Pages

Monday, May 23, 2011

Produksi Senjata ASEAN Mengacu Standar NATO


Panser Anoa 6x6 untuk TNI di PT Pindad, Bandung. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, Jakarta - Produksi senjata dan alat pertahanan yang dihasilkan oleh kolaborasi negara-negara ASEAN akan mengacu pada standar senjata dan alat-alat pertahanan yang digunakan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Menteri Pertahanan Malaysia, Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi, menyampaikan hal ini dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta, Jum'at 20 Mei 2011.

"Kita tahu bahwa standar dalam produksi produk itu penting. Saya sarankan agar standar ASEAN menyesuaikan standar NATO agar tidak ada masalah dalam spesifikasi produk," katanya. Standar yang dimaksud tidak hanya terkait dengan spesifikasi produk, tetapi juga sistem produksi, pemilihan teknologi dan aset yang dikembangkan.

Pemerintah negara-negara ASEAN sepakat bekerjasama mengembangkan industri pertahanan untuk kawasan. Kesepakatan ini ditandatangani dalam deklarasi bersama menteri-menteri pertahanan di Jakarta kemarin. Konsep kerja sama yang disusun oleh Malaysia direncanakan untuk jangka panjang sampai 2030. Konsep ini sudah diadopsi sebagai resolusi.

Kerjasama akan dimulai oleh tiga negara, yaitu Malaysia, Thailand dan Indonesia. Alasannya, ketiga negara ini sudah memiliki dasar kerja sama pertahanan. Indonesia kebagian tugas memproduksi alat berat dan kendaraan tempur karena sudah memiliki perusahaan-perusahaan dengan keahlian ini. Malaysia akan fokus memproduksi peralatan kelas menengah dan Thailand untuk persenjataan dan alat-alat yang lebih kecil.

Dato Seri Ahmad mengatakan kerja sama ini akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan memperkuat ekonomi kawasan. Pada saat yang sama juga akan mengurangi aliran dana ke luar dari wilayah ASEAN ke negara-negara Amerika dan Eropa untuk pembelian senjata. Persoalannya ASEAN belum memiliki acuan standar produk pertahanan yang sama.

"Kami akan mengajukan ini dalam waktu dekat," katanya. Salah satu yang diajukan acuan adalah pengalaman Eopa menyatukan produksi persenjataan mereka. Meski masing-masing negara memproduksi senjata dengan spesifikasi berbeda, tetapi mereka bekerja sama memproduksi komponen untuk negara lain.

Karena kesepakatan kerja sama baru dilakukan di level pemerintah, rencana kerja sama akan ditindaklanjuti dengan merangkul pihak swasta dan menyusun kerjasama bussiness to bussiness. Perusahaan akan diberikan wewenang sepenuhnya untuk mengatur pemasaran sesuai kebutuhan negara-negara di ASEAN.

Dato Seri Ahmad mengatakan kerja sama ini akan menguntungkan negara-negara di kawasan ASEAN karena akan memicu tumbuhnya industri komponen pertahanan di setiap negara. Sebagai pilot project direncanakan akan diproduksi kendaraan tempur untuk kebutuhan khusus atau Special Purpose Vehicle (SPV). Berikutnya akan dikembangkan fasilitas untuk perawatan dan penggantian komponen pesawat tempur.

Jika fasilitas ini bisa diresmikan dan dikembangkan menjadi pusat Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) di kawasan ASEAN, keuntungan yang diperoleh akan sangat besar. Pasalnya, Dato Seri Ahmad mencontohkan perawatan pesawat jenis Hercules harus dilakukan di Amerika. Pengiriman pesawat saja membutuhkan biaya yang besar, belum termasuk perawatan.

tempo interaktif

Kerja Sama Industri Pertahanan ASEAN Menghemat US$ 12,5 Miliar

Ahmad Zahid Hamidi. ANTARA/Fanny Octavianus
TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pertahanan Malaysia, Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi, mengatakan kerja sama industri pertahanan ASEAN berpotensi menghemat belanja persenjataan dan alat pertahanan di kawasan hingga US$ 12,5 miliar. Nilai ini setara dengan 50 persen total belanja senjata dan alat pertahanan negara-negara ASEAN setiap tahunnya.
"Setiap tahun belanja persenjataan ASEAN sekitar US$ 25 miliar," kata Ahmad Zahid dalam sesi wawancara di Jakarta, Jumat 20 Mei 2011. Jika negara-negara ASEAN bisa berkolaborasi untuk memproduksi alat persenjataan sendiri, menurut dia, impor senjata itu bisa ditekan. Aliran uang dan modal ke luar, kata Ahmad, bisa dikurangi dan dimanfaatkan oleh negara ASEAN sendiri.

Pemerintah negara-negara ASEAN sepakat bekerja sama mengembangkan industri pertahanan untuk kawasan. Kesepakatan ini ditandatangani dalam deklarasi bersama menteri-menteri pertahanan di Jakarta, Kamis 19 Mei 2011 kemarin. Konsep kerja sama yang disusun oleh Malaysia direncanakan untuk jangka panjang sampai 2030. Konsep ini sudah diadopsi sebagai resolusi.

Kerja sama akan dimulai oleh tiga negara, yakni Malaysia, Thailand dan Indonesia. Alasannya, ketiga negara ini sudah memiliki dasar kerja sama pertahanan. Indonesia kebagian tugas memproduksi alat berat dan kendaraan tempur karena sudah memiliki perusahaan-perusahaan dengan keahlian tersebut. Malaysia akan fokus memproduksi peralatan kelas menengah, sedangkan Thailand di sisi persenjataan dan alat-alat yang lebih kecil.

Sebagai permulaan, ketiga negara akan membuat perusahaan patungan yang di dalamnya terdapat saham masing-masing negara. Proyek kolaborasi pertama yang akan dibuat adalah jenis kendaraan tempur untuk keperluan khusus atau Special Purpose Vehicle (SPV). Komponen dan bahan baku dari produk ini akan disuplai oleh negara-negara ASEAN lain.

Dato Seri Ahmad Zahid mengatakan karena kesepakatan kerja sama ini baru di tingkat pemerintah, tidak bisa segera begitu saja diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, pemerintah akan menggandeng kalangan swasta dan merancang perjanjian kerjasama bussines to bussines. "Pelaksanaannya akan dibuat secara formal dalam waktu dekat," kata dia.

tempo interaktif

Tawaran Kerjasama Pertahanan dengan Malaysia Sesuai Kebutuhan

Purnomo Yusgiantoro. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan tawaran kerjasama industri pertahanan dari Malaysia akan disesuaikan dengan kebutuhan pertahanan dalam negeri. "Kalau mereka menawarkan tetapi kita tidak butuh kan tidak bisa (kerjasama)," katanya usai acara penyambutan pasukan satuan tugas (satgas) Merah Putih di Markas Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok Jakarta, Minggu 22 Mei 2011.
Pertemuan tingkat Menteri Pertahanan ASEAN pekan lalu menyepakati kerjasama industri pertahanan di antara negara ASEAN. Paper konsep kerjasama ini disusun oleh Malaysia dan sudah disepakati untuk diadopsi menjadi resolusi. Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi mengatakan kerjasama bisa dimulai oleh Indonesia dan Malaysia. Pemerintahnya menawari Indonesia terllibat dalam produksi senapan M4.

Purnomo mengatakan di dalam ASEAN memang terdapat empat negara yang dianggap masuk dalam TIER-1 industri pertahanan. Mereka dianggap memungkinkan memimpin pengembangan industri pertahanan. Negara ini adalah Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Rencana kerjasama ini didasari oleh fakta besarnya pengeluaran negara-negara ASEAN untuk alat utama sistem persenjataan. Rata-rata setiap tahun pengeluaran ASEAN untuk alutsista mencapai Rp 25 miliar. "Kalau ini untuk membeli ke luar kan sayang. Lebih baik dimanfaatkan untuk dan dari ASEAN," kata Purnomo.

Kerjasama yang dirancang bisa berbentuk bilateral atau multilateral. Meski belum diputuskan seperti apa model kerjasama ini. Salah satu yang dipertimbangkan adalah produksi alat persenjataan bersama, di mana masing-masing negara mengambil bagian dengan memproduksi komponen. Lagi-lagi ini pun akan menyesuaikan dengan kebutuhan pertahanan masing-masing negara.

Tentang tawaran Malaysia untuk memproduksi senapan M4, menurut Purnomo Indonesia belum memiliki rencana kerjasama dengan Malaysia di bidang pertahanan. "Belum ada itu. Yang ada malah kerjasama kita dengan Korea," ujarnya.

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/05/22/brk,20110522-335992,id.html




Wakasal tinjau KRI melaksanakan dok di Galangan I


KRI Teluk Celukan Bawang-532                 Tuesday, 10 May 2011
Kunjungan WakasalSebagai wujud optimalisasi sinergi BUMN Industri Strategis, PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)  ikut aktif berperan serta dalam Pertahanan Negara salah satunya telah  melakukan pembuatan, perawatan, perbaikan dan  repowering kapal-kapal TNI AL serta pengembangan alutsista TNI AL. Dalam kaitan tersebut Mabes TNI AL melakukan kunjungan kerja ke Galangan PT. DKB. Wakil Kepala Staf Angkatan Laut ( Wakasal ) Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M. beserta beberapa pejabat Mabes TNI AL meninjau salah satu unsur KRI yang sedang melaksanakan docking di Galangan I PT. DKB, pada Kamis 24 Maret 2011 sebagai wujud realisasi sinergi BUMN dengan TNI AL.

Dalam kunjungan tersebut, Wakasal didampingi oleh Asisten Logistik Kasal (Aslog Kasal) Laksamana TNI Drs. Didik Suhari, Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Hari Bowo, M.Sc. Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, MPA., MBA. dan Kadismatal Laksamana Pertama TNI Sugiyanto Suwardi. Rombongan Wakasal diterima langsung oleh pejabat di jajaran PT. DKB yaitu Ir. Nyoman Sudiana (Dir. PKB), Ir. Bambang Wibisono (GM Galangan I) dan beberapa pejabat di lingkungan PT. DKB. Galangan I.

Selama kunjungan tersebut  Wakasal dan rombongan secara langsung meninjau fasilitas galangan  serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT. DKB Galangan I dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan, pemeliharaan dan perawatan kapal dan beliau menyatakan sangat puas dan yakin bahwa proyek BCM (Tanker 6300 DWT) dan LST 117 M  dapat dibangun di Galangan I dimana DKB telah berhasil membangun dan melaksanakan repowering kapal-kapal milik TNI-AL. Selain itu meninjau pelaksanaan kegiatan doking salah satu alutsista dari Koarmabar yaitu KRI Teluk Celukan Bawang-532 yang sedang menjalani pelaksanaan repowering di PT. DKB. Galangan I dan merupakan kapal repowering milik TNI-AL yang ke 31.

Usai peninjauan rombongan Wakasal dan pejabat TNI AL lainnya menerima penjelasan tentang kemampuan dan kesiapan yang dimiliki PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Galangan I oleh Direktur Pembangunan Kapal Baru Ir. Nyoman Sudiana didampingi General Manager, Deputi General Manager, Manager Produksi  dan pejabat Galangan I lainnya di kantor produksi PT. DKB Galangan I.

Sebelumnya pada tanggal 09 Maret 2011 Wakil Asisten Perencanaan dan Anggaran Kasal (Wa.Asrena Kasal) Laksamana Pertama TNI Agung Pramono beserta staf didampingi Direktur Pembangunan Kapal Baru Ir.  Nyoman Sudiana melakukan kunjungan ke Kantor Pusat, Galangan II dan Galangan I. Di Galangan I  kunjungan dilakukan pada proyek Bangunan Baru Tanker 6300 DWT. sumber :http://www.dokkodjabahari.com/news/wakasal-tinjau-kri-melaksanakan-dok-di-galangan-i-20110510-137.html

Sunday, May 22, 2011

Jadi Atau Tidak Kerjasama Pembuatan Senjata, Indonesia Tetap Mampu Mandiri




Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi pada kesempatan konferensi pers hari ini dia menegaskan Malaysia akan bekerja sama dengan Indonesia dan Thailand dalam Produksi senjata serbu M4. Dia mengatakan bahwa Indonesia, Thailand dan Malaysia akan bersama-sama mengumpulkan komponen persenjataan M4 dan membuatnya di Indonesia. Hal ini, ujar Hamidi, bertujuan untuk penghematan anggaran pertahanan di ASEAN.

Namun pernyataan Ahmad Zahid Hamidi tersebut dibantah oleh juru bicara Kemhan, Hartind Asrin. Hartind Asrin  menerangkan bahwa memang ada rencana kolaborasi industri pertahanan antara negara-negara ASEAN, namun belum dibicarakan secara teknis jenis kerja sama tersebut, termasuk kaloborasi pembuatan senjata M4.Kemhan mengatakan Indonesia masih bisa memproduksinya secara mandiri.


"Memang ada pembicaraan mengenai kolaborasi, namun belum sejauh itu," ujar Hartind kembali.
Hartind mengatakan bahwa konsep kolaborasi disampaikan Malaysia pada berbagai kesempatan, termasuk dalam pertemuan ASEAN Defence Ministerial Meeting (ADMM) kemarin. Inti dari konsep tersebut adalah jual-beli senjata antar negara ASEAN saja.


"Inti dari konsep itu adalah bagaimana pasar ASEAN direbut oleh ASEAN sendiri," ujar Hartind.
Namun jika memang kolaborasi tersebut terlaksana, Hartind mengatakan bahwa Indonesia dengan PT. Pindad siap menjadi pelaksana produksi. "Negara lain akan menjadi supporting unit, sharing dana, dan pengada komponen," ujar Hartind.

Jikapun memang kolaborasi tidak jadi dilakukan, tambah dia, Indonesia sendiri sudah mampu membuat senjata semacam itu. "Indonesia juga mampu kok membuatnya sendiri," ujarnya.

Pindad SS2 assault rifle (Indonesia)



In

 

Pindad SS2-V1 assault rifle
Pindad SS2-V1 assault rifle
Pindad SS2-V2 assault rifle with Pindad-made 40mm grenade launcher
Pindad SS2-V2 assault rifle with Pindad-made 40mm grenade launcher
Pindad SS2-V4 assault / para-sniper rifle
Pindad SS2-V4 assault / para-sniper rifle
Pindad SS2-V5 assault rifle
Pindad SS2-V5 assault rifle
Kolaborasi industri pertahanan ditaksir akan menghemat anggaran pertahanan negara-negara ASEAN hingga 12,5 miliar (Rp106,8 triliun) dari anggaran keseluruhan US$213 triliun. Hal ini dikarenakan, dana yang biasanya dipergunakan untuk mengimpor senjata dari luar kawasan akan berputar di Asia Tenggara saja.
produk-senjata-pindad
Credit goes to RajA TegA

 sumber : Vivanews

Pindad SS2 assault rifle (Indonesia)


Pindad SS2-V1 assault rifle
Pindad SS2-V1 assault rifle
 
Pindad SS2-V2 assault rifle with Pindad-made 40mm grenade launcher
Pindad SS2-V2 assault rifle with Pindad-made 40mm grenade launcher
 
Pindad SS2-V4 assault / para-sniper rifle
Pindad SS2-V4 assault / para-sniper rifle
 
Pindad SS2-V5 assault rifle
Pindad SS2-V5 assault rifle

  SS2-V1 SS2-V2 SS2-V4 SS2-V5
Caliber 5.56x45 mm NATO
Action Gas operated, rotating bolt
Overall length (butt open / folded) 990 / 740 mm 920 / 670 mm 990 / 740 mm 770 / 520 mm
Barrel length 460 mm 403 mm 460 mm 252 mm
Weight 3.4 kg 3.2 kg 4.2 kg 3.2 kg
Rate of fire  ~ 700 rounds per minute
Magazine capacity 30 rounds

The SS2 family of rifles (from Indonesian "Senapan Serbu 2" - Assault Rifle 2) is manufactured in Indonesia by PT Pindad factory and is based on SS1 (FN FNC) rifle, made by the same factory under license from Belgian company FN Herstal. SS2 rifles are in use by Indonesian army since 2005, and also are offered for export. Initially available in three basic versions (standard rifle SS2-V1, carbine SS2-V2 and para-sniper SS2-V4) it is now also available in subcompact SS2-V5 version, first shown in 2008.
All SS2 rifles share same basic design and same two-part upper / lower receiver construction. Both upper and lower receiver parts are made from aluminum alloy and connected one to another using two cross-pins. Gas-operated action uses long-stroke gas piston, located above the barrel, and a multi-lug rotary bolt that locks into the barrel extension. Charging handle is attached to the bolt carrier on the right side and moves with the bolt group when gun is fired. Fire mode / safety lever is located on the left side of the gun, and permits for single shots and full automatic fire. All versions are fitted with side-folding skeletonized buttstock, and all variants have integral Picatinny type rail on the top of the receiver. In all versions other than SS2-V4 this rail is fitted with removable carrying handle with diopter-type rear sight. Front sight is attached to the gas block, leaving the muzzle part of the barrel unobstructed, so rifle can be used to fire rifle grenades. The SS2-V4 version is issued less front sight base or carrying handle, being fitted with telescope sight and optional cheek rest on the buttstock. SS2-V4 also features heavier barrel for more accurate long-range fire. SS2-V1 and SS2-V2 variants can be fitted with 40mm under-barrel grenade launcher, also made by Pindad.

sumber:http://world.guns.ru/assault/indo/pindad-ss2-e.html

SS2 Made In Indonesia

Senjata SS2 (Senapan Serbu 2) adalah senapan serbu buatan PT Pindad yang merupakan generasi kedua dari senapan serbu Pindad sebelumnya, SS1.  SS2 ini diklaim memiliki desain yang lebih ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi, memiliki berat yang lebih ringan, serta akurasi yang lebih baik. Senapan ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm standar NATO dan memiliki berat kosong 3,2 kg. SS2 pasukan digunakan oleh tentara Indonesia sejak tahun 2005, dan juga sudah diekspor. Awalnya tersedia dalam tiga versi dasar (standard rifle SS2-V1, carbine SS2-V2 dan para-sniper SS2-V4) sekarang ini juga tersedia dalam subcompact versi SS2-V5, yang dikenalkan pada 2008

Dilansir AntaraNews.com : Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi mengungkapkan, senapan serbu produksi putra-putra bangsa Indonesia telah terbukti berhasil menunjukkan prestasi juara pada beberapa kejuaraan tingkat dunia.

"Yang jelas, demikian Fayakhun Andiradi, senapan serbu SS2-V1 V5 itu merupakan senjata buatan PT Pindad yang rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra bangsa indonesia," ujarnya kepada ANTARA.

Ia mengatakan itu, sehubungan dengan adanya ketertarikan sejumlah negara tetangga atas senjata produksi Indonesia tersebut.


"Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga V5 yang diproduksi oleh PT Pindad di Bandung ini, dan kini sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga, terutama Malaysia yang menunjukkan minat besar untuk membelinya," katanya lagi.


Senapan serbu ini, menurutnya, berlaras panjang kaliber 5,56 mm yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam kejuaraan bertaraf internasional.


"Karena terbukti bisa membawa juara beberapa perutusan Indonesia, sehingga sejumlah negara tetangga tertarik membelinya," katanya lagi.


Fayakhun Andriadi atasnama rekan-rekannya di Komisi I DPR RI lalu mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan, agar menyetop impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tertentu yang sudah bisa direkayasa dan diproduksi di Indonesia.


"Khusus untuk peluru dan senapan berlaras pendek, yakni pistol, juga senapan berlaras panjang sejenis SS2, kita jangan lagi impor, lebih mengutamakan produksi dalam negeri, agar semakin mempercepat menuju swasembada Alutsista," ujarnya.


`Political will` Pemerintah RI, menurutnya, amat diperlukan untuk diwujudkonkretkan dalam `political action`, yakni di sektor kebijakan anggaran untuk mendukung percepatan menuju swasembada Alutsista secara bertahap.


"Kita harus bisa melakukannya dan jangan lagi terlalu bergantung kepada impor, sehingga kita tidak lagi selalu jadi korban kebijakan embargo sepihak dan lain-lain kebijakan yang merugikan kepentingan pertahanan nasional," tegas Fayakhun Andriadi.


http://aldamisite.blogspot.com/2011/01/senapan-serbu-2-ss2-buatan-indonesia.html

BERITA POLULER