Pages

Monday, April 4, 2011

TNI-AU Bakal Miliki Simulator Super Puma



Simulator AS-332 Super Puma

JAKARTA - TNI Angkatan Udara segera memiliki simulator helikopter Super Puma untuk mendukung keterampilan dan keahlian penerbang-penerbang helikopter.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro menjawab ANTARA di Jakarta, Jumat (1/4) mengatakan, simulator dibangun di Pangkalan Udara Atang Sendjaya, Bogor.

"Di sana kan ada dua skuadron udara helikopter yakni Skuadron Udara 6 (Super Puma) dan Skuadron Udara 8 (Puma)," katanya.

Bambang mengatakan, gedung simulator helikopter Super Puma NAS 332 di Lanud Atang Senjaya telah memasuki tahap instalasi dan "finishing".

Ia menambahkan, pembangunan simulator helikopter Super Puma itu dilakukan oleh tiga pihak yakni PT Dirgantara Indonesia (perakitan), Inggris (pengerjaan sistem komputer avionik) dan Belanda (layar monitor/motion picture).

"Dengan keberadaan simulator itu keterampilan dan keahlian para penerbang dapat dipertahankan atau ditingkatkan dan jam terbang helikopter pun dapat di hemat," kata Bambang.

Tentang kelanjutan pengadaan helikopter Super Puma dari PT Dirgantara Indonesia, ia mengatakan, akan tetap dilanjutkan sesuai ketentuan kerja sama yang telah disepakati TNI Angkatan Udara dan PT DI.

"Selama periode 2010-2014, mereka akan menuntaskan tiga helikopter Super Puma yang sudah lama dikerjakan," katanya.

Sumber : ANTARA.CO.ID

Komandan Puspenerbal Resmikan Gedung Simulasi Pertempuran Laut, NACS



Komandan Puspenerbal Laksma TNI H. Sipahutar, M.Sc., Rabu (30/3) meresmikan penggunaan Gedung Naval Aviation Combat Simulator (NACS) yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh ibu Linda Halomoan Sipahutar diikuti Komandan, Wadan, para Direktur Puspenerbal Danwing 1 dan Danwing 2.

Simulator pertempuran laut NACS ini dibangun dan dikembangkan sebagai simulasi taktik pertempuran pesawat udara yang sekaligus dapat difungsikan sebagai simulasi taktis operasi yang memiliki kemampuan peperangan laut meliputi peperangan permukaan atas air, peperangan bawah air dan udara.

Peralatan simulator dibangun dengan tujuan sebagai sarana latihan taktik pertempuran laut yang dirancang dapat diintegrasikan melalui platform fixed wing, rotary wing, surface ship dan submarine.











Perajin di Purbalingga Hasilkan Knalpot Untuk Anoa di Lebanon


PURBALINGGA - Setelah mendapat kepercayaan dari sejumlah ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) mobil terkenal seperti Mercedes Benz, Suzuki, Daihatsu, dan Toyota, knalpot produksi perajin Purbalingga (Jateng) ternyata juga digunakan pada kendaraan tempur jenis panser dan tank.

''PT Pindad yang secara rutin memesan knalpot Purbalingga, tak hanya menggunakannya untuk panser bagi TNI-AD. Tapi juga untuk panser yang dibuat guna memenuhi pesanan dari Malaysia dan Lebanon,'' kata seorang perajin knalpot Purbalingga, Muhajirin, Jumat (1/4).

Dia menyebutkan, pesanan knalpot untuk kendaraan tempur TNI-AD, sebenarnya sudah dilakukan PT Pindad sejak tahun 2009/2010. Pada saat itu, jumlah permintaan memang tidak banyak, rata-rata 150 buah knalpot per tahun. Sedikitnya pesanan knalpot tersebut, karena pesanan pembuatan tank oleh TNI kepada PT Pindad juga masih sedikit.

Namun pada tahun 2011 ini, PT Pindad juga mendapat pesanan pembuatan panser dari Malaysia dan Lebanon. Berdasarkan informasi yang diperoleh Muhajirin dari PT Pindad, panser yang dipesan adalah kendaraan tempur Panser Anoa 6 kali 6. ''Untuk kebutuhan pembuatan panser tersebut, kami juga mendapat permintaan untuk memenuhi kebutuhan knalpotnya,'' katanya.

Saat ini, Muhajirin mengaku telah mengirimkan 11 unit knalpot untuk panser Anoa pesanan Lebanon, dan 32 unit knalpot untuk Panser pesanan dari Malaysia. Knalpot yang dipesan, ermasuk bagian mufler (kendang knalpot) dan exhause (pipa pengeluaran)-nya.

Menurutnya, Panser Anoa 6 X 6 adalah sejenis kendaraan tempur pengangkut personil atau APC (Armoured personal carrier) dengan sistem penggerak 6 roda simetris.

Sebelumnya, Muhajirin mengaku telah secara rutin memasok mufler knalpot untuk jenis kendaraan panser mortir, panser recovery, dan panser Anoa-2. Semua pasokan atas permintaan PT Pindad.

''Hingga saat ini, kami telah mengirimkan 300 unit knalpot untuk kendaraan tank dan panser yang digarap PT Pindad. Dalam waktu dekat, kami juga tengah diminta memasok lagi knalpot untuk tank-tank model baru yang akan dibuat untuk memperkuat kendaraan TNI,'' katanya.

Dipilihnya knalpot produksi perajin Purbalingga, antara lain karena karena kualitasnya cukup baik dan mampu meredam suara.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Thursday, March 31, 2011

Naval strike aircraft to be part of Russian Air Force

13:28 23/03/2011

Naval strike aircraft will be reassigned to the Russian Air Force by the end of 2011, a high-ranking Navy source told RIA Novosti on Wednesday.
"The strike component of naval aviation will be transferred under the control of the Russian Air Force by the end of the year," the source said.
Naval strike aircraft include Tu-22M3 Backfire long-range bombers, MiG-31 Foxhound interceptors, Su-27 Flanker fighter jets, and Su-24 Fencer attack aircraft.
"Black Sea Fleet's Su-24 attack aircraft based in the Crimea under a treaty with Ukraine will remain under control of the Navy as an exception," the source added.
The Navy will also retain control over Su-33 Flanker D and Su-25UTG Frogfoot carrier-based aircraft, Il-38 May and Be-12 anti-submarine warfare aircraft. The transfer of the naval transport aircraft fleet to the Air Force is still under discussion.
According to the source, the Russian navy will soon start receiving MiG-29K Fulcrum fighter jets.
Russia's only aircraft carrier, the Admiral Kuznetsov, is capable of carrying 26 Su-33 and MiG-29K aircraft.
Russia is aiming to finish drafting plans for a new nuclear-powered aircraft carrier for its Navy by 2012 and build at least three of the ships for its Northern and Pacific fleets.
MOSCOW, March 23 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

Trends in Nunn-McCurdy Cost Breaches for Major Defense Acquisition Programs


Trends in Nunn-McCurdy Cost Breaches for Major Defense Acquisition Programs


Statement of Michael J. Sullivan, GAO Director for Acquisition and Sourcing Management, before the Committee on Homeland Security and Governmental Affairs, Subcommittee on Federal Financial Management, Government Information, Federal Services and International Security, United States Senate; March 29, 2011
This testimony discusses tools available to minimize Department of Defense (DOD) cost overruns and our recent work on the Nunn-McCurdy process.
This statement focuses on (1) trends in Nunn-McCurdy breaches, (2) factors that may be responsible for these trends, (3) changes DOD is making or proposing to make to the Nunn-McCurdy process, and (4) other tools DOD can use to minimize cost overruns. This testimony includes information from our March 2011 report on Nunn-McCurdy breaches, which is being released today.
Since 1997, there have been 74 Nunn-McCurdy breaches involving 47 major defense acquisition programs. There were a larger number of breaches in 2001, 2005, 2006, and 2009, which coincides with new statutory requirements or changes presidential administration.
As a result of Congress requiring DOD to measure cost growth against the original baseline estimate, the number of breaches reported increased in 2005 and 2006. The number of breaches was also high in 2001 and 2009-- the first years of new presidential administrations. During both transitions, no annual comprehensive Selected Acquisition Reports (SAR) were submitted, which, along with other factors, may have affected when breaches were reported.
Nunn-McCurdy breaches are often the result of multiple, interrelated factors. Our analysis of DOD data and SARs showed that the primary reasons cited for the unit cost growth that led to Nunn-McCurdy breaches were engineering and design issues, schedule issues, and quantity changes. For example, we reported in 2003 that the Space Based Infrared System High program began with immature technologies and was based on faulty and overly optimistic assumptions about software reuse and productivity levels, the benefits of commercial practices, management stability, and the level of understanding of requirements. The program has breached four times.
A large number of programs that breached also cited revised estimates, due in part to changing assumptions; requirements changes; and economic changes, such as labor and overhead rates, as factors that contributed to the breaches.
DOD has instituted a process to provide earlier warning of potential Nunn-McCurdy breaches and plans to propose changes to the Nunn-McCurdy process to reduce several statutory requirements for breaches caused by quantity changes. Specifically, the Joint Staff has implemented a process to provide an earlier evaluation of the factors that are contributing to cost growth so that programs can take mitigating actions before experiencing a significant Nunn McCurdy breach.
This new process has merit, as our analysis shows that nearly 40 percent of Nunn-McCurdy breaches occurred after a production decision had been made--when a program has fewer options for restructuring. DOD plans to propose a legislative amendment to reduce several statutory requirements added in 2009 for Nunn-McCurdy breaches when it determines that a breach was caused primarily by quantity changes that were unrelated to poor performance.
According to DOD, not all breaches are indicators of poor performance because quantity reductions or capabilities added to a program after it begins can affect unit cost. The Nunn-McCurdy process can be a useful mechanism for holding programs accountable for cost growth and restructuring them in the wake of cost growth; however, its effect is limited because, in general, programs have already experienced significant problems by the time it is triggered.
It is not realistic to expect cost growth to be entirely preventable, but it can be significantly reduced. To put programs in a position to minimize the risk of cost growth, DOD must use the tools available to it to establish programs in which there is a match between requirements and resources--including funding-- from the start and execute those programs using knowledge-based acquisition practices.
In our previous work, we have identified proven management practices--many of which have been incorporated into DOD policy, but have yet to be fully implemented in practice--that can serve as tools to prevent DOD cost overruns. Greater adherence to practices at key phases of the acquisition process can help reduce weapon system costs, contain pressures for increased funding, and better address critical warfighter needs
DEFENCE TALK: http://www.defencetalk.com/trends-in-nunn-mccurdy-cost-breaches-for-major-defense-acquisition-programs-33131/#ixzz1I9v0MGm1

TNI Siap Bantu Tangani Bencana Sekunder Merapi

Kamis, 31 Maret 2011 12:27 WIB | 302 Views
Panglima Kodam IV Diponegoro, Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono (FOTO ANTARA/R. Rekotomo)
Berita Terkait
Hadir dalam kegiatan penyerahan tersebut jajaran TNI dan Komandan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta Kolonel Kav Sumedy, Kapolda DIY Brigjen Pol Ondang Sutarsa Budhi maupun muspida di Kabupaten Sleman.
Sleman (ANTARA News) - Panglima Kodam IV Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono menyatakan bahwa jajaran TNI Angkatan Darat siap membantu pemerintah dalam upaya menangani bencana skunder Gunung Merapi seperti banjir lahar dingin maupun dampak lainnya.

"TNI AD sebagai bagian dari bangsa yang maju siap untuk membantu pemerintah dalam upaya penaganan bencana, termasuk juga bencana skunder dari erupsi Gunung Merapi," katanya saat menyerahkan bantuan pembangunan hunian sementara yang dikerjakan jajaran TNI AD di Dusun Kuwang, Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Kamis.

Menurut dia, semua pihak harus belajar dari pengalaman negara Jepang dalam menghadapi bencana besar gempa bumi dan tsunami termasuk bencana skunder berupa radiasi nuklir.

"Masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana dahsyat bisa saling mendukung dan tidak menyalahkan pemerintah, mereka justeru bersemangat bangkit bersama pemerintah bekerja memulihkan kondisi," katanya.

Ia mengatakan, jajaran TNI khususunya Kodam IV Diponegoro setiap saat siap menerjunkan personel untuk membantu menangani bencana Gunung Merapi.

"Kami selalu siap jika seandainya Bupati Sleman sewaktu-waktu membutuhkan bantuan, seperti mengantisipasi dampak sekunder berupa banjir lahar dingin. Berapapun personel yang dibutuhkan kami siap terjunkan," katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo dalam kesempatan tersebut menyampaikan ucapan terimakasih atas nama seluruh masyarakat Kabupaten Sleman atas bantuan dan dukungan TNI dalam menyediakan "shelter" bagi korban bencana erupsi Gunung Merapi.

"Ini memberikan contoh semangat kebersamaan kepada warga, kebersamaan ini memang harus terus diwujudkan dalam membangun semua ini. Terlebih, hunian bagi warga yang menjadi korban erupsi, sangat dibutuhkan dengan secepatnya," katanya.


ANTARA

Wednesday, March 30, 2011

Panglima TNI Terima Pangab Laos dan Vietnam


Write e-mail Cetak PDF
tni_vietJakarta, Seruu.com - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E.  didampingi Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat, Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Tisna Komara, W., S.E., dan Wakapuspen TNI Brigjen TNI Avianto Saptono menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Laos MG. Sanyahak Phomvihane dan Panglima Angkatan Bersenjata Vietnam LTG Do Ba Ty  di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Rabu (30/3).
Kunjungan tersebut diawali dengan upacara penghormatan militer. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pertemuan Panglima Angkatan Bersenjata Negara-negara Asean atau Asean Chiefs of Defence Forces Informal Meeting (ACDFIM) ke-8 tahun 2011, yang akan dilaksanakan besok di Jakarta. [ir]

SERUU.COM

BERITA POLULER