Pages

Monday, May 9, 2011

ASEAN Mampu Tengahi Barat - Muslim


Senin, 9 Mei 2011 13:44 WIB | 462 Views
Sekjen ASEAN, Surin Pitsuwan (FOTO.ANTARA)
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menyatakan pada Senin bahwa proses rekonsiliasi antara dunia barat dengan Muslim dapat ditengahi oleh ASEAN.

"Jalur rekonsiliasi antara dunia barat dan Muslim dapat melalui ASEAN," kata Surin, dihadapan diplomat dari berbagai negara sahabat dalam pernyataan paska Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-18 di Sekretariat ASEAN, Jakarta.

Dalam kesempatan itu, ia menanggapi kesanggupan ASEAN dalam menyelesaikan pergolakan politik yang sedang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara pada awal tahun ini.

Ia menjelaskan bahwa inti permasalahan terletak pada menyeimbangkan antara tradisi dan kehidupan masa kini secara kondusif terhadap perkembangan dan "good governance".

Surin memaparkan bahwa Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam pada tingkat tertentu telah mencapai kesuksesan.

"Kami memiliki pengalaman dan keberhasilan mengenai proses tersebut," ucapnya dihadapan para diplomat negara sahabat dan wartawan.

Tidak ada kawasan lain di dunia yang lebih beragam disbanding Asia Tenggara, katanya.

"Namun Anda tidak akan melihat masalah serius perselisihan komunal, karena kami dapat menangani permasalah itu," katanya.

KTT tahun ini membicarakan sejumlah permasalahan, seperti kejahatan transnasional, penyeludupan manusia, keamanan kawasan termasuk keamanan energi dan makanan, serta persiapan pencapaian Komunitas ASEAN pada 2015.

Indonesia, selaku Ketua ASEAN 2011, memiliki fokus untuk mempromosikan inisiatif ASEAN pasca-2015, yaitu Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-Bangsa.

Inisiatif tersebut dicuatkan agar kawasan Asia Tenggara menjadi semakin tanggap menghadapi tantangan dan mampu memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan di tingkat global,

Pembentukan Komunitas ASEAN berlandaskan tiga pilar yaitu Komunitas Keamanan, Komunitas Ekonomi, dan Komunitas Sosial Budaya.

ASEAN terdiri dari Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

(KR-IFB/S026)


Antara

Pindad Musnahkan 45 Ton Bahan Peledak Kadaluarsa


LUMAJANG - PT Perusahaan Industri Angkatan Darat (Pindad) Jum’at, (6/5), mulai memusnahkan 45 ton bahan peledak kadaluwarsa.

Pemusnahan dilakukan di Lapangan Tembak (Air Shoot Range) TNI Angkatan Udara di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, proses pemusnahan dilakukan secara bertahap dan diperkirakan berlangsung hingga Jum’at (13/5) pekan depan.

Wartawan Tempo tidak bisa menyaksikan langsung pemusnahan tersebut. Pintu masuk di kawasan Air Shoot Range ditutup. Tidak seorang pun diperbolehkan masuk.

Aparat TNI Angkatan Udara yang berjaga di pintu masuk menuju lapangan tembak mengingatkan Tempo agar tidak meliput kegiatan tersebut. “Jangan diliput,” ucapnya.

Informasi resmi kegiatan pemusnahan bahan peladak tersebut hanya diperoleh Tempo dari Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lumajang, Soetomo.

“Kami diminta bantuan oleh PT Pindad untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, seperti terjadi kebakaran,” katanya, Jum’at siang, 6 Mei 2011.

Menurut Soetomo, PMK menerjunkan satu unit mobil pemadam kebakaran beserta tiga personil dan empat tabung alat pemadam kebakaran ringan. “Kami hanya antisipasi saja. Bagaimana pelaksanaan pemusnahan, kami tidak tahu,” ujarnya.

Sementara itu, sumber Tempo di lokasi pemusnahan menjelaskan, penanggung jawab operasional kegiatan pemusnahan adalah Kepolisian Daerah Jawa Timur. “Surat perintahnya langsung dari Kapolda,” paparnya.

Suni, 40 tahun, warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Kunir, yang berbatasan dengan Desa Pandanwangi, mengatakan kegiatan pemusnahan sudah biasa terjadi.

“Biasanya, setelah usai latihan perang dan ada bom yang tidak meledak, maka akan dimusnahkan,” tutur Suni saat ditemui di rumahnya.

Suni juga mengatakan, proses pemusnahan tidak menimbulkan ledakan. “Informasinya hanya dibakar saja,” kata Suni.

Itu sebabnya Suni dan warga lainnya tidak merasa khawatir dengan proses pemusnahan bom kadaluwarsa tersebut. “Masyarakat juga dilarang memasuki kawasan lapangan tembak selama kegiatan pemusnahan berlangsung,” kata Suni.

Warga setempat sempat mendengar satu kali suara ledakan yang berasal dari lapangan tembak yang menjadi lokasi pemusnahan. “Baru sekali berbunyi ledakan. Tetapi tidak begitu besar,” kata seorang warga yang berada sekitar dua kilometer dari lokasi pemusnahan. Hingga berita ini ditulis belum diperoleh konfirmasi dari pihak PT. Pindad.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM

Pride of the Seas


07 Mei 2011

HTMSChakri Naruebet is docked at Juk Samet naval base in Sattahip district of Chon Buri. The aircraft carrier has been deployed in disaster relief operations and to protect maritime resources. (photo : Thiti Wannamontha-Bangkok Post)
Navy's flagship is first port of call in emergencies

Serving the country for 14 years, aircraft carrier HTMS Chakri Naruebet has been a protector of marine resources and linchpin of disaster relief operations.

The government approved the building of the navy's 7.1 billion baht flagship in 1992 after Typhoon Gay devastated Chumphon province and other southern provinces in 1989.

Since then, the aircraft carrier has been used in several disaster relief operations under the codename 911.

It is not only the Royal Thai Navy's largest warship, HTMS Chakri Naruebet is also Southeast Asia's largest helicopter carrier with a full-load displacement of 11,544 tonnes and can sail in wave heights of 13.8 metres.

The carrier is 30.5 metres wide and 182.6 metres long, and as high as a 12-storey building. Its dock is about 4,000 square metres.

Constructed at Bazan shipyard in Spain, the ship was commissioned into the navy on March 20, 1997.

His Majesty the King named it Chakri Naruebet, meaning "The Honour of the Chakri Dynasty".

Her Majesty the Queen presided over the launch of the carrier on Jan 20, 1996, at the Bazan dockyard.

The carrier has brought pride to the navy. About 30,000-40,000 Thais visit the ship every month at Juk Samet naval base in Sattahip district of Chon Buri.

One of six Seahawk helicopters on the carrier prepares for take-off. (photo : Bangkok Post)
"HTMS Chakri Naruebet is the Thai people's ship as it was bought with taxpayer money. Thais are allowed to visit the ship free of charge," said Suvin Jangyodsuk, commanding officer of the aircraft carrier.

"The navy is responsible for taking care of the people's property and is ready to protect our territorial waters and marine resources. We are also ready for disaster relief operations." Captain Suvin is the fifth commander of the ship since it was launched.

During the 1997 economic crisis, the ship did not engage in training exercises due to naval budget cuts.

When the economy improved, the carrier was taken out of for exercises at least one to two times a month.

Capt Suvin said 451 personnel are stationed on the carrier and that number can exceed 600 during special exercises.

HTMS Chakri Naruebet was constructed by Spanish shipbuilders Bazan/Navantia. (photo : Naval Technology)

The carrier has been deployed on several disaster relief operations, including in the aftermath of the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami when it transported more than 700 bodies.

During the floods in the South in March, the ship was sent to Surat Thani and plucked 734 stranded visitors from Koh Tao. "We were the first agency to reach flood-hit people," said Capt Suvin.

The carrier has a fully equipped hospital with more than 40 beds.

In the event of a territorial dispute, the carrier serves as a floating operation command centre. In peace time, it is duty-bound to protect the country's marine resources and help people affected by natural disasters.

Naval personnel man an anti-aircraft gun. (photo : Bangkok Post)

The officers' uniforms make the aircraft carrier more colourful. They don red, yellow, green, purple and white uniforms depending on the section they are attached to. Those wearing red uniforms belong to the firefighting section, for example, while those in yellow work for the air traffic control unit.

The carrier has a kitchen with the capacity to feed almost 500 personnel.

Chief Petty Officer 1st Class Chamnong Saengkham, 58, the head chef, said 15 staff prepare meals for everyone. His team cooks 50 kilogrammes of rice a day for three meals. Vegetables, meat and other ingredients are bought fresh from a market in Sattahip district.

Petty Officer 1st Class Thitipong Thongyoi, 29, said he was proud of being a crew member on the country's largest naval vessel.

HTMS Chakri Naruebet in side view (image : Shipbucket-MConrads)

Floating Facts

HTMS Chakri Naruebet

Builder: Bazan of Spain
Keel-laying ceremony: July 12, 1994
Launched: Jan 20, 1996
Commissioned: March 20, 1997

Length: 182.6 metres (overall)
Beam:22.5 metres (flight-deck waterline), 30.5 metres (maximum)
Height (flight deck): 18.5 metres
Height (masthead): 42 metres
Draught: 6.2 metres
Displacement: 11,544 tonnes (fully laden)
Cruising speed: 12 knots
Maximum speed: 27 knots
Range: 10,000 nautical miles at 12 knots
Propulsion:Combined diesel or gas (CODOG) turbine system
- 2 x GE LM2500 gas turbines
- 2 x Bazan-MTU 16V 1163 TB83 diesel engines
- 2 propulsion shaftswith 4-bladed propellers
Power system: 4 power generators
4 back-up power generators
Other equipment:
3 sets of 155-tonne air-conditioners
2 sets 5-tonne cooling systems
2 sets of stabilisers
4 sets of reverse osmosis water machines
5 elevators

Hospital: Check-up room, operating room, X-ray room, dental room, 15 beds and 26 auxiliary beds for emergencies

Personnel:451 officers including 42 commissioned navy officers; 69 chief petty officers; 230 petty officers; 110 seamen
Weaponry: Three Sandral launchers Four 20mm close-in weapons systems
Aircraft carried: Nine Spanish Matador AV-8s aircraft Six S-70B Seahawk helicopters

(Bangkok Post)

Uji Penembakan Meriam Howitzer 105mm KH-178


LUMAJANG - Batalyon Artileri Medan 9/ Kostrad (Yonarmed 9) 19 April lalu melakukan uji penembakan meriam Howitzer 105 mm terbaru dari Korea jenis KH-178 di lapangan tembak ASR (Air Shooting Range) TNI AU Pandan Wangi Lumajang Jawa Timur. Pembelian meriam ini merupakan lanjutan dari Kontrak Eksport (KE) pembelian alutsista TNI AD dari Korea.

Pengujian melibatkan beberapa personel dari Pusdikarmed Pussenarmed Kodiklat TNI AD maupun personel dari Yonarmed 9/ Kostrad. Kegiatan penembakan ini telah melalui beberapa rangkaian meliputi : pelatihan operator meriam yang telah dilaksanakan di Yonarmed 9/ Kostrad pada tanggal 16-23 Maret 2011 dan Uji Fungsi meriam KH 178 yang telah selesai dilaksanakan di lapangan tembak Batujajar, Bandung pada 5 April 2011.

Pengujian ini di hadiri oleh para pejabat Staf Umum Angkatan Darat, Kementrian Pertahanan RI, Dislitbangad, Ditpalad serta dari pihak pabrikan Hanwa Corporation Korea.

Tujuan penembakan ini adalah untuk mencari Spesifikasi Standart Penerimaan (SSP)dari Yon Armed sebagai pengguna yang nantinya akan memperkuat Alutsista kesenjataan Armed, ini sesuai dengan rencana pembangunan postur TNI AD tahun 2004-2024 yang dijabarkan dalam rencana strategis periode II 2010 – 2014. Meriam 105 mm KH 178 tersebut akan ditempatkan di beberapa Satuan Armed antara lain : Yonarmed 9/ Kostrad, Yonarmed 8/ Kostrad dan Yonarmed 15 Dam II/ Sriwijaya.






Thailand-Kamboja Sepakati Pengiriman Tim Peninjau Indonesia


JAKARTA - Proses perundingan antara Thailand-Kamboja yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Kedua belah pihak menyepakati terms of reference (TOR) pengiriman tim peninjau ke wilayah perbatasan Thailand-Kamboja yang menjadi sengketa.

Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan terpisah antara Menlu RI Marty Natalegawa dengan Menlu Kamboja Hor Namhong, dan berikutnya, Menlu Thailand Kasit Piromya. Pertemuan digelar di Boardroom 3 area KTT ASEAN, Jakarta Convention Center (JCC), Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (6/5).

"Satu hal yang positif yang patut disyukuri adalah bahwa kerangka acuan bagi pengiriman peninjau Indonesia sudah disepakati kedua negara," kata Marty kepada wartawan usai bertemu dengan Kasit.

Menurut Marty, persetujuan Kamboja terkait pengiriman tim berjumlah 30 orang itu sudah disampaikan secara formal melalui nota diplomatik. Thailand belum mengirimkan nota tersebut, namun secara prinsip telah menyetujuinya.

Saat ini, imbuh Marty, tidak ada lagi perundingan mengenai TOR pengiriman tim peninjau. Fokus perhatian beralih pada implementasi dari TOR tersebut. Lebih tepatnya kapan tim peninjau itu bisa diterjunkan ke perbatasan.

Mantan Dubes Inggris ini mengatakan, Thailand mengajukan syarat penarikan mundur pasukan Kamboja lebih dulu dari wilayah yang disengketakan. Namun, kata Marty, RI tidak mau memakai istilah penarikan mundur tentara tersebut.

"Kami tidak menggunakan istilah penarikan mundur, melainkan istilah bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif sebelum tim peninjau Indonesia dapat dikirimkan," jelas pria berkacamata ini.

Dalam dua hari ini, menurut Marty, ia masih akan bertemu dengan menlu Thailand dan Kamboja untuk mendiskusikan waktu pengiriman tim Indonesia. Bila memungkinkan, pertemuan dilakukan secara trilateral, tidak terpisah seperti sebelumnya.

"Dalam dua hari ini kami akan duduk bersama dengan kedua Menlu tadi mencoba mendefinisikan kondisi kondusif apa yang dibutuhkan sebelum tim peninjau Indonesia dapat dikirimkan ke perbatasan," ujarnya.

Sumber : DETIKNEWS.COM

Friday, May 6, 2011

Profil ASEAN: Brunei Darussalam

Jumat, 6 Mei 2011 15:11 WIB | 392 Views
Ilustrasi Brunei (Grafis)
Berita Terkait
Jakarta (ANTARA News) -  Brunei Darussalam terkenal  dengan kemakmuran dan ketegasannya dalam menjalankan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan maupun kehidupan bermasyarakat.
Negara mungil sangat kaya minyak ini terletak di pantai barat laut Pulau Kalimantan.  Bagian Barat adalah dataran pantai berawa, sedangkan di sebelah timurnya berbukit-bukit.
Titik tertinggi adalah bukit Pagon (1.850 m) dengan sungai utama, Sungai Belait.
Brunei terbagi  ke dalam empat distrik; distrik Brunei Muara, distrik Tutong, distrik Belait dan distrik Temburong.
Mesjid Raya Omar Ali Saifuddin yang dibangun di atas sebuah laguna buatan dan berinteriorkan marmer Italia adalah salah satu bangunan termegah di negara ini. Masih ada Kampung Ayer yang menjadi kawasan rumah panggung di mana  terdapat 28 desa di dalamnya.  Kampung ini sudah ada selama beberapa abad.
Lalu ada Pulau Ranggu di tengah sungai dekat Istana Nurul Iman.  Pulau itgu adalah habitat beragam monyet khas Kalimantan.
Bandar Seri Begawan adalah ibukota yang tertata rapi dengan penduduk hanya sekitar 60.000 jiwa.
Brunei Darussalam menganut bentuk pemerintahan Kerajaan Mutlak (monarki absolut) yang bersendikan ajaran Islam dari golongan Ahli Sunnah Waljamaah.  Falsafahnya adalah keadilan, amanah dan kebebasan.
Sultan Hassanal Bolkiah adalah kepala negara, kepala pemerintahan, pemimpin Kkeagamaan, sekaligus menteri pertahanan dan menteri keuangan. 
Sultan Bolkiah adalah keturunan ke-29 yang memerintah negeri tersebut dalam silsilah yang sudah berumur 500 tahun.
Pada 2004, dewan legislatif kembali diberlakukan sejak dibekukan pada 1984.  Dewan Legislatif dan Pardons Board bertugas memberi nasihat kepada Sultan berkaitan dengan adat istiadat dan pemberian pengampunan.
Di bidang pertahanan, Brunei memiliki perjanjian pertahanan dengan Inggris, di mana satu batalyon Angkatan Bersenjata Ghurka dari Kerajaan Inggris  secara permanen  ditempatkan di Seria, dekat pusat industri minyak Brunei.
Kekuatan militernya adalah Royal Brunei Angkatan Bersenjata (RBAF).  Secara priodik menggelar latihan bersama dengan Inggris dan banyak negara, termasuk Amerika Serikat.   Brunei dan Amerika Serikat menandatangani nota kesepahaman (MOU) kerjasama pertahanan pada November 1994.
Brunei bergabung dengan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 7  Januari 1984, seminggu setelah pernyataan kemerdekaan penuhnya. September tahun itu juga Brunei menjadi anggota PBB.
Tahun 2013, kepemimpinan ASEAN akan dipegang Brunei.
Di samping ASEAN dan PBB, negara mungil ini juga adalah anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).  Negara ini menuanrumahi  pertemuan APEC November 2000 dan Forum Regional ASEAN (ARF) Juli 2002.

Nama Resmi                            : Negara Brunei Darussalam (Negara Brunei yang penuh kedamaian)
Ibukota                                    : Bandar Seri Begawan
Luas Wilayah                           : 5.765km2
Jumlah Penduduk                      : 357,800jiwa (2004)
Bentuk Negara                         : Kesultanan Konstitusional
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan : Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Wadaulah, Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam
Agama                                      : Islam (mayoritas), Kristen, Budha, Animisme
Bahasa                                      : Bahasa Melayu dan Inggris
Mata Uang                                : Dollar Brunei ( B$)
Ekonomi                                  : minyak, pengilangan minyak, gas alam cair, konstruksi
Aditya
ANTARA

Tupolev Tu-160 Blackjack


Long-range strategic bomber

Tupolev Tu-160 Blackjack
The Tupolev Tu-160 Blackjack is the world's largest operational bomber
Entered service 1987
Crew 4 men
Dimensions and weight
Length 54.1 m
Wing span 35.6 m swept, 55.7 m spread
Height 13.1 m
Weight (empty) 118 t
Weight (maximum take off) 275 t
Engines and performance
Engines 4 x SSPE Trud NK-321 turbofans
Traction (dry / with afterburning) 4 x 137.20 / 245.16 kN
Maximum speed 2 220 km/h
Service ceiling 15.5 km
Range 12 300 km
Armament
Missiles 12 x Kh-55 (AS-15 "Kent-A") or Kh-55SM (AS-15 "Kent-B") cruise missiles.
12 x Kh-15P (AS-16 "Kickback")
Bombs free-fall bombs in place of the missiles

   The Tu-160 Blackjack is the world's largest operational bomber. Dwarfing the similar-looking B-1B Lancer, it is the heaviest combat aircraft ever built. Unlike the B-1B, the Tu-160 bomber remains committed to both low-level penetration (at transonic speeds) and high-level penetration at speeds of about Mach 1.9.
   Although the aircraft has a fly-by-wire control system all cockpit displays are conventional analogue instruments, with no multi-function or head-up displays. The long pointed radome houses a terrain following and attack radar. Below this is a fairing for a forward-looking TV camera used for visual weapon aiming.
   The development programme of the Tupolev Tu-160 was extremely protracted; the prototype Tu-160 first flew in 1981 and the second aircraft was lost in 1987. Series production was at Kazan and continued until January 1992, when President Yeltsin announced that no further strategic bombers would be built. It is believed that production totaled no more than 39 Blackjacks.
   Even after the aircraft entered service, problems continued to severely restrict operations and production began before a common standard and configuration was agreed. Thus wingspans, equipment fit, and intake configurations differ from aircraft to aircraft.
   Nineteen Tu-160s were delivered to the 184th Guards Heavy Bomber Aviation Regiment at Priluki beginning in May 1987. These were left at the Ukrainian base after the break up of the USSR in 1991 and, after protracted discussions between Ukraine and the Russian Federation, eight were returned to Russia in 1999. Scrapping of the remaining Tu-160s held in Ukraine began in late 1998 under a contract issued by the US government. In early 2001, six Russian Tupolev Tu-160s were declared operational as air-launched cruise missile carriers under the START treaty. These are assigned to the 121st Guards Heavy Bomber Aviation Regiment at Engels and were joined in 2001 by the first of the eight refurbished aircraft formerly held in Ukraine. Although perhaps up to a dozen further airframes are nominally serviceable it seems unlikely that Russia has sufficient funds to rework these aircraft. US-based Platforms International Corp. has acquired three demilitarized ex-Ukrainian Tu-160s which it is converting as Tu-160SK launchers for space vehicles.
http://www.military-today.com/aircraft/tupolev_tu160_blackjack.htm

BERITA POLULER