Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigjend Ahmad Vahidi menolak klaim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang kerjasama Iran dan Korea Utara dalam program rudal mereka.
"Kami benar-benar mandiri dalam bidang ini dan tidak ada pertukaran antara kami (Iran dan Korut) dalam hal ini," kata Vahidi pada hari Rabu (18/5).
Pada hari Jumat, PBB mengklaim dalam sebuah laporan rahasia bahwa item terlarang terkait rudal balistik diduga telah dibagi antara Korut dan Iran.
Kabel diplomatik Amerika Serikat yang disiarkan oleh laman "whistle-blower" WikiLeaks pada akhir tahun lalu mengatakan pihak intelijen AS meyakini Iran menerima peralatan dari Korut untuk rudal canggih yang dapat mencapai Eropa.
Pada hari Selasa, Jurubicara Departemen Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast menolak laporan tersebut dan menekankan kemandirian negara di bidang produksi rudal dan Iran tidak membutuhkan teknologi luar.
Sementara itu, Beijing kemarin juga menyangkal laporan tim PBB yang mengindikasikan bahwa teknologi peluru kendali terlarang telah dibagi antara Korut dan Iran melalui negara ketiga yang menurut sejumlah diplomat adalah Cina. (IRIB/RM)
IRIB
"Kami benar-benar mandiri dalam bidang ini dan tidak ada pertukaran antara kami (Iran dan Korut) dalam hal ini," kata Vahidi pada hari Rabu (18/5).
Pada hari Jumat, PBB mengklaim dalam sebuah laporan rahasia bahwa item terlarang terkait rudal balistik diduga telah dibagi antara Korut dan Iran.
Kabel diplomatik Amerika Serikat yang disiarkan oleh laman "whistle-blower" WikiLeaks pada akhir tahun lalu mengatakan pihak intelijen AS meyakini Iran menerima peralatan dari Korut untuk rudal canggih yang dapat mencapai Eropa.
Pada hari Selasa, Jurubicara Departemen Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast menolak laporan tersebut dan menekankan kemandirian negara di bidang produksi rudal dan Iran tidak membutuhkan teknologi luar.
Sementara itu, Beijing kemarin juga menyangkal laporan tim PBB yang mengindikasikan bahwa teknologi peluru kendali terlarang telah dibagi antara Korut dan Iran melalui negara ketiga yang menurut sejumlah diplomat adalah Cina. (IRIB/RM)
IRIB