Pages

Monday, June 6, 2011

TNI di Kongo Dapat Medali PBB

Pasukan Satuan Tugas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-H/MONUSCO meneriakkan yel-yel seusai upacara pemberangkatan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Konga XX-H di Kongo, mendapat Medali PBB atas keberhasilannya menjalankan misi perdamaian PBB di Kongo (Monusco) selama enam bulan.

Penyematan medali penghargaan PBB itu dilakukan Komandan Monuso Letjen Chender Prakhas di Bumi Cenderawasih Camp Dungu, Kongo, Senin (6/6), demikian perwira penerangan Konga XX-H/Monusco Lettu Inf Imam Mahmud melalui surat elektroniknya yang diterima ANTARA Jakarta, Selasa.

Medali PBB diberikan kepada Komandan Satgas Letkol Czi Widiyanto.

Letjen Prakhas mengatakan selama penugasan di Kongo, Kontingen Indonesia telah menunjukkan prestasi luar biasa.

Dicontohkannya, pembangunan jalan Dungu-Faradje sejauh 147 KM. "Kontingen Indonesia bukan hanya membangun jalan dan jembatan antara Dungu-Faradje, tetapi juga telah membangun jembatan hati antara orang Kongo dengan tentara PBB khususnya Monusco," tutur Prakhas.

Ia menambahkan, Indonesian Engineering Company (IEC) juga dinilai telah berbuat ramah terhadap penduduk lokal dan komunitas lokal.

Prakhas menyatakan Medali PBB adalah bukti nyata kontribusi IEC selama enam bulan di Kongo, sekaligus kontribusi TNI dalam menciptakan perdamaian di wilayah Kongo.

Pada kesempatan itu kepada Kontingen negara lain, Letjen Prakhas menekankan agar dapat mengambil pelajaran dan contoh dari Kontingen Zeni Indonesia dalam kerja kerasnya kepada UN dan Monusco.

Sejak 1956 Indonesia telah mengirimkan militernya untuk bergabung dalam misi perdamaian PBB di Mesir, yang dikenal dengan nama Kontingen Garuda.

Prakhas menilai, militer Indonesia mempunyai upaya tinggi sebagai pasukan penjaga perdamaian di seluruh dunia.

Saat ini terdapat 1.795 personel TNI yang tergabung dalam berbagai misi PBB.
(*)


ANTARA

Indonesia Persiapkan Para Ahli Dalam Alih Teknologi Pembuatan Kapal Selam


JAKARTA - Meski pemerintah menargetkan industri pertahanan sudah terbangun pada 2024, Indonesia diharapkan sudah bisa memproduksi kapal selam sendiri pada 2020. Untuk itu, seiring dengan jenis kapal selam yang akan dipilih nantinya, Indonesia akan siap memulai alih teknologi pembuatan kapal selam.

“Tahun ini akan kita siapkan insinyur-insinyur kita untuk proses alih teknologinya,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Susilo, kepada Tempo, Senin (6/6).

Tahap awal proses alih teknologi dilakukan dengan mengirimkan sumber daya manusia dari Indonesia untuk terlibat dalam perakitan kapal selam yang dipesan oleh pemerintah ke negara produsen kapal itu. Tahap berikutnya dari alih teknologi adalah perakitan dan produksi sebagian komponen kapal selam di Indonesia.

Susilo mengatakan tahun ini Indonesia berencana memesan dua kapal selam. Pada pemesanan berikutnya diharapkan perakitan salah satu unit yang dipesan bisa dilakukan di tanah air walaupun komponen dan alat-alat utamanya masih diimpor. "Misalnya kita beli tiga, yang dua diproduksi di sana (negara produsen), satu lagi kita rakit di sini," ujarnya.

Susilo mengatakan saat ini potensi pengembangan kapal selam di Indonesia memang belum ada. Industri kapal di dalam negeri belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam maupun sumber daya manusia berupa tenaga ahli. Persoalan lain yang dihadapi untuk mengembangkan industri ini adalah investasi yang diperlukan sangat besar.




Indonesia, kata dia, juga belum memiliki galangan kapal dan kelengkapannya dengan kapasitas yang cukup besar untuk membangun kapal selam. Meskipun ada galangan yang cukup besar, diperlukan perbaikan dan penambahan fasilitas. "Biaya untuk membangun galangan kapal ini lebih besar dari biaya untuk pembelian satu unit kapal selam," kata Susilo.

Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmy Karim mengatakan komite bersama Kementerian Pertahanan akan mendorong beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan industri pertahanan nasional. Salah satunya yang akan diusulkan adalah pembebasan bea masuk sparepart untuk industri pertahanan.

Ini dilakukan untuk memicu produksi alat pertahanan oleh perusahaan-perusahaan di dalam negeri. "Sekarang kami sedang menginventarisir komponen apa saja yang perlu diberi pembebasan bea masuk," katanya. Kementerian akan meminta agar peraturan pembebasan dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan khusus komponen pertahanan.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM

Pembekalan Tim Enginering KF-X/IF-X



6 Juni 2011, Bandung (DMC): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, M.A., memberikan pembekalan kepada Tim Engineering KF-X/IF-X, Kamis (2/6) di Lembang, Bandung. Tim tersebut berjumlah 34 Engineers yang berasal dari Kemhan, TNI AU, ITB dan PT. DI.

Tim tersebut direncanakan akan diberangkatkan ke Korea Selatan pada bulan Juli mendatang dalam rangka pelaksanaan tahap Technology Development Phase bagian dari program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X. Pesawat tempur tersebut merupakan pesawat tempur baru generasi 4.5 (F16++) yang akan dikembangkan bersama oleh Republik Indonesia dan Republik Korea Selatan.

Tim Engineering Republik Indonesia yang ditugaskan di Korea Selatan harus benar-benar profesional, tangguh, penuh motifasi, inisiatif serta berdedikasi tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan pembekalan disamping agar setiap anggota Tim memiliki pemahaman yang sama mengenai apa yang menjadi tugas dari Tim selama di Korea Selatan.

Pembekalan dilaksanakan dengan tujuan meliputi memberikan satu arahan yang jelas mengenai pentingnya program KF-X/IF-X untuk menjaga kedaulatan NKRI, sosialisasi dan rencana kerja program pengembangan pesawat temur KF-X/IF-X, mempersatukan visi dan misi bagi setiap anggota Tim, memberikan motifasi yang kuat untuk bisa bekerjasama dalam satu Tim yang solid, agar seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan.

Pembekalan diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Kemhan) dan berlangsung selama lima hari dimulai tanggal 29 Mei sampai dengan 3 Juni 2011.

Sementara itu, Sekjen Kemhan dalam pembekalannya memberikan paparan dengan tema “ Pentingnya Program KF-X/IF-X Bagi Pertahanan Negara Republik Indonesia Di Masa Mendatang”. Selain mendapatkan pembekalan dari Sekjen Kemhan, selama pembekalan Tim juga mendapatkan materi pembekalan dari beberapa nara sumber.

Sumber: DMC

Indonesia Ambisi Produksi Kapal Selam 2020


ROKS Lee Eokgi (SS 071) kapal selam kelas Chang Bogo milik AL Korsel. Seoul menawarkan ToT untuk pembangunan kapal selam jenis ini pada Indonesia, jika Jakarta memilih Chang Bogo untuk TNI AL. (Foto: USN/Mass Communication Specialist 2nd Class N. Brett Morton)

6 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Meski pemerintah menargetkan industri pertahanan sudah terbangun pada 2024, Indonesia diharapkan sudah bisa memproduksi kapal selam sendiri pada 2020. Untuk itu, mulai tahun ini Indonesia akan mulai melakukan alih teknologi untuk pembuatan kapal tersebut.

“Tahun ini kita akan kirim insinyur-insinyur untuk memulai proses alih teknologi,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Susilo, kepada Tempo, Senin, 6 Juni 2011.

Tahap awal proses alih teknologi dilakukan dengan mengirimkan sumber daya manusia dari Indonesia untuk terlibat dalam perakitan kapal selam yang dipesan oleh pemerintah ke negara produsen kapal itu. Tahap berikutnya dari alih teknologi adalah perakitan dan produksi sebagian komponen kapal selam di Indonesia.

Susilo mengatakan tahun ini Indonesia berencana memesan dua kapal selam. Pada pemesanan berikutnya diharapkan perakitan salah satu unit yang dipesan bisa dilakukan di tanah air walaupun komponen dan alat-alat utamanya masih diimpor. "Misalnya kita beli tiga, yang dua diproduksi di sana (negara produsen), satu lagi kita rakit di sini," ujarnya.

Susilo mengatakan saat ini potensi pengembangan kapal selam di Indonesia memang belum ada. Industri kapal di dalam negeri belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam maupun sumber daya manusia berupa tenaga ahli. Persoalan lain yang dihadapi untuk mengembangkan industri ini adalah investasi yang diperlukan sangat besar.

Indonesia, kata dia, juga belum memiliki galangan kapal dan kelengkapannya dengan kapasitas yang cukup besar untuk membangun kapal selam. Meskipun ada galangan yang cukup besar, diperlukan perbaikan dan penambahan fasilitas. "Biaya untuk membangun galangan kapal ini lebih besar dari biaya untuk pembelian satu unit kapal selam," kata Susilo.

Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmy Karim mengatakan komite bersama Kementerian Pertahanan akan mendorong beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan industri pertahanan nasional. Salah satunya yang akan diusulkan adalah pembebasan bea masuk sparepart untuk industri pertahanan.

Ini dilakukan untuk memicu produksi alat pertahanan oleh perusahaan-perusahaan di dalam negeri. "Sekarang kami sedang menginventarisir komponen apa saja yang perlu diberi pembebasan bea masuk," katanya. Kementerian akan meminta agar peraturan pembebasan dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan khusus komponen pertahanan.

Sumber: TEMPO Interaktif

Militer China Puji Kehebatan Kopassus


Kopassus latihan bersama anti-teror pasukan khusus Australia SAS di bandara Internasional Ngurah Rai Bali, 28 September 2010. (Foto: AP)

6 Juni 2011, Bandung (ANTARA News): Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA) memuji kehebatan Komando Pasukan Angkatan Darat atau Kopassus yang terbukti berhasil melakukan setiap misinya dengan baik.

"Termasuk misi yang dilakukan saat pembebasan kapal di Somalia," kata Kepala Staf Komando Militer Jinan China Letjen Zhao Zongqi di Bandung, Senin.

Ia mengatakan, Kopassus merupakan salah satu pasukan elit terbaik di dunia baik dalam keberhasilan dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Berbicara saat pembukaan Latihan Bersama Kopassus dengan PLA, Zongqi mengatakan, kehebatan Kopassus telah terbukti di beberapa operasi yang dijalankan termasuk dalam operasi di perairan Somalia.

"Tidak itu saja, Kopassus juga terbukti mampu menjalankan misi-misi perdamaian PBB tergabung dalam kontingen TNI," katanya, menambahkan.

Terkait itu, tambah Zongqi, dalam latihan bersama yang baru kali pertama diadakan, kedua pihak dapat saling mengisi dan memperkaya potensi, keunggulan yang dimiliki militer kedua pihak, khususnya pasukan khusus kedua negara.

"Bagaimana pun dengan latihan bersama itu, terutama dalam penanggulangan terorisme, segala macam ancaman dapat diantisipasi dan diatasi dengan lebih baik," katanya.

Latihan bersandikan "Sharp Knife 2011" dipusatkan di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar berlangsung 6 hingga 19 Juni 201.

Materi yang dilatihkan menembak tepat, tembak reaksi 1 sampai 4, serbuan rumah ban, teknik pertempuran jarak dekat (PJD), Method of Entry (MoE), teknik dan taktik pembebasan sandera dan penerjunan statik dan free fall serta studi kasus tentang terorisme.

Tujuan latihan bersama meningkatkan kemampuan serta ketrampilan antara anggota Kopassus dan PLA China dalam bidang taktik dan teknik operasi khusus.

Selain itu, meningkatkan kemampuan kedua belah pihak dalam mengantisipasi berkembangnya ancaman terorisme.

Kopassus Belum Akan Beli Persenjataan dari China

Prajurit Kopassus menyandang senapan serbu buatan AS. (Foto: Getty Images)

Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) belum akan membeli persenjataan individu dari Republik Rakyat China.

"Persenjataan mereka bagus, sesuai dengan tuntutan atau yang dibutuhkan seorang prajurit pasukan khusus. Namun, kami belum akan membelinya," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus kepada ANTARA News di Bandung, Senin.

Ketika ditemui usai melihat dan menjajal beberapa persenjataan individu Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA), ia mengatakan, pihaknya fokus untuk menggunakan produk dalam negeri seperti senapan serbu dari PT Pindad.

Mulai Senin hingga tiga hari ke depan Kopassus dan PLA menggelar latihan bersama untuk kali pertama di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar, dengan fokus penanganan terorisme.

Dalam rangkaian kegiatan itu, masing-masing pihak menampilkan persenjataan individu yang kerap digunakan personelnya sebagai pasukan khusus.

Kopassus menampilkan beberapa persenjataan individu senapan serbu buatan PT Pindad yang terdiri atas beberapa varian. Ditampilkan pula persenjataan lain yang diproduksi pihak luar seperti MP5.

Militer China menampilkan beberapa persenjataan dan perlengkapan individu seperti alat tangkap, busur lintang dwi guna, senapan patah 18,4 mm, pelontar granat 35 mm, senapan serbu berperedam suara 5,8 mm, dan senapan serbu ringan 5,8 mm.

Seluruh persenjataan dan perlengkapan militer individu PLA itu merupakan produk industri pertahanan dalam negeri China.

Di sela-sela menerima penjelasan mengenai kecanggihan masing-masing senjata itu, Danjen Kopassus menjajal beberapa diantaranya.

"Bagus...cocok untuk pertempuran jarak dekat," katanya, usai menjajal salah satu senapan laras panjang.

Lodewijk juga menjajal menggunakan busur lintang, dan melihat peragaan penggunaan senjata lainnya.

"Ya kita lihat semuanya, kita sesuaikan dengan kebutuhan pasukan kita. Yang jelas, kita kan sudah komitmen untuk memprioritaskan produk nasional seperti senapan serbu dari PT Pindad," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

Sunday, June 5, 2011

Pembelian Sukhoi Kembali Diusulkan




MAKASSAR--Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Indonesia mengusulkan pembelian pesawat tempur Sukhoi kepada pemerintah Indonesia. Penambahan pesawat tempur buatan Rusia tersebut dianggap perlu mengingat wilayah NKRI yang cukup luas dan harus dipantau oleh Komando Pertahanan Udara Nasional. 

Demikian dikatakan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto usai bertindak sebagai inspektur upacara pada serah terima jabatan Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosek) II Makassar, Jumat 4 Mei. 

Eddy mengatakan seperti di negara-negara berkembang lainnya, jumlah pesawat tempur ada yang mencapai ratusan buah sementara luas wilayahnya di bandingkan Indonesia masih lebih kecil. "Kita bisa lihat di Alqaedah misalnya, pesawat tempurnya sangat banyak. Harusnya kita juga bisa demikian. Tetapi hal tersebut juga harus dikondisikan dengan keuangan negara, yang lebih penting saat ini adalah kesejahteraan rakyat," ucapnya. 

Eddy mengatakan saat ini jumlah pesawat tempur Sukhoi yang dimiliki Indonesia sebanyak 11 buah. Semuanya ditempatkan di skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin. Untuk satu skuadron, layaknya memiliki 16 buah pesawat tempur, sehingga Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia akan menambah pesawat suhkoi sebanyak lima buah pesawat lagi.  "Kami mengusulkan tambahan lima pesawat baru lagi tahun ini," katanya. 

Untuk keadaan wilayah udara Indonesia khususnya wilayah timur, Eddy mengatakan secara umum kondisi tersebut aman dari gangguan pihak asing yang ingin mengacaukan pertahanan negara. Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia senantiasa bekerja keras guna pengamanan tersebut. "Ini tentunya tidak telepas dari kerjasama yang baik dengan semua pihak," paparnya. 

Upacara serah terima jabatan berlangsung di markas Kosek Hanudnas Jumat, 4 Mei. Kolonel Agoes Haryadi menduduki jabatan Pangkosek Hanudnas II yang baru menggantikan Marsekal Pertama TNI Abdul Muis yang selanjutnya akan menduduki jabatan barunya sebagai Komandan Landasan Udara (Lanud) Adi Sucipto Yogyakarta.  Upacara dihadiri Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu'mang, tokoh masyarakat serta unsur muspida. (dya)
 
http://www.fajar.co.id/read-20110603213855--pembelian-sukhoi-kembali-diusulkan

Beli Kapal Selam, Pemerintah Anggarkan Rp 8,6 Triliun

 

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah menyiapkan anggaran lebih dari US$ 1 miliar (sekitar Rp 8,6 triliun) untuk membeli kapal selam TNI Angkatan Laut. Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Susilo, mengatakan rencana pembelian kapal selam sudah dianggarkan sejak 2005. Anggarannya, "Tidak lebih dari US$ 2 miliar," kata Susilo kepada Tempo kemarin.

Pada 2005, pemerintah hanya menganggarkan US$ 700 juta, dengan asumsi harga kapal selam US$ 350-400 juta per unit. Seiring dengan berjalannya waktu, anggaran pun bertambah.

Tahap awal, dua kapal selam akan dipesan untuk memperkuat armada TN AL. "Tahun ini kami harapkan bisa eksekusi," ujar Susilo.

Dia enggan menyebutkan harga setiap unit kapal selam yang akan dipesan. Susilo hanya mencontohkan kapal selam Scorpen produk Prancis yang dibeli Malaysia dengan harga 550 juta euro atau sekitar US$ 800 juta. "Tergantung kelengkapannya. Sekarang masih pembahasan teknis," katanya. Kapal selam TNI AL itu bakal dilengkapi senjata, seperti torpedo dan peluru kendali.

Selain Scorpen dari Prancis, ada tawaran kapal selam jenis U-209 dari Jerman dan Chang Bogo dari Korea Selatan. Tawaran mana yang bakal dipilih kini masih digodok Tim Evaluasi Pengadaan Kementerian Pertahanan. "Bisa Jerman, Prancis, atau Korea," kata Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno ketika dihubungi kemarin.

Sebelumnya, menurut Soeparno, ada empat negara yang mengajukan penawaran. Namun, satu negara produsen, yakni Rusia, mundur karena produk yang mereka tawarkan tak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI AL. "Mereka menawarkan kapal selam besar," ujar dia.

Kapal selam yang dibutuhkan TNI AL tidak terlampau besar karena disesuaikan kondisi perairan Indonesia. Lagi pula, kata Soeparno, "Kalau kapal selam besar, anggarannya tidak cukup."

Soeparno menambahkan, TNI AL minimal memerlukan enam kapal selam. Saat ini TNI AL baru memiliki dua buah, yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala, yang dibeli pada 1980-an. KRI Cakra masih dalam perbaikan dan baru rampung Januari tahun depan.

Di samping bergantung pada ketersediaan dana, menurut Soeparno, pengadaan kapal selam memerlukan waktu lama. Pembuatan satu kapal selam, misalnya, bisa memakan waktu paling cepat tiga tahun.

Pada bagian lain, Laksamana Muda Susilo menambahkan, idealnya TNI AL memiliki sepuluh kapal selam untuk menjaga pertahanan seluruh wilayah laut Indonesia. Tiga unit untuk disiagakan di kawasan timur, tengah, dan barat perairan Indonesia. Tiga lainnya untuk pelatihan. Sisanya, "Cadangan jika kapal lain diperbaiki," kata dia.

TEMPOINTERAKTIF

BERITA POLULER