Pages

Monday, March 28, 2011

RI Bisa Hibah Meriam ke Papua Nugini


28 Maret 2011
Meriam salute gun Paspampres (photo : Kaskus Militer)
(Foto: KOSTRAD)

JAKARTA (Suara Karya): Hibab empat unit meriam Salute Gun dari Republik Indonesia (RI) kepada militer Papua Nugini semakin terbuka. Ini menyusul persetujuan seluruh fraksi di DPR. Rencananya, persetujuan itu akan ditetapkan pada Sidang Parupurna DPR, Selasa (29/3).

"Dalam rapat internal di Komisi I DPR sebelumnya, seluruh fraksi yang ada telah menyetujui hibah tersebut. Selasa, tinggal ketuk palu," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, sebelum ketuk palu, Komisi I DPR akan melakukan pembahasan internal pada Senin (27/3). Agenda rapat, membahas pandangan fraksi dan dilanjutkan pengambilan keputusan. "Senin akan di-clear dalam rapat internal Komisi I," katanya.

Mahfudz menjelaskan, seluruh fraksi Komisi I DPR punya pandangan bahwa hibah itu tak akan memengaruhi kekuatan militer Indonesia. Artinya, ketersediaan meriam Indonesia masih mencukupi. Apalagi, meriam Salute Gun yang akan dihibahkan merupakan seri lama. "Hibah meriam itu, didasari bahwa Indonesia memiliki kelebihan stok," ujarnya.

Alasan lain, tutur Mahfudz, hibah empat unit meriam Salute Gun untuk mengurangi biaya perawatan meriam itu. Masyarakat, tutur Mahfudz, tak perlu khawatir karena meriam yang dihibahkan itu bukan termasuk kategori persenjataan perang atau alutsista. "Ini bukan kategori alutsista kok, jadi tidak perlu curiga berlebihan. Kecuali menyangkut persenjataan berat, yang memang kita sendiri masih membutuhkannya," katanya.

Sementara itu, mantan anggota Komisi I DPR Muhammad AS Hikam menyatakan, jika memang betul hibah itu ditujukan pada Papua Nugini, harus dibatalkan. Hibab itu tak dapat dibenarkan karena melanggar penjanjian internasional. "Apalagi jika hibah itu untuk kelompok separatis Papua Nugini, itu jelas mesti dibatalkan hibahnya, karena akan mendapat kecaman dunia internasional," katanya.

AS Hikam sendiri belum mendapatkan informasi lengkap, kepada siapa hibah itu diberikan Indonesia. Yang pasti, menurut dia, kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengibahkan meriam Salute Gun terlalu berlebihan (over acting). Pemerintah dan DPR perlu meninjau ulang, di tengah kondisi militer Indonesia masih banyak membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurut dia, Indonesia masih minus dalam hal persenjataan tersebut. Sehingga sangat ironis, jika alutsista yang dibeli dengan uang rakyat dari impor itu, justru diberikan pada pihak lain.

"Sayang kalau peralatan itu masih bagus dan kita masih memerlukannya kenapa mesti disumbangkan pada negara lain. Apalagi jika alutsista tersebut di impor dan dibeli dari uang rakyat," kata Hikam.

Pendapat senada disampaikan pengamat militer dan intelijen Suripto, bahwa hibah meriam itu tak perlu direalisasikan. Indonesia masih perlu melengkapi alutsistanya untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Apalagi dalam era sekarang ini, dia mengatakan, hampir seluruh negara di Asia sedang membangun kekuatan militer dan melengkapi alutsistanya. (Feber S)
(Suara Karya)

Sunday, March 27, 2011

Ada Sejumlah F-18 Yang Diluncurkan dari Kapal Induk Siap Tembak Jatuh F-16 TNI AU


Penulis : Satrio Arismunandar, Produser Trans TV, dan Pengamat Internasional













Tanggapan atas artikel Hendrajit berjudul "Membeli Pesawat Jet Tempur F-16 Buatan AS, Dalam Jangka Panjang Berbahaya Bagi TNI Angkatan Udara" : Dalam insiden F-16 versus F-18, di Bawean antara angkatan udara kita versus angkatan udara AS, yang terjadi sebenarnya adalah Dua F-16 kita sudah memburu (dua?) F-18 Amerika. Tetapi kemudian ada sejumlah F-18 lain yang diluncurkan dari kapal induk.

F-16 TNI sebetulnya bisa menembak jatuh F-18 yang di depan mereka, tetapi jika itu terjadi F-16 kita juga akan ditembak oleh F-18 yang ada di belakangnya (posisi sudah dikunci, tinggal pencet tombol peluncur Rudal).

Akhirnya F-16 kita mengalah, menggerakkan sirip ekor sebagai isyarat bahwa F-16 TNI tidak berniat bermusuhan. Tetapi inside Bawean itu memang situasi yang cukup menegangkan!

Pihak AS beralasan, pesawat mereka terbang di atas perairan internasional, tidak melanggar wilayah udara RI. Tetapi saya duga, mereka cuma ingin ngetes, apa radar pertahanan udara TNI-AU masih berfungsi, dan apa pesawat tempur kita masih bisa terbang. Waktu itu suku cadang TNI kita masih diembargo Amerika kalau tak salah.

Sumber :Hendrajit/http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=4490&type=101

Kilas Balik Kegagalan Pesawat Jet Tempur F-16 TNI Angkatan Udara Hadang F-18 Hornet AS
Dalam tulisan kami sebelumnya, sekelumit kami kisahkah kejadian memalukan yang dialami TNI Angkatan Udara ketika pesawat F-19 Horent Amerika Serikat melewati wilayah kedaulatan udara Republik Indonesia. Namun apa daya, pesawat F-16 TNI AU gagal menghadang manuver angkatan udara AS. Sejarah kelam TNI AU tersebut belakangan popular dengan sebutan insiden Bawean.

Insiden Bawean adalah duel udara pesawat tempur F-16 TNI-AU dengan pewat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang menerobos masuk wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean. Mulanya orang nyangka ini hanya sekadar latihan militer atau simulasi perang-perangan. Ternyata ini kisah nyata.

Tepatnya pada 3 Juli 2003, kawasan udara di atas Pulau Bawean sontak memanas ketika lima pesawat asing yang kemudian diketahui sebagai pesawat F/A 18 Hornet terdeteksi radar TNI AU.

Dari pantauan radar, kelima Hornet terbang cukup lama, lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Untuk semenntara Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.

Sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver Hornet. Karena itu panglima Konanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi. Apalagi manuver sejumlah Hornet itu sudah mengganggu penerbangan komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali serta sama sekali tak ada komunikasi dengan ATC terdekat.

Lalu, dua pesawat tempur buru sergap F-16 TNI-AU yang masing-masing diawaki Kapten Pnb. Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto dan Kapten Pnb. Tony Heryanto/Kapten Pnb. Satro Utomosegera disiapkan.

Misi kedua F-16 itu sangat jelas yaitu melakukan identifikasi visual dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi mengingat keselamatan penerbang merupakan yang utama.
Selain itu, para penerbang diminta agar tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam. Namun demikian, untuk menghadapi hal yang terduga kedua F-16 masing-masing dua rudal AIM-9 P4 dan 450 butir amunisi kanon kaliber 20 mm.

Menjelang petang, Falcon Fligh F-16 melesat ke udara dan tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut dua pesawat Hornet. Radar Falcon Fligh segera menangkap kehadiran dua Hornet yang terbang cepat dalam posisi siap tempur. Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dog fight ia bisa melancarkan bantuan.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-banar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang semakin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.

Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship". F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status mereka.

Usai kontak Hornet AS itu terbang menjauh sedang kedua F-16 TNI-AU return to base, kembali ke pangkalannya Lanud Iswahjudi Madiun. Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI-AU juga melihat sebuah kapal perang Frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah kedua F-16 mendarat selamat di pangkalan TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Namun yang paling penting dan merupakan tolak ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS itu baru saja mengontak MCC RAI dan melaporkan kegiatannya.

Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737. Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok. Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah A

SUMBER http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=4476&type=99

Kelas Kilo, Jenis Kapal Selam Yang Tepat Bagi Indonesia


Penulis : M. Ali Haroen













Kapal Selam 636 Kelas-Kilo
 

Tidak semua jenis kapal selam ideal bagi perairan Indonesia.  Kapal selam yang ideal antara lain berukuran tidak terlalu besar seperti kelas Los Angeles dari US Navy, atau terlalu kecil seperti kelas Vastergotland dari Swedia.

Berarti, yang tepat  kelas menengah seperti kelas Type-209/1300, kelas Kilo, kelas Agosta, atau kelas Upholder.
Combat system-nya minimal harus setara dengan kapal selam yang dimiliki oleh negara tetangga, atau sedapat mungkin lebih canggih.  Dilengkapi dengan persenjataan yang modern dengan daya hancur tinggi.
Dewasa ini yang cukup santer dikaji oleh Indonesia adalah Kapal selam kelas Kilo yang sudah dimodifikasi, buatan Rusia (Project 636), kelas Type-209 (Changbogo) dari Korea Selatan, Type-209 Jerman, dan kelas Scorpene dari Perancis.

MEMERLUKAN SARANA PENDUKUNG
Kehadiran kapal selam tentunya memerlukan sarana pendukung yang memadai.  Terutama sarana pangkalan, karena ciri yang khusus dari kapal selam dan berbeda dengan kapal permukaan.  Kapal selam sebaiknya memiliki pangkalan yang khusus dengan rancang bangun yang berbeda dengan pangkalan kapal permukaan.  Tentunya hal ini akan memerlukan alokasi anggaran yang tidak sedikit. 
Kembali kepada konsekuensi sebagai Negara kepulauan, apakah kita memerlukan kehadiran kekuatan angkatan laut yang kuat dan disegani?
Menjadi tugas pihak yang berwenang dalam penyusunan kekuatan tempur TNI AL dalam membuat perencanaan agar tercapai kesiapan organisasi, personel dan peralatan.  Sehingga penyusunan rancang kemampuan menuju kekuatan minimum yang esensial dapat dicapai untuk menghadapi tugas-tugas pokok dalam menghadapi berbagai ancaman actual diwilayah laut maupun dalam mendukung misi tugas TNI AD dan TNI AU.
Adapun sekilas keberadaan kekuatan kapal selam yang berada di sekitar Indonesia antara lain:
MALAYSIA
Scorpene – DCNS Perancis
Scorpene memiliki keunggulan antara lain; teknologi yang sudah mutakhir, didukung dengan persenjataan yang memadai seperti rudal Sm-38 Exocet (enam peluncur rudal), 21 tabung torpedo  untuk meluncurkan torpedo jenis “Black Shark” (Advanced Heavyweight Torpedo) jenis SUT/Surface and Underwater Torpedo.  Persenjataan dikendalikan dengan Advanced Combat System (ACS).  ACS memungkinkan kendali persenjataan bekerja bersama dengan rangkaian perangkat sensor secara simultan, hal ini berpengaruh terhadap penanganan persenjataan lebih cepat, senyap dan fleksibel. Dengan sistem ini setiap tabung peluncur dapat meluncurkan rudal dengan aman dan senyap di kedalaman laut.  Didukung dengan SUBTICS (Submarine Tactical Integrated Combat System).

SINGAPURAAangkatan Laut Singapura antara lain memiliki kapal selam jenis kelas Challanger (refit eks-kelas  Sjöormen Swedia).  Dan, kelas Archer (aslinya dari kelas Västergötland, dan akan direfit menjadi kelas standar Södermanland dari Swedia).
AUSTRALIAMemiliki enam unit kapal selam kelas Collins type 471 yang khusus dirancang oleh galangan Swedia Kockums untuk Angkatan Laut Australia. Empat unit diantaranya sudah di upgrade dan selesai pada Maret 2003.  Antara lain dengan penyempurnaan pada combat system.  Collin class memiliki kapasitas persenjataan hingga 22 rudal jenis Harpoon dan torpedo 533mm.
RRC
Memiliki puluhan jenis kapal selam dari kelas Golf, Romeo (Wuhan), Kilo, Song, Han, Xia, Shang, sampai kelas  Jin.
TAIWANTaiwan memiliki dua kelas kapal selam yaitu kapal selam latih kelas Hai Shih (Tench atau GUPPY II), dan kelas Hai Lung (Zwaardvis).
INDIAIndia memiliki kapal selam kelas Foxtrot, Shishumar (Type 209), Sndhughosh (Kilo), Scorpene, dan Akula.  Saat ini India sedang membangun kapal selam modern (Nuclear Powered Ballistic Missile Submarine) yang diharapkan selesai pada tahun 2010.
JEPANGJepang memiliki armada kapal selam kelas Ko-hyoteki (midget), KD1 sampai KD7, J1, J2, J3, C1, C2, C3, A1, A2, A modifikasi, B1 (seri I-15), B2, B3, Sen Toku (aka I-400), Kaichu, Kaisho, Sen Taka’ (aka I-200), KRS, D1, D2, Sen Ho, Sen Ho Sho, dan LA.
Untuk Pasukan Bela Diri Maritim memiliki kapal selam kelas Gato, Hayashio, Natshushio, Oshio, Uzushio, Yushio, Harushio, Asashio, Oyashio, dan kelas Sōryū class
KOREA SELATANKorea Selatan memiliki kapal selam kelas Chang Bogo (Type 209), dan kelas Son Won-il class (Type 214)
KOREA UTARAKorea Utara memiliki kapal selam kelas Romeo, Sang-O, dan Yugo (midget submarine)
PAKISTANKapal selam Pakistan diantaranya; kelas Hashmat (Agosta 70), Khalid (Agosta 90B class submarine), dan 3MG110 class (midget submarine)
TNI ALTNI AL memiliki dua unit kapal selam kelas Type-209/1300 buatan HDW Jerman.
Dengan mengetahui keberadaan negara tetangga maka dapat diperkirakan prakiraan ancaman yang dihadapi. Kini kita tinggal menunggu langkah apa yang akan ditempuh oleh pemerintah dalam rencana pembangunan kekuatan Laut untuk menjaga dan mengamankan wilayah perairan NKRI.

**Penulis adalah Pengamat masalah Pertahanan dan mantan Redaktur Majalah Teknologi Strategi Militer

SUMBER :http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=1094&type=4

KRI CAKRA


 


 KRI naggala 402
KRI Cakra (401) merupakan kapal pertama dalam jenis Kapal selam kelas Cakra. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Cakra dalam jajaran TNI AL. Kapal pertama merupakan KRI Tjakra (ejaan lama) salah satu dari 12 kapal selam kelas Tjakra buatan Russia (Kapal Selam Kelas Whiskey) yang di scrap tahun 70-an.
KRI Cakra dibuat oleh Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981. Merupakan Kapal selam tipe 209/1300 yang banyak digunakan oleh Angkatan Laut sedunia. Mempunyai motto Tabah Sampai Akhir.
KRI Cakra termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. Kapal lain dalam kelas Cakra adalah KRI Nanggala (402). Kedua kapal selam tersebut dibuat di Jerman Barat, dipesan pada tahun 1977 dan pada tahun 1981, mulai bertugas bersama dengan KRI Nanggala (402).
KRI Cakra mengambil nama dari senjata pewayangan.

Tenaga digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal, baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga batere diisi oleh generator yang diputar 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged. Senjata terdiri dari 14 buah terpedo buatan AEG , diincar melalui periskop buatan Zeiss yang diletakan disamping snorkel bikinan Maschinenbau Gabler

KRI Cakra memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut.

Sebagai bagian dari armada pemukul KRI Cakra dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci dalam 8 tabung.

KRI Cakra mempunyai sonar dari jenis CSU-3-2 suite.

KRI Cakra mendapatkan perbaikan dan peningkatan kemampuan di galangan kapal Daewoo, Korea Selatan
 

Sumber wikipedia


Panglima TNI : Strategi Penanggulangan Teroris



tni_jcc2Jakarta, Seruu.com - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono S.E. sebagai keynote speech   menyampaikan pandangan TNI tentang Strategi atau Metode Penanggulangan Terorisme, Operasi Pasukan Pemeliharaan Perdamaian, Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana Internasional pada forum Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Centre, Jumat (25/3).  Pandangan TNI tersebut bertujuan untuk dapat menjadi bahan masukan dalam rangka kerjasama meningkatkan stabilitas keamanan di kawasan Asia-Pasifik dan Asia Tenggara di masa yang akan datang.
Mengacu pada resolusi DK PBB No. 1373 (UNSCR 1373) telah disepakati beberapa langkah Strategi Internasional dalam memberantas aksi terorisme yaitu memberantas organisasi yang menggunakan aksi-aksi teror dalam mencapai tujuan politik, menghilangkan segala bentuk bantuan kepada organisasi teroris, baik langsung maupun tidak langsung, menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan organisasi teroris tumbuh subur dalam suatu daerah atau negara tertentu dan membela serta menegakkan Hak Asasi Manusia.
Konvensi ASEAN tentang pemberantasan terorisme memberikan dasar hukum yang kuat guna meningkatkan kerjasama ASEAN di bidang pemberantasan terorisme yang mencakup pencegahan, penindakan dan program rehabilitasi. Negara-negara ASEAN membuat beberapa model program dalam lawan terorisme yang mencakup operasi psikologis/ perang urat saraf, kursus penegakan hukum, pelatihan intelijen, lokakarya dan seminar berkaitan dengan lawan terorisme.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan tentang bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana (HA/DR - Humanitarian Assistance /Disaster Relief).  Pengaturan pertolongan HA/DR  dilakukan melalui koordinasi dengan Aha Centre - Jakarta.  Pada prinsipnya pemberian bantuan HA/DR atas permintaan negara yang terkena bencana (affected country),  atas penawaran negara yang akan memberi bantuan (assisting country) dan dikoordinasikan oleh sekretariat Aha Center, tanpa mengganggu kehormatan dan kedaulatan negara yang akan dibantu.
TNI menyiapkan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB). Dalam pelaksanaannya, TNI mendukung BNPB  dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan meningkatkan ketersediaan sumber daya, kapasitas dan peran TNI serta berlandaskan pada prinsip-prinsip bantuan kemanusiaan yang memenuhi standar,  kualitas  dan akuntabilitas nasional maupun internasional. Model yang dikembangkan pada tingkat regional dilakukan dengan latihan penanggulangan bencana terpadu Arf Direx 2011 yang dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 20 Maret 2011 di Manado, Sulawesi-Utara.  Latihan tersebut diikuti oleh 24 negara dari kawasan Asia-Pasifik dengan Indonesia dan Jepang sebagai tuan-rumah penyelenggara.
Sebelumnya pandangan-pandangan menghadapi tantangan ke depan disampaikan diantaranya  oleh Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Secretary Of Deffence Philippines Voltaire Gazmin, dari Pakistan disampaikan oleh General Khalid Shameem Wynne. Usai penyampaian pandangan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan para peserta sidang. [is]

seruu.com

Menteri Pertahanan Malaysia : Kami Serius Untuk Selesaikan Sengketa Perbatasan

 
menhan_malaysia 

Jakarta, Seruu.com - Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi menyatakan negaranya serius menyelesaikan masalah perbatasan dengan Indonesia."Yang penting bukan hanya aspek legal tentang perbatasan, tapi semangat untuk menyelesaikan masalah, dan pembagian sumber daya alam yang ada di kedua negara," katanya, di Jakarta, Jumat (25/03).
Berbicara pada Dialog Pertahanan Internasional, ia mengemukakan keyakinan masalah perbatasan kedua negara dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Ahmad Zahid mengatakan, Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia telah sama-sama bekerja keras merampungkan sengketa perbatasan.
Namun, tambah dia, upaya keras pemerintah kedua negara tidak akan efektif jika masyarakat kedua pihak tidak mendukung upaya tersebut terutama peran media massa. Ia meminta media Indonesia memuat pemberitaan yang kondusif terkait permasalahan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. "Media konvensional seperti elektronik dan cetak, juga media sosial, harus berperan menciptakan atmosfir yang baik," katanya.
Tanpa menyebut nama media dimaksud, Ahmad Zahid mengatakan, selama ini media di Indonesia kerap menyerang kebijakan perbatasan negeri jiran tersebut. "Kedua pemerintahan telah bekerja keras untuk menyelesaikan segala masalah perbatasan, tapi jika rakyatnya menciptakan masalah, maka masalah perbatasan akan makin pelik," katanya menegaskan.
Masalah perbatasan RI-Indonesia mencakup perbatasan darat dan laut. Di darat Indonesia memiliki perbatasan dengan Malaysia di Kalimantan sepanjang 1.024 kilometer. Di laut Indonesia dan Malaysia masih berupaya menyelesaikan perundingan di perairan Ambalat yang kini status quo.

seruu.com

NATO Hanya Beraksi Lindungi Penduduk Sipil di Libya

Minggu, 27 Maret 2011 23:28 WIB | 702 Views
ilustrasi (FOTO ANTARA/REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Brussel (ANTARA News/AFP) - Rencana militer yang dirancang NATO, yang akan mengambil alih semua operasi di Libya, hanya terbatas pada penggunaan kekuatan untuk melindungi warga sipil dan daerah berpenduduk, kata sejumlah diplomat kepada AFP, Minggu.

Rencana tiga bulan itu tidak menetapkan NATO campur tangan untuk mendukung pemberontak bersenjata yang memerangi pasukan Moamer Kadhafi karena aliansi itu akan bersikap tidak berpihak dalam konflik di Libya, kata diplomat-diplomat NATO itu.(*)

(Uu.M014)


antara

BERITA POLULER