Pages

Tuesday, May 3, 2011

Russia begins test flights of Su-35S series fighter


Russia's Sukhoi aircraft manufacturer has started test flights of its first series-produced Su-35S Flanker-E multirole fighter, the company said on Tuesday.
The aircraft took off from the Komsomolsk-on-Amur airfield in Russia's Far East, spending one and a half hours in the air testing propulsion and control systems.
The Su-35 Flanker-E superiority fighter is powered by two 117S engines with thrust vectoring. It can effectively engage several air targets simultaneously using both guided and unguided missiles and weapon systems.
The aircraft has been touted as "4++ generation using fifth-generation technology."
After the tests are completed, the Su-35 will be transferred to the Russian Defense Ministry.
MOSCOW, May 3 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

SPI Minta TNI-AL Kawal Kapal Niaga


KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 bersama KRI Yos Sudarso-353 mengawal MV Sinar Kudus setelah dibebaskan para perompak. (Foto: Dispenal)

4 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Solidaritas Pelaut Indonesia (SPI) meminta TNI Angkatan Laut dapat memberikan pengawalan bagi kapal niaga berbendera Indonesia terutama yang melintasi perairan internasional yang rawan perompak.

Ketua Umum SPI, Pius Lajapera, saat diterima Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno di Jakarta Selasa, meminta agar TNI Angkatan Laut menempatkan personelnya pada kapal-kapal niaga berbendera Indonesia yang akan melintasi perairan internasional yang rawan perompak.

"Dengan begitu, kapal-kapal Indonesia bisa melewati jalur-jalur tersebut dengan perasaan tenang dan aman," katanya menambahkan.

Dalam kunjungan tersebut SPI secara khusus menyampaikan terima kasih atas peran serta TNI khususnya TNI Angkatan Laut dalam upaya pembebasan kapal MV Sinar Kudus beserta 20 awaknya yang dibajak perompak Somalia selama 46 hari.

Menanggapi itu, Kepala Staf Angkatan Laut Soeparno mengatakan, keterlibatan TNI termasuk TNI Angkatan Laut dalam upaya pembebasan Sinar Kudus merupakan bagian dari tugas TNI termasuk TNI Angkatan Laut untuk memberikan perlindungan dan pengamanan terhadap warga Negara Indonesia yang mendapat musibah di laut, termasuk juga masalah pembajakan atau penyanderaan.

"Hal ini merupakan tugas TNI termasuk TNI AL seperti yang diamanahkan dalam UU RI No. 34 tahun 2004 yaitu membantu pemerintah dalam tugas-tugas pengamanan pelayaran, pembajakan, dan perompakan," kata Kasal.

Tentang penempatan personel TNI Angkatan Laut di setiap kapal niaga berbendera Indonesai yang akan melintasi perairan rawan perompak atau pembajak, ia mengatakan, "pada intinya TNI Angkatan Laut siap,".

Kapal MV Sinar Kudus dibajak oleh perompak Somalia sejak 16 Maret 2011 dan membawa 20 awak kapal. Kapal Sinar Kudus yang memiliki bobot 8.911 ton membawa muatan feronikel dengan tujuan Belanda. Ketika dibajak, MV Sinar Kudus berada di perairan Somalia di posisi sekitar 350 mil laut tenggara Oman.

Sejak itulah selama 46 hari MV. Sinar Kudus disandera para pembajak dengan tuntutan meminta tebusan uang kepada pemilik kapal, sampai akhirnya kemudian dapat dibebaskan.

Saat ini MV Sinar Kudus telah bergerak meninggalkan perairan Somalia menuju ke pelabuhan Salalah, Oman, dengan pengamanan dan pengawalan kapal perang TNI AL KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353.

Sumber: ANTARA News

Panglima TNI: Tak Ada Ego Sektoral dalam Pembebasan ABK di Somalia


Febrina Ayu Scottiati - detikNews

Panglima TNI: Tak Ada Ego Sektoral dalam Pembebasan ABK di Somalia
Jakarta - Pasukan gabungan dari berbagai angkatan terlibat dalam operasi penyerangan perompak Somalia yang telah menyandera anak buah kapal (ABK) kapal Sinar Kudus. Mereka kompak menerjang perompak tanpa ada ego sektoral.

"Tidak ada sama sekali ego sektoral, dilakukan pasukan bersama-sama," ujar Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Berikut ini wawancara wartawan dengan Agus di kantor Puspen Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (2/5/2011):

Mengapa opsi militer dilakukan dan opsi tebusan juga dilakukan?

Pada umumnya pembebasan kapal yang dibajak, yang bisa dilakukan hanya kapal-kapal yang sedang berlayar. Pada saat kapal itu dijangkar, situasinya sudah berbeda. Tugas dari TNI adalah yang pertama bagaimana menyelamatkan ABK, tadi sudah saya sebutkan, beberapa pertimbangan bahwa ABK tidak setiap saat berada di kapal itu, ini yang menjadi pertimbangan tersendiri mengapa harus dilakukan.

Untuk memastikan seluruh anak buah kapal itu aman dengan tebusan, itu adalah sudah dijamin pasti seluruh anak buah kapal berada di kapal. Karena pada saat dropping dilakukan, dipastikan dulu, bahwa jumlah anak buah kapal lengkap, baru yang terakhir di drop. Baru dari situ kita ketahui anak buah kapal Sinar Kudus aman.

Pertimbangan yang pertama adalah itu, manakala anak buah kapal Sinar Kudus tidak lengkap kita lakukan operasi tentunya ada yang ketinggalan. Makanya kita harus lakukan negosiasi.

Saat perompak dilumpuhkan, apakah mereka mengancam atau karena memang prosedur seperti itu?

Memang pada saat perencanaan, setelah ABK diselamatkan, lalu (TNI) melakukan pengejaran. Pada saat (TNI) melakukan pengejaran mereka melakukan perlawanan.

Ke depannya TNI kawal kapal Indonesia?

Beberapa negara lain memang sudah mengawal. Indonesia akan kaji apakah layak menempatkan pasukan di sana atau mengawal kapal Indonesia yang berlayar melintas di sana. Tapi harus dihitung dulu frekuensi kapal yang melintas di sana atau kirim personel. Nanti dibahas mana yang akan dipilih.

Bahwa sampai saat ini banyak kapal negara lain yang belum dibebaskan. Ada kebersamaan negara lain kalau kita ingin menyelesaikan bersama-sama. Dengan mengamankan jalur pelayaran, yang ditempatkan di sana pasukan multinasional di titik tertentu agar terjamin keamanan. Tapi belum ada pembahasan penanganan kapal yang dibajak. Semoga hal ini bisa dipertimbangkan Dewan Keamanan PBB.

Beberapa waktu lalu kapal Singapura juga dibajak, ada 13 WNI. Kami akan berkoordinasi karena bendera kapal milik Singapura, segala kegiatan harus selalu izin pemerintah Singapura. Penjajakan kemungkinan dilakukan bersama-sama.

Berapa jumlah pasukan yang dikerahkan di Somalia?

Di situ ada Marinir, Kostrad, Kopaskhas. Kalau komandannya itu Kolonel Taufik
Kemudian manakala penyerangan dilakukan lagi, dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Alphan.

Puas dengan penyerangan?

Tingkat kepuasan TNI adalah bagaimana TNI dapat menyelesaikan tugas pokok yang diberikan. Tugas pokok yang diberikan adalah ABK dan selamatkan kapal.

Apakah pasukan masih ada di sana?

Pasukan kita sudah tidak ada di sana

Apakah tebusan akan memanjakan para perombak?

Tergantung dari persepsi setiap orang. Banyak negara yang kapalnya dibajak dengan penyelesaiannya seperti itu.

Pihak dispanser itu siapa Pak?

Mereka satu paket untuk dropping, bekerja di manajemen, mengangkut, menyewa pesawat khusus yang dibawa Samudera Indonesia. Tapi kami menempatkan personel Samudera Indonesia dan TNI jadi tahu betul. Petugas tersendiri yang disewa. Sudah ada orang dan bukan dari TNI.

Apakah ada gesekan pasukan?

Tidak ada sama sekali ego sektoral, dilakukan pasukan bersama-sama.

Pasukan kita muncul pada saat penyelamatan seperti apa? Apakah dalam mengintai jauh, lalu dari mana tahu ada empat perompak mati?

Kapal piket kita pada saat melakukan penyelamatan, kita melakukan penyelamatan jarak terdekat yang diperbolehkan oleh pembajak. Kita diberi jarak 15 km dari jarak kapal Sinar Kudus, oleh karena itu persiapan kita yang bisa kita lakukan adalah kita terus lakukan komunikasi.

Kesulitan kita yang pertama adalah ketika kita mengetahui apakah pembajak itu masih berada di kapal atau tidak, kita terus melakukan komunikasi dan terus melihat gelagat dari kapal terus mendengar informasi dari kapal.

Kenapa tidak dikejar semua?

Rupanya pembajak ini sudah mempunyai pengalaman untuk bagaimana menurunkan para pembajak. Jadi dari 82 (pembajak) diturunkan secara bertahap sehingga manakala yang sudah turun ini dilakukan pengejaran pasti anak buah yang berada di Sinar Kudus masih dalam genggaman para pembajak, itulah risiko yang selalu kita perhitungkan.

Osama bin Laden telah tewas, apa yang akan dilakukan TNI?

Kita TNI dan Polri selalu meningkatkan penjagaan agar hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi. Ini juga harus kerjasama dari masyarakat dan rekan-rekan wartawan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan.

DETIK

Danlanal Yogyakarta : “Pantai Selatan Memerlukan Dermaga”



3 Mei 2011, Surabaya (Lantamal V): Komandan Lanal Yogjakarta Kolonel Laut (S) Aloysius Pramono, S.E., M.M mengatakan bahwa pengamanan pantai selatan D.I. Yogyakarta mengalami kesulitan karena tidak adanya dermaga untuk mendarat kapal angkatan laut.

“Di perairan DIY hingga jini memang belum memiliki dermaga. Kondisi ini membuat kapal tak bisa merapat ke daratan. Sehingga kita belum menempatkan kapal kita di perairan pantai selatan di DIY”. Ungkap Danlanal Yogyakarta Kolonel Laut (S) Aloysius Pramono, S.E., M.M. saat mengadakan kunjungan kerja ke pantai selatan Bantul (1/5).

Dalam menjaga keamanan laut, Lanal Yogyakarta hanya memanfaatkan peralatan seadanya. Dari panjang pantai selatan di D.I. Yogyakarta sekitar 110 km, Lanal Yogyakarta hingga kini fokus pengamanan di Pantai Gesing, Gunung Kidul. Pasalnya hingga kini pantai ini sering dijadikan tempat pendaratan bagi imigran gelap.

Dalam menjaga kemananan laut, Lanal Yogyakarta hanya menindak lanjuti bila ada pelanggaran seperti imigran gelap maupun pencurian ikan. Tetapi untuk penindakan sepenuhnya akan diserahkan ke pihak berwajib.

“Untuk membangun dermaga merupakan kewenangan dari Pemda yang memiliki wilayah. Bila terdapat dermaga kita mampu menempatkan kapal untuk menjaga keamanan. Selain itu Angkatan Laut dapat membantu nelayan mencari ikan,” tegasnya.

Sumber: Lantamal V

Awak Kapal Perang AS Temui Wali Kota



Beberapa tentara angkatan laut Amerika mengikatkan tambang Kapal Perang USS Guardian (MCM-5). (Foto: ANTARA/Satya Bati/Koz/pd/11)Selasa, 3 Mei 2011 20:24 WIB | 535 Views
Berita Terkait
Komandan, Leutenant Comander K. R Brown dari Angkatan Laut Amerika disambut dengan tarian Pendet saat kapal perang USS Guardian (MCM-5) yang ber-tipe Kapal Anti Ranjau merapat di Pelabuhan Benoa, Bali, Selasa (3/5).Kapal USS Guardian (MCM-5) dengan membawa 20 Perwira dan 86 anggota, rencananya akan melakukan kunjungan wisata di Bali dan akan melaksanakan latihan bersama dan melakukan kerjasama keamanan diwilayah Indonesia. (Foto: ANTARA/Satya Bati/Koz/pd/11)
 

Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah awak USS Guardian McM 5, kapal perang khusus penjinak ranjau milik Amerika Serikat, datang menemui Wali Kota Denpasar IB Rai D Mantra di Balai Kota Denpasar, Bali, Selasa.

Rombongan tamu yang dipimpin Timothy R Carter itu, tampak didampingi Adrian Jansen, Atase AL Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia di Jakarta dan Pasintel Lanal Denpasar Mayor Laut Jatiar Sinaga.

Awak USS Guardian McM 5 bertemu wali kota setelah pagi hari sebelumnya merapat di Pelabuhan Benoa Denpasar, untuk serangkaian misi kerja sama latihan dan mempererat persahabatan dengan TNI Angkatan Laut.

"Hari ini tepat pukul 09.00 Wita, kita kedatangan kapal US Navi yang sudah lama ingin singgah ke sini, dan baru hari ini kesampaian bisa tiba di Bali," ujar Komandan Pangkalan Laut Denpasar Kolonel Laut (P) Wayan Suarjaya seusai menyambut kedatangan USS Guardian dengan menghadirkan tarian tradisional Bali.

Suarjaya mengatakan, kedatangan kapal tersebut antara lain untuk menjalin kerja sama dan mempererat persaudaraan antara TNI AL dengan US Navy.

"Salah satunya untuk mempererat persaudaraan TNI AL dengan US Navy. Oleh karena itu, nanti akan dilaksanakan kegiatan olahraga bersama. Ke depannya, akan lebih banyak lagi kapal-kapal negara lain yang akan singgah ke Bali," ujar Suarjaya.

Mewakili seluruh awak kapal yang dikomandani Leutnant Comander KR Brown itu, Adrian Jansen mengatakan bahwa awak kapal perang Amerika Serikat tersebut sangat merasa senang bisa berkunjung ke Bali, khususnya ke Denpasar.

Untuk meningkatkan kerja sama, kata dia, pihaknya siap mempromosikan keindahan dan aneka budaya yang dimiliki Kota Denpasar di Amerika.

Adrian Jansen mengungkapkan, kapal perang USS Guardian memiliki bobot 1.345 ton dengan panjang 67,2 meter dan lebar 5,3 meter.

Kapal tersebut memiliki pangkalan di tiga negara besar seperti Jepang, Korea Selatan dan Jerman, dan pelayaran kali ini merupakan serangkaian lawatan yang dimulai dari Singapura lalu menuju Makassar dan dilanjutkan ke Dili, Timor Leste.

Dari Dili kapal menuju Darwin, Australia dan setelah menempuh perjalanan selama empat hari dari Darwin, kapal tiba Pelabuhan Benoa Denpasar.

Adrian Jansen menyebutkan, Bali bukanlah tujuan yang terakhir, sebab awak kapal masih ada misi "join training" di Surabaya, Jawa Timur.

Menurut Adrian Jansen, USS Guardian yang membawa 20 perwira dan 86 ABK, akan berada selama enam hari di Denpasar.

Adrian Jansen mengatakan, selama berada di ibu kota Provinsi Bali itu, pihaknya akan melakukan kunjungan ke sejumlah sekolah guna menularkan pengetahuan tentang kemaritiman atau kelautan.

Ia yang bertugas di Kedutaan AS di Jakarta mengharapkan ke depannya kerja sama saling mengunjungi bisa dilaksanakan untuk mempromosikan daerah masing-masing.

Wali Kota Rai Mantra di hadapan tamunya mengatakan, kunjungan angkatan perang AS ke Denpasar merupakan suatu kehormatan. Ke depannya, hubungan yang telah berlangsung baik ini terus dapat ditingkatkan dengan saling mempromosikan tempat wisata di masing-masing daerah.

"Walaupun kunjungan para awak Angkatan Laut Amerika ke Denpasar tergolong singkat, namun kami harapkan dapat dijadikan sebagai ajang promosi pariwisata Bali, khususnya Denpasar," ujar Rai Mantra.(*)
(T.P004/Z003) 


ANTARA

TNI Kerahkan F-16 Amankan KTT ASEAN

Menhan : F-16 TNI AU Akan Diupgrade Block 32


0
Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia mengerahkan satu "flight" F-16 Fighting Falcon dari Skuadron Udara 3 Pangkalan Udara Iswahjudi untuk mendukung pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi ke-18 ASEAN di Jakarta, 4-8 Mei.

Satu "flight" F-16 Fighting Falcon itu tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa.

Pengamanan KTT ASEAN 2011 oleh satu "flight" F-16 Fighting Falcon itu dipimpin langsung Komandan Skuadron 3 Pangkalan Udara Iswahjudi Letkol Pnb Ian Fuady.

Satu flight F-16 Fighting Falcon setiap hari secara bergantian melakukan patroli udara untuk mengamankan wilayah udara Jakarta dan sekitarnya, menjelang, saat, maupun beberapa hari sesudah pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN.

Kehadiran satu flight pesawat tempur F-16 itu merupakan bagian dari Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Udara (Satgaspamwilud) dengan Panglima Kohanudnas sebagai Komandan Satgaspamwilud.

Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Suryo Prabowo selaku Ketua Koordinator Bidang Pengamanan/ Komandan Komando mengatakan, "Satgaspamwilud akan menyiagakan pesawat tempur sergap dan helikopter serta satuan radar untuk mendeteksi seawal mungkin kemungkinan ancaman dan gangguan di wilayah udara nasional selama pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN,".

Selain pesawat tempur, helikopter dan satuan radar, pengamanan udara selama KTT ke-18 ASEAN juga didukung

peralatan CMOV (Communication and Monitoring Observation Vehicle) and COMOB (Communication Mobile) dan Jammer Mobile yang dimiliki Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI.

Alat itu berfungsi sebagai komando pengendali utama Pangkohanudnas dalam setiap operasi dan latihan yang dilaksanakan Kohanudnas.

Dalam operasionalnya peralatan tersebut berfungsi sebagai alat memonitor data radar dan komunikasi dengan pesawat dalam latihan, selain itu peralatan ini juga dilengkapi dengan sarana "interconnect" yang dapat digunakan untuk berkomunikasi antara Kohanudnas dengan satuan jajaran.(*)
(T.R018/N002)


ANTARA

Tu-16 (1) : Awal Kehadiran Pembom Termasyur TNI-AU


22/01/2009
Sang Pembon Legendaris
Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60-an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan. Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60-an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam(B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia.
Gelar “singa” tentu bukan tanpa alasan, di awal tahun 60-an TNI-AU sudah memiliki arsenal pembom tempur mutakhir (dimasanya-red) Tu-16, yang punya daya jelajah cukup jauh, dan mampu membawa muatan bom dalam jumlah besar. Pembelian Tu-16 AURI didasari, terbatasnya kemampuan B-25, embargo suku cadang dari Amerika, dan untuk memuaskan ambisi politik.
“Tu-16 masih dalam pengembangan dan belum siap untuk dijual,” ucap Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov kepada Bung Karno (BK) suatu siang di penghujung tahun 50-an. Ini menandakan, pihak Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Indonesia membeli Tu-16. Tapi apa daya Rusia, AURI ngotot. BK terus menguber Zhukov tiap kali bersua. “Gimana nih, Tu-16-nya,” kira-kira begitu percakapan dua tokoh ini. Akhirnya, mungkin bosan dikuntit terus, Zhukov melaporkan juga keinginan BK kepada Menlu Rusia Mikoyan. Usut punya usut, kenapa BK begitu semangat? Ternyata, Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. “Saya ditugasi Pak Surya (KSAU Suryadarma-Red) menagih janji Bung Karno setiap ada kesempatan,” aku Marsda (Pur) RJ Salatun tertawa.
Ketika ide pembelian Tu-16 dikemukakan Salatun saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-kepala Staf kepada Suryadarma tahun 1957, tidak seorangpun tahu. Maklum, TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Namun dari pemberontakan itu pula, semua tersentak. AURI tidak punya pembom strategis! B-25 yang dikerahkan menghadapi AUREV (AU Permesta), malah merepotkan. Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki Tu-16 semakin terbuka.
Salatun yang menemukan proyek Tu-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, menyampaikannya kepada Suryadarma. “Dengan Tu-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang,” jelasnya kepada KSAU. “Bagaimana pangkalannya,” tanya Pak Surya. “Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet,” jawab Salatun. Seiring disetujuinya rencana pembelian Tu-16 ini, landas pacu Lanud Iswahyudi, Madiun, kemudian turut diperpanjang.
Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru terealisasi 1 Juli 1961, ketika Tu-16 pertama mendarat di Kemayoran. Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”. Caranya, Cina diminta menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan Tu-4m Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Jadi, pemilihan Tu-16 memperkuat AURI bukan semata alat diplomasi. Penyebab lain adalah embargo senjata Amerika. Padahal saat bersamaan, AURI sangat membutuhkan suku cadang B-25 dan P-51 untuk menghantam AUREV.
Tahun 1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution. Sampai kedatangannya, delegasi belum tahu, apakah Tu-16 sudah termasuk dalam daftar persenjataan yang disetujui Soviet. Perintah BK hanya, cari senjata. Apa yang terjadi. Tu-16 termasuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. Betapa kagetnya delegasi.
“Karena Tu-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan juga kepada negara sahabat lain,” ujar Menlu Mikoyan. Mulai detik itu, Indonesia menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pembom strategis selain Amerika, Inggris dan Rusia sendiri. Hebat lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan Anti Radiation Paint cat khusus anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. “Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir,” tutur Salatun. Usul tersebut ditolak.
Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II.
Mulai tahun 1961, ke-24 Tu-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. Pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran dikemudikan oleh Komodor Udara (sekarang Marsda TNI Pur Cok Suroso Hurip). Mendapat perhatian terutama dari kalangan intel Amerika.
Kesempatan pertama intel-intel AS melihat Tu-16 dari dekat ini, memberikan kesempatan kepada mereka memperkirakan kapasitas tangki dan daya jelajahnya. Pengintaian terus dilakukan AS sampai saat Tu-16 dipindahkan ke Madiun. U-2 pun mereka libatkan. Wajar, di samping sebagai negara pertama yang mengoperasikan Tu-16 di luar Rusia, kala itu beraneka ragam pesawat blok Timur lainnya berjejer
di Madiun. (bersambung di jilid 2)
SUMBER :http://indomiliter.wordpress.com/2009/01/22/tu-16-1-awal-kehadiran-pembom-termasyur-tni-au/

Tu-16 Badger
Tu-16 Badger E.jpg
Tu-16 Badger
 Tipe Strategic bomber
 Produsen Tupolev
 Terbang perdana 27 April 1952
 Diperkenalkan 1954
 Dipensiunkan 1993 (in Soviet Union and Russia)
 Status Xian H-6 in service
 Pengguna Soviet Air Force
Egyptian Air Force
Indonesian Air Force
Iraqi Air Force
 Jumlah produksi 1,509[1]
 Varian Tupolev Tu-104
Tupolev Tu-124
Xian H-6
Tupolev Tu-16 (dijuluki NATO dengan nama Badger) adalah sebuah pesawat jet bomber bermesin ganda yang dikembangkan dan digunakan oleh angkatan udara Uni Soviet. Pesawat ini telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun, dan masih beroperasi di angkatan udara Tiongkok dengan varian Xian H-6.
Dirancang untuk menjadi serba bisa, Tu-16 diprodukasi dalam berbagai varian untuk mata-mata, patroli maritim, pengumpul data elektronik intelijen, dan perang elektronik. Sebanyak 1507 pesawat dibangun di tiga pabrik pesawat di Uni Soviet antara tahun 1954 hingga tahun 1962. Varian untuk sipil, Tu-104 Camel, menjadi pesawat penumpang untuk maskapai penerbangan Uni Soviet, Aeroflot.
Tu-16 sempat diekspor ke Mesir, Indonesia dan Iraq. Pesawat pembom strategis ini terus digunakan oleh angkatan udara dan angkatan laut Uni Soviet (kemudian Rusia) hingga tahun 1993.

Tu-16 dan TNI-AU

25 unit pesawat bomber ini varian Tu-16KS-1 dimiliki oleh AURI (nama TNI-AU waktu itu) di tahun 1961. Pesawat-pesawat ini digunakan untuk mempersiapkan diri salam Operasi Trikora tahun 1962 untuk merebut kembali Irian Barat dari Belanda. Semua pesawat ini direncanakan untuk menyerang Karel Doorman, kapal induk angkatan laut Belanda yang tengah berlayar dekat Irian Barat saat itu menggunakan rudal anti kapal AS-1 Kennel,
14 unit Tu-16 tergabung dalam Skadron 41 dan sisanya di Skadron 42. Kedua skadron ini bermarkas di Pangkalan Udara AURI Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur. Semua unit Tu-16 tidak diterbangkan lagi di tahun 1969 dan keluar dari armada AURI di tahun 1970.

WIKIPEDIA

BERITA POLULER