Pages

Thursday, May 19, 2011

Forum Menhan ASEAN Komitmen Selesaikan Konflik Keamanan Kawasan

Kamis, 19 Mei 2011 10:20 WIB | 595 Views
Purnomo Yusgiantoro. (ANTARA)
Berita Terkait
Video
 
Jakarta (ANTARA News) - Forum kerja sama menteri pertahanan negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diharapkan berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan keamanan yang dapat mengganggu stabilitas dan kepentingan ASEAN di masa datang.

"Ke depan, forum Asean Defence Minister Meeting akan semakin berperan dalam menopang sentralitas dan peran aktif ASEAN dalam tataran global," kata Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Kamis.

Berbicara pada pembukaan pertemuan ke-5 Menteri Pertahanan se-ASEAN (ADMM), ia mengatakan, terkait itu forum menhan ASEAN harus dapat mempererat kerja sama pertahanan yang lebih nyata untuk mewujudkan pilar komunitas politik keamanan ASEAN (political security community ASEAN).

"Selain mempererat kerja sama forum menhan ASEAN harus dapat berperan aktif menyelesaikan persoalan-persoalan keamanan kawasan yang diperkirakan dapat mengganggu stabilitas dan kepentingan ASEAN di masa datang," kata Purnomo.

Dengan begitu, lanjut dia, terwujud komunitas politik keamanan ASEAN yang solid dan bersinerji aktif dalam merespon tantangan global yang berimplikasi terhadap kepentingan stabilitas si kawasan Asia Tenggara.

Purnomo mengemukakan, ASEAN tidak terlepas dari dinamika lingkungan strategis baik global maupun regional yang menghadirkan tantangan kompleks sekaligus menjanjikan berbagai peluang.

"Dewasa ini masyarakat internasional dihadapkan pada isu-isu keamanan baru yang berimplikasi terhadap stabilitas keamanan kawasan dan global, baik isu keamanan tradisional maupun non tradisional," tutur Purnomo.

Isu keamanan non tradisional antara lain, terorisme, perompakan, imigran gelap, keamanan maritim, perubahan iklim, ketahanan pangan, energi, dan air, kelangkaan sumber daya alam, yang semuanya berimplikasi pada peningkatan peran sektor pertahanan di masa datang, katanya.

Tak hanya itu, konflik-konflik yang terjadi di sejumlah kawasan masih menjadi tantangan bagi terwujudnya dunia yang damai, aman, dan stabil.

"Menyikapi beragam tantangan itu, maka ADMM selaku forum tertinggi di bidang pertahanan ASEAN dituntut untuk meningkatkan kerja sama yang lebih konkrit untuk mewujudkan komunitas politik keamanan ASEAN tiga tahun mendatang," kata Menhan Purnomo.

Pertemuan ke-5 Menhan se-ASEAN mengambil tajuk "Memperkuat Kerja Sama Pertahanan ASEAN dalam Komunitas Global Menghadapi Tantangan Baru", dan dihadiri seluruh menteri pertahanan negara-negara ASEAN.
(T.R018)


ANTARA

Wednesday, May 18, 2011

Buat Jet Tempur Bersama Korsel, Indonesia Sertakan 30 Insinyur



Model jet tempur siluman KF-X. (Foto: emile)
18 Mei 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia akan mengirimkan 30 insinyur terbaik dalam bidang industri pertahanan ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama pembuatan jet tempur Indonesia-Korea Selatan. "Ada 30 insinyur Indonesia yang akan terlibat dalam poyek ini," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Agus Suyarso, usai Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Menurut dia, kerjasama ini melibatkan 150 tenaga ahli/insinyur termasuk dari Korea. Karena Indonesia berpartisipasi sebesar 20 persen dalam proyek ini, maka 30 orang berasal dari Indonesia. 30 orang ini akan diambil dari PT Dirgantara Indonesia (DI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Sedang dikumpulkan. Paling lambat Juli nanti dikirim," ujarnya.

Namun tak hanya satu kelompok ini saja yang akan mempelajari cara, riset
dan pengembangan pembuatan lima prototype pesawat tempur multi-mission generasi 4,5 yang disebut Jet Fighter KF-X/IF-X ini. masih ada lima kelompok lain yang nantinya akan terlibat secara bergiliran. "Ada enam kelompok, jadi 30 kali 6 artinya ada sekitar 180 orang," kata Agus.

Rencananya sekelompok insinyur tersebut akan bergiliran setiap empat bulan sekali.

Indonesia Dapat Satu Jet Tempur Kerjasama dengan Korea Selatan

Kerjasama Indonesia-Korea Selatan dalam pengembangan industri pembuatan jet tempur terus berlanjut. Proyek yang pembagian pembiayaannya 80 persen Korea Selatan dan 20 persen Indonesia ini rencananya akan membuat lima prototipe jet tempur KF-X/IF-X, pesawat tempur multimission generasi 4,5.

"Empat prototipe untuk Korea dan satu untuk kita (Indonesia)," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Pothan, Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso, dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Dengan komposisi pembiayaan total 80:20 ini, artinya pemerintah hanya menyumbang US$ 1,01 miliar atau sekitar 10,1 triliun dari total biaya sebesar US$ 5,05 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 10 tahun, tepatnya hingga tahun 2020. "Nanti rencananya kalau untuk trading-nya 250 pesawat, 200 untuk mereka, 50 untuk kita," kata dia.

Kerjasama pembuatan pesawat tempur ini menjadi salah satu cara Indonesia dalam rangka pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk kebutuhan sekarang dan masa depan. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian dan sistem pertahanan strategis.

Sumber: TEMPO Interaktif

Korsel Siap Tambah CN-235


Seorang pekerja menyelesaikan proses pembuatan pesawat CN235-110 Maritime Patrol Aircraft (MPA) pesanan Korea Coast Guard di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/5). PTDI membutuhkan dana segar berkisar Rp600 miliar—Rp900 miliar dalam upaya restrukturisasi penyelematan BUMN tersebut dari keterpurukan industri dirgantara nasional. (Foto: Bisnis-Jabar.com)

19 Mei 2011, Jakarta (SINDO): Dalam acara Working Level Task Force Meeting antara Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan di Nusa Dua, Bali, kemarin, selain menyatakan kesiapan untuk memperkuat kerja sama ekonomi, pihak Korsel juga menyatakan ketertarikannya untuk menambah penggunaan pesawat CN-235 produksi Indonesia di negara tersebut. Sejauh ini,kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Korsel memang salah satu pengguna pesawat CN-235.

Dia mengatakan, ada harapan bahwa Korsel akan menambah penggunaan pesawat tersebut di negaranya. Korsel menilai pesawat CN-235 buatan Indonesia lebih baik dibandingkan dengan pesawat sejenis produksi Cassa,Spanyol.

Sumber: SINDO

Hasanuddin: RUU PPISP Fasilitasi Revitalisasi Industri Pertahanan


Peresmian penyerahan KRI Clurit produksi galangan kapal di Batam. (Foto: Kemhan)

18 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan, Rancangan Undang Undang tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan (RUU PPISP) akan memfasilitasi revitalisasi industri strategis pertahanan.

"Saat ini, RUU tersebut yang merupakan inisiatif DPR tengah dibahas di tingkat panitia kerja di Komisi I. Kami harapkan ada masukan dari masyarakat dan instansi terkait," kata Hasanuddin saat seminar "Revitalisasi Industri Strategis untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan mewujudkan industri strategis pertahanan yang profesional, efektif, efisien, terintegrasi; mewujudkan kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan.

Selain itu, meningkatkan kemampuan memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan, serta mewujudkan kemandirian industri strategis pertahanan, yakni Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sebagai ujung tombak revitalisasi.

Selama ini, lanjut dia, alutsista yang dimiliki oleh TNI dan Polri masih ada ketergantungan pada pasokan dari pasal luar negeri. Akibatnya, industri strategis tidak dapat berkontribusi secara maksimal dalam pengembangan alutsista dalam negeri.

Selain itu, belum ada aturan mengenai prosentase minimum kebijakan offset (pembuatan/perakitan komponen) dari luar negeri ke industri strategis nasional, masih kurangnya perhatian/insentif terhadap aspek research and development dalam konteks teknologi alutsista inkonsistensi pemerintah (Kemhan/Polri) untuk membeli produk BUMNIS.

Oleh karena itu, pemerintah harus menunjukkan keseriusannya dalam konteks implementasi, sehingga revitalisasi industri strategis tidak hanya menjadi wacana belaka.

"Industri strategis nasional memerlukan landasan hukum, pengembangan organisasi dan SDM, dukungan modal dan komitmen pemerintah secara maksimal," katanya.

Ia menambahkan, dengan adanya RUU itu revitalisasi industri strategis diharapkan dapat melindungi kepentingan nasional, kemandirian, dan ketersediaan alutsista yang relatif murah.

Bahkan, ada kesempatan bagi industri strategis nasional untuk memperluas pasar ke luar negeri (export-oriented) namun tetap dalam prinsip bebas aktif.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Riefqi Muna, mengatakan, untuk pengembangan industri pertahanan perlu mempertimbangkan beberapa aspek, yakni mengintegrasikan rencana industri pertahanan dalam negeri dengan pemetaan kebijakan pengembangan sains, teknologi dan industri nasional.

Kedua, perlu ada pengembangan kebijakan yang terintegrasi dari pendidikan (training), kajian teoritik dan inovasi secara objektif. Dan ketiga, industri pertahanan harus memusatkan kepada kebutuhan peralatan yang semestinya, sehingga perlu kajian yang objektif sebagai dasar pengembangan kapabilitas pertahanan.

Sumber: ANTARA News

Indonesia Akan Dapat 1 Prototype Pesawat KF-X


JAKARTA - Kerjasama Indonesia-Korea Selatan dalam pengembangan industri pembuatan jet tempur terus berlanjut. Proyek yang pembagian pembiayaannya 80 persen Korea Selatan dan 20 persen Indonesia ini rencananya akan membuat lima prototipe jet tempur KF-X/IF-X, pesawat tempur multimission generasi 4,5.

"Empat prototipe untuk Korea dan satu untuk kita (Indonesia)," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Pothan, Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso, dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu (18/5).

Dengan komposisi pembiayaan total 80:20 ini, artinya pemerintah hanya menyumbang US$ 1,01 miliar atau sekitar 10,1 triliun dari total biaya sebesar US$ 5,05 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 10 tahun, tepatnya hingga tahun 2020. "Nanti rencananya kalau untuk trading-nya 250 pesawat, 200 untuk mereka, 50 untuk kita," kata dia.

Kerjasama pembuatan pesawat tempur ini menjadi salah satu cara Indonesia dalam rangka pengembangan alutsista untuk kebutuhan sekarang dan masa depan. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian dan sistem pertahanan strategis.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM

Ketergantungan Alutsista ke Negara Lain Timbulkan Malapetaka

Panser 6x6 buatan Pindad Made in Indonesia (photo : Defense Studies)

CN-235 Made In Indonsia untuk Senegal (photo : Kaskus Militer)

Senjata Lawan Tank kaliber 64mm (photo : Pussenif) Made in indonesia



Roadmap industri radar Indonesia (image : Kompas)
Rabu, 18 Mei 2011 11:37 WIB | 362 Views
Berita Terkait
Jakarta (ANTARA News) - Ketergantungan alat utama sistem senjata (alutsista) yang berlebihan pada negara lain dapat menimbulkan malapetaka, untuk itu pemerintah diharapkan bisa meningkatkan kebutuhan alutsista /non alutsista TNI demi terwujudnya percepatan kemandirian alutsista produksi dalam negeri dan perluasan pembangunan ekonomi.

"Kita  semua memandang penting kemandirian alutsista dalam negeri," kata Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan Laksamana Muda TNI Purn Rosihan Arsyad dalam seminar bertajuk "Revitalisasi Industri Pertahanan Untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa upaya revitalisasi industri pertahanan diperlukan khususnya untuk mempertemukan pandangan yang seragam akan alutsista dengan negara lain demi membangun Hankamnas (pertahanan keamanan nasional) dengan alutsista buatan dalam negeri.

"Nilai belanja alutsista ASEAN itu 25 miliar dolar AS, dan kita bisa menghemat jika membuat sendiri," katanya

Sementara itu panglima TNI Agus Suhartono mengatakan bahwa industri pertahanan merupakan salah satu industri strategis dalam rangka menangkal potensi ancaman negara kita.

Ia mengutarakan bahwa kendala pembangunan industri pertahanan adalah seringnya terjebak dalam dilema anggaran negara yang membuat kita harus terus mendorong revitalisasi industri strategis.

Menurut Panglima, demi mewujudkan percepatan industri pertahanan ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama, revitalisasi industri untuk menghilangkan tertinggalnya efisiensi perusahaan.

Kedua, horizon industri nasional sering terjebak oleh target laba jangka pendek yang sering mengganggu target jangka panjang. Ketiga revitalisasi keterkaitan dalam menjalin hubungan antar lembaga dengan pihak terkait lainnya serta adanya komitmen bersama.
(yud)


ANTARA

Geregetan Tak Kunjung Serang Bajak Somalia, Drum pun Jadi Sasaran

 


Perompak Somalia
TEMPO Interaktif, Jakarta - Berhari-hari terkatung di samudera menunggu kepastian operasi memang membosankan. Apa reaksi pasukan TNI begitu tahu opsi militer bukan menjadi prioritas utama pembebasan kapal Sinar Kudus? 185 orang pasukan yang tergabung dalam Satuan Tugas Merah Putih—nama satuan operasi pembebasan sandera awak Sinar Kudus—tentu saja kecewa.
Sebagai obat kekecewaan, mereka sempat melampiaskannya dengan menggelar latihan perang dan menembaki drum-drum sebagai sasaran yang sengaja dilemparkan ke tengah laut.

“Untuk mengobati kekecewaan, sekaligus agar mereka (pasukan) tetap berlatih,” kata Komandan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI Angkatan laut, Kolonel (Mar) Suhartono kepada Tempo, Jumat pekan lalu. “Mereka tentu saja kecewa.”

Suhartono belum lama ini kembali dari Oman, usai memimpin satuan penindak operasi pembebasan sandera Sinar Kudus. Dia membawahi 185 orang pasukan elite TNI gabungan Denjaka, Komando Pasukan Katak dan Intai Amfibi Marinir serta Satuan Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus TNI AD yang diberangkatkan ke perairan Somalia.

Hal senada diungkapkan Komandan Korps Marinir, Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin. Menurut Alfan, begitu mendengar kabar tuntutan dipenuhi oleh PT Samudera Indonesia, pemilik kapal Sinar Kudus, semua anggotanya di kapal berteriak: “Waduuh, tuntutan dipenuhi. gue nggak ada kerjaan nih,” ujar Komandan Satgas Merah Putih itu, menirukan ungkapan kekecewaan pasukannya.

Saat tuntutan dipenuhi, Alfan dan sebagian pasukannya tengah berada di atas kapal KRI Banjarmasin, yang sedang menempuh perjalanan menuju perairan Somalia. Sementara dua kapal lain, KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma, sudah lebih dulu tiba.

Para anak buahnya bahkan sempat nyeletuk; “Hantam saja pakai (artileri) howitzer." “Mereka sudah geregetan,” ujar Alfan.

Untungnya, kekecewaan pasukan TNI itu “terobati.” Mereka menembak mati empat orang perompak yang berniat membajak kembali kapal Sinar Kudus. Empat perompak, yang diduga berasal dari kelompok berbeda, menumpang speed boat warna putih dan mencoba mengejar Sinar Kudus. Mereka mencoba menghadang Sinar Kudus setelah enam orang terakhir dari anggota perompak melepaskan sandera dan turun dari kapal.

“Pucuk dicinta ulam tiba. Waktu sandera dirilis, satu kelompok (perompak) mengejar lagi, mau menguasai kembali kapal itu. Kita sikat, habis empat orang,” kata Alfan, dengan berapi-api.

TEMPO INTERAKTIF

BERITA POLULER