Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin seraya mengkritik intervensi militer NATO di Libya, mengatakan, Barat telah melanggar mandat PBB dengan mencoba untuk membunuh pemimpin Libya Muammar Gaddafi. "Barat mengatakan bahwa mereka tidak ingin membunuh Gaddafi. Sekarang beberapa pejabat menuturkan, Ya, kami mencoba untuk membunuh Gaddafi. Siapa yang mengizinkan ini, apa sudah ada sidang yang digelar? Siapa yang mengambil hak untuk mengeksekusi Gaddafi?" tanya Putin seperti dilansir Reuters pada hari Selasa (26/4).
Putin mengeluarkan pernyataannya sehari setelah pesawat tempur NATO menghancurkan sebuah bangunan di kompleks Gaddafi di ibu kota Tripoli, Libya.
Setelah pembicaraan dengan sejawatnya dari Denmark Lars Lokke Rasmussen di Kopenhagen, PM Rusia mengatakan, masyarakat yang disebut beradab telah mengeroyok Libya. Putin tampaknya diam-diam menyimpulkan bahwa Barat tengah berupaya menguasai cadangan minyak negara Afrika Utara itu.
Sejak awal serangan udara terhadap Libya, Rusia telah berulang kali mengkritik Barat dan memprotes resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB. Menurut Moskow, resolusi yang bertujuan menegakkan zona larangan terbang di Libya untuk melindungi warga sipil, adalah "seruan untuk Perang Salib" dan telah menjadi bumerang dengan jatuhnya korban sipil.
Rusia sendiri abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk merilis resolusi atas Libya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan timpalannya dari Inggris Liam Fox pada hari Selasa mengatakan, kompleks Muammar Gaddafi adalah sasaran yang "sah".
"Kami menganggap seluruh pusat komando dan kendali adalah sasaran sah dan kami telah mendapat (sasaran) di tempat lainnya," kata Gates dalam konferensi pers setelah pembicaraan dengan Fox.
Gates dan Fox bertemu di Washington hari Selasa untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan tekanan militer terhadap rezim Gaddafi, Departemen Pertahanan AS mengatakan.
Setelah pertemuan, Fox mengatakan bahwa pasukan oposisi telah mendapatkan momentum dalam kampanyenya terhadap loyalis Gaddafi dan berhasil memaksa mereka mundur.
"Kami telah melihat beberapa kemajuan di Misrata. Dan itu sangat jelas bahwa rezim semakin terdesak," kata Fox. (IRIB/RM/PH)
IRIB