pengguna Angkatan Udara Rusia
Angkatan Udara Venezuela
 Jumlah produksi Su-27M/35: 15[1]
Su-35"BM" (sejak 2005): 3[2]
 Harga satuan Ditaksir sebesar US$45 juta[3] sampai $65 juta[4][5]
 Acuan dasar Sukhoi Su-27
 Varian Sukhoi Su-37

Su-27M/Su-35

Sukhoi Su-35 adalah versi perbaikan dari Sukhoi Su-27, dan pada mulanya didesain sebagai Su-27M. Pengembangan Su-27M bermula pada awal dasawarsa 1980-an.[10] Sebuah purwarupa Su-27M (T-10S-70) pertama diluncurkan pada tahun 1988. Perubahan dari Su-27 di antaranya kanard, mesin yang dinaikkan kualitasnya, radar baru, dan sistem kendali fly by wire digital.[11] Perubahan lainnya di antaranya kokpit kaca, probe pengisian bahan bakar di udara, gir moncong roda-kembar, radar yang lebih canggih, dua penyangga tambahan di bawah sayap, kapasitas bahan bakar yang lebih besar, dan sirip ekor yang lebih lebar dengan ujung serat karbon horizontal.[12]
Sebuah pesawat aerobatik Su-35 milik Rusia, dikerumuni oleh Pasukan Pangkalan Udara Rusia.
Purwarupa pertama dipamerkan pada tahun 1992 di Pameran Dirgantara Farnborough.[13] Sukhoi mengubah desainnya untuk pesawat tempur dari Su-27M hingga Su-35 pada tahun 1993.[10] Sepuluh purwarupa Su-35 dibuat, empat di antaranya adalah ubahan Su-27 enam lainnya adalah sama sekali baru.[14] Tiga produksi Su-27M selesai dilakukan pada tahun 1996 dan diserahkan kepada Angkatan Udara Rusia (VVS) pada tahun itu juga untuk diujicoba.[15] Lima Su-35 digunakan oleh Tim Aerobatik Rusia. Secara keseluruhan 15 pesawat Su-35 (Su-27M) yang laik terbang telah diproduksi, termasuk di antaranya sebuah purwarupa Su-35UB dengan dua tempat duduk.[1] Dua dari Su-35 dimodifikasi menjadi Su-37 pada pertengahan akhir dasawarsa 1990-an.[16] Su-35 dijuluki dengan sebutan "Super Flanker".[1]
Pendaratan Su-35UB
Meskipun purwarupa asli Su-27M/Su-35 tidak pernah memasuki deretan produksi, ada banyak perbaikan yang diajukan yang disertakan ke dalam varian ekspor Su-27, misalnya Sukhoi Su-30MKI. Tetapi, Angkatan Udara Rusia tidak menerima varian yang lebih maju dan tetap menggunakan armada Su-27 yang diterima pada masa Soviet dulu, dengan sedikit tambahan Su-30.

Modernisasi

Pada pertengahan dasawarsa 2000-an, Sukhoi menghidupkan kembali konsep Su-35 dan mulai memodernisasinya dengan teknologi terbaru,[17][18][19] dengan peninjauan untuk mengganti barisan pesawat tempur Su-27 yang relatif tua di dalam Angkatan Udara Rusia. Su-35 yang dimodernisasi akan menjadi desain antara hingga Sukhoi PAK FA generasi kelima dapat digunakan.[17] Su-35 yang dimodernisasi disebut "Su-35BM" (Bolshaya Modernizatsiya - Modernisasi Besar) oleh beberapa sumber,[9][20] tetapi Sukhoi menyebut pesawat ini hanya sebagai "Su-35".[17] Su-35 yang dimodernisasi ini dianggap sebagai generasi 4++ oleh Sukhoi.[17]
Su-35BM pada MAKS-2009
Su-35 yang dimodernisasi telah dipertunjukkan pada pameran dirgantara MAKS-2007 pada bulan Agustus 2007. Fitur-fitur baru pesawat ini di antaranya badan pesawat yang diperkuat menggunakan bahan-bahan komposit, penanda radar yang diperkecil dari depan,[17] dan sebuah radar PESA yang diperbarui. Pesawat ini diperlengkapi oleh banyak perbaruan pada sistem kelistrikan dan avioniknya, termasuk fly-by-wire digital dan sebuah radar untuk mendeteksi sinyal dari belakang untuk menembakkan peluru kendali SARH. Su-35 yang baru tidak lagi memasang kanard dan rem udara; untuk menjaga kemampuan manuver supaya tetap sama atau lebih besar daripada pesawat-pesawat yang diperlengkapi kanard, Su-35 menggunakan mesin 117S yang baru dengan pipa-pipa vektor pendorong yang selalu berputar.[21][22]
Versi Su-35 baru terbang perdana pada 19 Februari 2008.[17] Pada 18 Agustus 2009, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan sebuah kontrak untuk pengadaan 48 pesawat tempur Su-35S (Serial) bersama-sama dengan 16 pesawat tempur Su-27/30 untuk dikirimkan pada tahun 2015.[23][24]
Pada September 2010 Sberbank bersetuju untuk menyediakan pendanaan program Su-35.[25] Pada 14 Oktober 2010, perusahaan Sukhoi mengumumkan bahwa produksi pertama Su-35S telah merampungkan perakitan umum dan bahwa pesawat-pesawat pertama akan dikirimkan kepada Kementerian Pertahanan Rusia pada akhir tahun itu.[


Karakteristik umum

  • Kru: 1
  • Panjang: 21,9 m
  • Lebar sayap: 15,3 m
  • Tinggi: 5,90 m
  • Luas sayap: 62,0 m²
  • Berat kosong: 18.400 kg[48]
  • Berat terisi: 25.300 kg
  • Berat maksimum lepas landas: 34.500 kg
  • Mesin: 2× Saturn 117S dengan turbofan TVC
    • Dorongan kering: 8.800 kgf[49] (86,3 kN) masing-masing
    • Dorongan dengan afterburner: 14.500 kgf masing-masing

[Kinerja

  • Kecepatan maksimum: Mach 2,25[43] (2.390 km/h,[46]) pada ketinggian
  • Jarak jangkau: 3.600 km ; (1.580 km di atas daratan)
  • Jarak jangkau feri: 4.500 km dengan tangki bahan bakar tambahan
  • Batas tertinggi terbang: 18.000 m
  • Laju panjat: >280 m/s
  • Beban sayap: 408 kg/m²
  • Dorongan/berat: 1,1

Persenjataan

  • 1 × 30 mm kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 putaran
  • 2 × rel ujung sayap untuk peluru kendali udara ke udara R-73 (AA-11 "Archer") atau poda ECM
  • 12 × stasiun rangka dan sayap untuk sampai 8.000 kg artileri, termasuk peluru kendali udara ke udara, peluru kendali udara ke darat, roket, dan bom seperti:
  • Vympel R-27: R-27R, R-27ER, R-27T, R-27ET, R-27EP, R-27AE
  • Vympel R-77: R-77, dan R-77M1, R-77T yang diajukan
  • Vympel R-73: R-73E, R-73M, R-74M
  • Kh-31: Kh-31A, Kh-31P (Peluru kendali anti-radiasi)
  • Kh-35: Kh-59
  • Kh-29: Kh-29T, Kh-29L
  • Bom terpandu laser KAB-500
  • Bom terpandu laser KAB-1500
  • Bom terpandu laser LGB-250
  • 250 kg bom tak-terpandu FAB-250
  • 500 kg bom tak-terpandu FAB-500
  • Roket terpandu laser S-25, roket tak-terpandu S-250
  • Poda roket tak-terpandu S-8
  • Poda roket tak-terpandu S-13

Avionik

  • Irbis-E PESA

Varian

Su-27M/Su-35 
Pesawat tempur dengan satu tempat duduk.
Su-35UB 
Pesawat tempur dan pesawat latih dengan dua tempat duduk.[41] Berfiturkan penstabil vertikal yang lebih tinggi dan sebuah fuselage tambahan yang sama dengan Sukhoi Su-30.
Su-35BM 
Pesawat tempur bertempat duduk tunggal dengan avionik yang diperbarui dan aneka modifikasi badan pesawat. Su-35BM adalah nama tak-resmi.[23][24]
Su-35S 
Su-35BM versi domestik Rusia.[23][24]
Su-35K 
Su-35BM versi ekspor.
 

Operator

 Rusia
  • Angkatan Udara Rusia memesan 48 pesawat tempur Su-35S.[23]
 Venezuela
  • Angkatan Udara Venezuela memesan 24 pesawat tempur Su-35. 
 

 sumber : WIKIPEDIA


Enam Mil Mi-17 perkuat TNI-AD


Jumat, 26 Agustus 2011 11:51 WIB | 1053 Views
MI-17 TNI AD (ANTARANEWS/Ardika)
... juga bisa digunakan sebagai helikopter serbu dan angkut pasukan pada jumlah tertentu misalnya dalam rangka pengamanan perbatasan...
Tangerang (ANTARA News) - Apron Skuadron Udara 21 Pusat Penerbangan TNI-AD di Pondok Cabe menjadi saksi peristiwa penting bagi militer Indonesia. Enam unit helikopter Mi-17 V5 Hip buatan Rusia resmi memperkuat sayap udara matra darat TNI.

Penyerahan secara resmi keenam unit helikopter angkut multi peran itu disaksikan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kepala Staf TNI-AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov.

Pemilihan Mil Mi-17 Hip buatan Kazan, Rusia, melalui perusahaan negara Rusia, Rosoboronexport, itu dilandasi hakekat berbagai operasi yang dilakoni militer Indonesia. Itu adalah operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Di Rusia, Mi-17 juga dikenal dengan nama Mi-8 dan diberi nama panggilan Hip oleh NATO.

Geografi Indonesia terdiri atas sekitar 17 ribu pulau, kata Yusgiantoro, sangat memerlukan dukungan moda transportasi; termasuk transportasi militer untuk menjangkau daerah-daerah yang tersebar itu, terutama daerah yang tidak bisa didarati pesawat besar maupun sedang.

"Beragam ancaman non tradisional kini makin tersebar pula. Mulai dari terorisme sampai separatisme yang memerlukan penanganan berupa pengerahan pasukan ke wilayah sasaran dengan cepat," katanya.

Dengan potensi bencana alam yang tidak kurang serius, katanya, eksistensi helikopter berdaya angkut 35 tentara infantri bersenjata lengkap itu juga bisa dialihkan ke dalam misi kemanusiaan, mulai dari pemetaan area bencana hingga evakuasi bahan bantuan hingga manusia dan peralatan yang diperlukan.

Dari sisi kemampuan angkut personel, "kelas" Mi-17 yang juga dikembangkan menjadi Mi-19 untuk komando penyerbuan pasukan, bisa disandingkan dengan Sikorsky CH-53D Sea Stallion. Namun harganya sangat jauh berbeda, dengan perkiraan harga pasaran Mi-17 pada 2010 ada pada kisaran 11 juta dolar Amerika Serikat per unit.

Tercatat Mi-17 ini telah beberapa kali mendarat dan lepas landas dari Bandar Udara Haliwen, Atambua, di NTT. Bandar udara perintis ini hanya belasan kilometer dari garis perbatasan Indonesia dengan Timor Leste (dalam bahasa Indonesia, Timor Timur).

"Jadi, dengan adanya helikopter ini sangat bermanfaat sekali," kata Yusgiantoro.

Dari sisi militer, Suhartono menyatakan, helikopter kelas menengah berat itu bisa digunakan pula untuk pengamanan perbatasan, baik untuk pemantauan, maupun pengerahan pasukan dan logistiknya.

"Helikopter ini juga bisa digunakan sebagai helikopter serbu dan angkut pasukan pada jumlah tertentu misalnya dalam rangka pengamanan perbatasan," katanya.

TNI-AD sendiri memiliki visi yang telah diamini pemeirntah, bahwa kekuatan yang diperlukan Pusat Penerbangan TNI-AD untuk Mi-17 itu adalah 18 unit. "Kami mentargetkan 18 unit Mi-17 yang bermarkas di Skuadron 31 Heli Serbu sehingga satu batalyon pasukan dapat diangkut dalam waktu bersamaan," tuturnya.

Dasar perhitungannya adalah, helikopter legendaris buatan Amerika Serikat, Bell (Bell-205 dan Bell-402) yang dimiliki TNI-AD kurang mumpuni untuk kepentingan penggelaran pasukan infantri ke garis depan palagan. Seluruh Bell itu, diketahui hanya mampu mengangkut maksimal 1/3 kekuatan satu batalion infantri.

"Jadi helikopter ini sangat efektif apalagi TNI Angkatan Darat lebih banyak gelaran kekuatan di daerah perbatasan, daratan dan pegunungan," ujar Pramono.

Ivanov yang produk peralatan perang negaranya sejak beberapa tahun lalu dibeli Indonesia jelas sangat senang dengan penyerahterimaan Mi-17 itu. Mekanisme pembelian seluruh Mil, baik Mi-17 ataupun Mi-35P di tubuh Pusat Penerbangan TNI-AD memakai pinjaman negara Rusia kepada Indonesia.

"Besarannya 56 juta dolar AS dengan persyaratan yang sangat ringan dan menguntungkan Indonesia mengingat Indonesia merupakan mitra yang baik," katanya.  (R018)


Sumber : ANTARA

Thursday, August 25, 2011

Jual Kapal Selam, Menhan Korsel ke Indonesia


Selain kapal selam, Indonesia tertarik membeli pesawat jet latih buatan Korea Selatan

Jum'at, 26 Agustus 2011, 08:26 WIB
Renne R.A Kawilarang

Ilustrasi Kapal Selam (wordpress.com)

VIVAnews - Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-jin, akan berkunjung ke Indonesia awal September mendatang. Kim di Jakarta akan membicarakan rencana penjualan kapal selam buatan Korsel ke Indonesia, dengan nilai kontrak US$1 miliar.

Pengumuman kunjungan Kim itu disampaikan pejabat Korsel kepada kantor berita Yonhap, 26 Agustus. Lawatan Kim selama tiga hari itu akan dimulai pada 7 September mendatang.

Dia akan bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Mengamankan kontrak penjualan kapal selam bermesin disel ke Indonesia merupakan salah satu misi utama Kim ke negeri ini. Korsel tertarik atas upaya Indonesia untuk memodernisasi kekuatan maritim.

Menurut sumber anonim di kalangan militer Korsel, pengadaan kapal selam untuk Indonesia itu akan melibatkan perusahaan Korea. "Dalam kunjungan itu, ada kemungkinan bahwa Daewoo Shipbuilding and Marine akan dipilih untuk menjadi calon penawar bagi program pengadaan kapal selam Indonesia," ujar sumber itu kepada Yonhap.

Dalam kunjungan ke Indonesia, Kim akan didampingi oleh para eksekutif dari sembilan kontraktor pertahanan Korea, termasuk Daewoo Shipbuilding and Marine. Selain kapal selam, Indonesia juga tertarik membeli produk lain buatan Korsel.

Pada April lalu, Indonesia memilih Korsel sebagai calon mitra proyek pengadaan pesawat jet latih. Kedua pemerintah masih bernegosiasi untuk menentukan harga. Bila sepakat, Korsel juga akan mengekspor pesawat jet latih T-50 Golden Eagle untuk kali pertama ke luar negeri.  (eh)

VIVA NEWS

BERITA POLULER