Pages

Sunday, June 12, 2011

Persetujuan Parlemen AS Diharapkan Selesai Bulan Agustus


11 Juni 2011

Stok F-16 Amerika di Aerospace Maintenance And Regeneration Center/ AMARC yang terletak di Davis Monthan AFB in Tucson, Arizona (photo : Ken Aviation)

KSAU: Hibah F-16 Tunggu Parlemen AS

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan hibah dua skuadron pesawat F-16 Fighting Falcon dari Amerika Serikat masih menunggu persetujuan parlemen negara tersebut.

Kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu, ia menambahkan, "Semoga pada Agustus mendatang, seluruh proses sudah selesai termasuk persetujuan dari parlemen AS, sehingga pada tahun ini sudah dapat tandatangan kontrak,".

Kasau melanjutkan,"jika tahun ini sudah dapat ditandatangani kontraknya, maka tahun depan delapan unit pesawat tersebut diharapkan sudah masuk memperkuat TNI Angkatan Udara".

Imam menuturkan pihaknya sudah melakukan pemaparan baik kepada Mabes TNI, Kementerian Pertahanan dan DPR tentang rencana hibah dua skuadron pesawat F-16 tersebut.

"Bahkan kami juga sudah menyampaikan secara rinci mengapa TNI Angkatan Udara lebih memilih menerima hibah tersebut dibandingkan dengan membeli pesawat serupa berjenis terbaru namun dengan harga lebih mahal. Kita paparkan segala kekurangan dan kelebihannya," ungkapnya.

Suasana di AMARC pada lokasi penyimpanan F-16, foto ini diambil pada tahun 2010, jika dihitung pesawat F-16 disitu berjumlah 239 unit (photo : Rob van Ringelesteijn)
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multiperan yang dikembangkan General Dynamics, yang kemudian diakuisisi oleh Lockheed Martin, AS. Meski pada awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, belakangan telah berevolusi menjadi pesawat multiperan yang tangguh dan amat populer.

Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 A/B blok 15-OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, anggota Komisi I (Hankam dan Luar Negeri) DPR, Fayakhun Andriadi, mengatakan, Indonesia kini hanya memiliki 10 F-16 model A/B atau F-16 generasi pertama. Indonesia hendak mengembangkannya menjadi satu skuadron penuh dengan berencana membeli enam unit F-16 terbaru model C/D.

Namun, munculnya tawaran dari AS untuk menghibahkan F-16 kepada Indonesia. AS kini memiliki 24 F-16 yang masih baik dan masih dapat di-retrofit menjadi F-16 C/D terbaru karena AS telah meningkatkan kelas pesawatnya ke F/A-18.

Sebelum dihibahkan, AS membantu melakukan retrofit 24 unit pesawat F-16 itu dan "upgrade" 10 unit F-16 A/B milik Indonesia menjadi F-16 generasi terbaru.

Jika tawaran AS itu diterima, jumlah pesawat F-16 Indonesia kelak setelah "retrofit" dan "upgrade" akan menjadi 32 unit atau dua skuadron. (*)

Thursday, June 9, 2011

Najib: Peluang Pembelian Sukhoi Masih Terbuka

Muhammad Najib (JPI/Andri N)
Senayan - Anggota Komisi I DPR Muhammad Najib mengatakan, masih terbuka opsi pengadaan pesawat tempur Sukhoi dari Rusia untuk penambahan alutsista bagi TNI AU, meski dikabarkan saat ini Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah mencapai kesepakan untuk pembelian 16 pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan. Sebab, sepengetahun Komisi I DPR, kontrak pengadaan pesawat T-50 dari Korsel itu baru tahap awal, belum final.

"Komisi I DPR sejauh ini belum pernah diajak pembahasan pengadaan satu skuadron pesawat T-50 dari Korsel sehingga keputusan pengadaan pesawat tersebut belum belum final karena DPR belum menyetujuinya," ujar Najib kepada Jurnalparlemen.com, Kamis (2/6).

Bahkan, kata Najib, masih terbuka juga peluang atas tawaran 24 unit hibah pesawat F-16 bekas dari Amerika Serikat (AS). Mengingat sampai saat ini semua opsi pengadaan pesawat tempur untuk mendukung kekuatan alutsista TNI AU semuanya belum disepakati DPR dan Pemerintah.

Menurut Najib, memang sebagian besar anggota Komisi I DPR menyarankan agar Kemhan kembali membeli pesawat Sukhoi dari Rusia untuk melengkapi jumlah pesawat tersebut yang dimiliki TNI AU menjadi satu skuadron. Terlebih kerja sama pembelian pesawat tempur dengan Rusia selama ini relatif mudah. Ini berbeda dengan negara lain yang menyertakan sejumlah persyaratan ketat dan cenderung membebani Indonesia.

"Rusia selama ini telah menyediakan anggaran kredit ekpor bagi Indonesia dalam pengadaan alutsista dari Rusia sebesar satu miliar dolar AS. Kredit ekspor dari Rusia itu selama ini baru terpakai 30 persennya sehingga Indonesia masih banyak memiliki kesempatan untuk membeli berbagai alutsita dari Negeri Beruang Merah itu dengan memanfaatkan kredit ekspornya, termasuk dalam pembelian pesawat tempur Sukhoi," tegasnya.

Mantan Sekretaris F-PAN DPR RI ini menjelaskan, selama ini kecenderungannya Komisi I DPR juga mendorong Kemhan untuk membeli pesawat tempur yang dalam kondisi baru, serta dari negera yang tidak memiliki catatan buruk pada Indonesia, khususnya soal embargo persenjataan.

Dikabarkan, Korea Selatan akan segera  merealisasikan pesanan 16 jet tempur T-50 Golden Eagle pada 2013. Itu menyusul penandatanganan kontrak pengadaan pesawat senilai 400 juta dolar AS dengan Pemerintah Indonesia pada pekan lalu
http://jurnalparlemen.com/news/2011/06/najib-peluang-pembelian-sukhoi-masih-terbuka

Kopaska Akan Memodernisasi Persenjataannya


JAKARTA - Komando Pasukan Katak (Kopaska) bagian dari pasukan khusus TNI AL, terus memodernisasi persenjataannya sesuai tantangan dan ancaman yang dihadapi.

"Modernisasi dilakukan baik untuk persenjataan perorangan dan satuan," kata Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Pertama TNI Herry Setianegara di Jakarta, Rabu (8/6).

Menjawab ANTARA usai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Satuan Kopaska Koarmabar ia mengatakan modernisasi disertai alih teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk penguasaan teknologi serta penggunaannya.

Herry mencontohkan, Satuan Kopaska Koarmabar segera mendatangkan beberapa unit kendaraaan tempur bawah air untuk mendukung tugas pokoknya sebagai pasukan khusus matra laut.

"Tantangan dan ancaman pertahananan keamanan dari waktu ke waktu makin beragam dan kompleks, sesuai perkembangan lingkungan strategis," ujarnya, menambahkan.

Karena itu, sebagai bagian dari pasukan khusus TNI Angkatan Laut Kopaska harus terus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada baik dari segi kualitas SDM hingga persenjataan serta perlengkapan sarana prasarana yang dimiliki.

"Jangan sampai, kalian ketinggalan zaman di segala lini, termasuk dari segi strategi, teknik, dan taktik operasional. Intinya, tingkatkan pembinaan kekuatan dan kemampuan tempur," ujar Herry.

Serah terima jabatan komandan satuan Kopaska Koarmabar dilakukan dari Kolonel Laut (T) Andy Kriswanto kepada Letnan Kolonel Laut (P) R.Eko Suyatno.

Sumber : ANTARA

TNI AL & ROK Navy Sepakat Latihan SAR Kapal Selam




JAKARTA - TNI AL dan Angkatan Laut Korea Selatan sepakat menjajaki latihan bersama SAR kapal selam untuk meningkatkan profesionalisme dan ketrampilan prajurit matra laut kedua negara.

Juru bicara TNI AL Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Kamis (9/6), mengatakan kerja sama dan latihan bersama kedua angkatan laut selama ini telah berjalan baik.

"Semua bentuk kerjasama dan latihan bersama, dibahas rutin dalam forum navy to navy talk angkatan laut kedua negara, salah satu yang disepakati untuk dijajaki adalah latihan bersama SAR kapal selam," ungkapnya.

Dialog antar-angkatan laut kedua negara dilakukan dua hari sejak Rabu, dihadiri Asisten Operasi Angkatan Laut Korsel Laksamana Muda Kim Kyung-sik.

Sebelumnya, Kyung Sik melakukan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.

Kunjungan tersebut bertujuan memperkuat hubungan kerjasama militer kedua negara di bidang latihan, operasi, dan pendidikan dapat terus ditingkatkan pada masa mendatang.

Sumber : ANTARA

Wednesday, June 8, 2011

Pesawat N 219 Kebanjiran Peminat


08 Juni 2011

Pesawat N-219 yang akan diproduksi PT. DI (photo : BPPT)

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pesawat terbang komuter N-219 banyak diminati sejumlah pemerintah daerah. Padahal pesawat jenis ini baru memasuki tahap pembuatan prototipe. "Mereka tertarik membeli untuk transportasi penghubung antarkabupaten kota," kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi di Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011.

Sedikitnya ada 40 pemerintah daerah tingkat kabupaten dan kota yang berminat membeli N-219. Minat para calon pembeli terungkap dari hasil muhibah bisnis Kementerian Perindustrian di sejumlah daerah. "Mereka bisa membeli pesawat itu sendiri atau dengan menggandeng maskapai lokal untuk penerbangan terjadwal ataupun carter," kata Budi.

Sekitar 300 insinyur diterjunkan untuk mengembangkan N-219. Pesawat ini memakai dua mesin, yang masing-masing berkekuatan 8.50 HP. Komponen lokal mencapai 70 persen. Sisanya berupa mesin dan sistem avionik dipasok dari impor. Saat ini PT Dirgantara Indonesia berhasil membuat 3 jenis pesawat: NC-212, CN-235, dan N-250.

Pesawat yang dirancang PT Dirgantara Indonesia itu memiliki kapasitas 19 kursi. Pengadaan N-219 sudah mendesak karena pesawat di kelas itu banyak yang berusia 20 tahun sehingga perlu segera diganti. Nantinya pesawat perintis berusia uzur dapat diganti dengan N-219. Pengembangan N-219 menjadi bagian dari program restrukturisasi PT Dirgantara.

Menurut Budi, Kementerian Perindustrian masih mempersiapkan detail teknis dan desain prototipenya. Pembuatan prototipe pesawat membutuhkan dana sekitar Rp 300 miliar. Tahun ini Kementerian Perindustrian sudah mengajukan anggaran untuk 2012 bagi pengembangan N-219 sebesar Rp 59 miliar. Ditargetkan prototipe pesawat N-219 mampu terbang pada 2014.

Pengamat penerbangan Ruth Hana Simatupang mengatakan tipe N-219 sangat cocok untuk daerah dengan lapangan udara terbatas. Daerah semacam ini membutuhkan transportasi udara sebagai penghubung wilayah, terutama di Indonesia bagian timur. Menurut Hanna, Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri. "Tapi hasilnya tetap perlu dikaji kelayakannya," katanya.

Dengan memproduksi sendiri, kata Hanna, biaya pengadaan pesawat tersebut bakal jauh lebih murah ketimbang membelinya dari negara lain. "Jelas lebih murah membikin sendiri daripada membeli. Apalagi kita memang sudah mampu memproduksinya," katanya.

(Tempo Interaktif)

ANZAC Class Frigate Successful in Anti-Ship Missile Defence with Phase Array Radar Test


08 Juni 2011

The Evolved Sea Sparrow Missile launches from the Vertical Launch System on board HMAS PERTH. HMAS PERTH is the first RAN ship to utilise the Australian designed and developed Phase Array Radar to detect, track and engage the remotely piloted air target (all photos : Australian DoD)
Step forward for Navy’s Anti-Ship Missile Defence

A major milestone in the delivery of an upgraded Anti-Ship Missile Defence for the Royal Australian Navy’s Anzac Class frigates has been achieved with the completion of a successful trial of the system.


Minister for Defence Materiel Jason Clare said the project involved a comprehensive upgrade of the HMAS Perth’s anti-ship missile defence systems including a new phased array radar.


“This technology was developed and designed here in Australia by CEA Technologies,” Mr Clare said.


“It’s cutting edge technology which will improve the ability of our frigates to detect and track targets.”
“It also means the Ship is now capable of engaging multiple targets at the same time.”


Test firing was conducted at sea last month and involved the successful firing of an Evolved Sea Sparrow Missile using the phased array radar system.

The Ship leaves today for the Pacific Missile Range Facility in Hawaii to conduct operational testing.


HMAS Perth is the lead Ship in this project. Defence will now prepare a business case for Government to upgrade the other seven ANZAC Class frigates.

(Australian DoD)

Pembelian Pesawat Kepresidenan RI Telah di Setujui



Cutaway Boeing business jet 2

JAKARTA - Tak lama lagi Indonesia akan mempunyai pesawat kepresidenan sendiri. Pemerintah telah menemukan kata sepakat dalam penentuan harga pesawat Boeing Business Jet 2 dengan pabrikan Boeing dari AS. Pesawat Boeing Business Jet 2 ini akan dibeli pemerintah dengan harga USD 58 juta.

"Kami berhasil menegosiasi USD 58 juta dari USD 62 juta," kata Mensesneg Sudi Silalahi dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (8/6). DPR sebelumnya sudah menyetujui pengadaan pesawat kepresidenan.

Saat ini, Sudi sudah membuat surat kepada Menteri Keuangan untuk pengadaan green aircraft. "Sudah ditandatangai persetujuannya 27 Desember 2010 yang lalu," kata Sudi.

Dengan telah disepakatinya harga, maka pesawat ini akan mulai dirakit tahun 2012 dan diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2013. "Kini tim teknis sedang mempersiapkan desain interiornya," ucapnya.

Sumber : DETIKNEWS.COM

BERITA POLULER