Pages

Wednesday, March 16, 2011

New Russian Army weaponry 'inferior' to NATO's, overpriced


T-90
The most advanced weapon systems manufactured for Russia's ground forces are below NATO and even Chinese standards and are expensive, GF chief Col. Gen. Alexander Postnikov said on Tuesday. "The weapon models that are manufactured by our industry, including armor, artillery and small arms and light weapons, fail to meet the standards that exist in NATO and even China," he said at a session of the Defense and Security Committee of the upper house of the Russian parliament.
He said that Russia's most advanced tank, the T-90, is in fact a modification of the Soviet-era T-72 tank [entered production in 1971] but costs 118 million rubles (over $4 million) per unit.
"It would be easier for us to buy three Leopards [Germany's main battle tanks] with this money," Postnikov said.
MOSCOW, March 15 (RIA Novosti)

© RIA Novosti.

Russia to prioritize modern weaponry in new arms acquisition program

S-400
Russia will focus on purchases of advanced weaponry in a new state arms procurement program until 2020, First Deputy Defense Minister Vladimir Popovkin said.
"The state arms procurement program until 2020 prioritizes the acquisition of advanced weaponry. Their share is about 70 percent," Popovkin said in an interview with the Izvestia newspaper published on Friday.
Popovkin said the Russian government had allocated 22 trillion rubles ($730 billion) on the new program, which includes purchases of eight missile-carrying strategic submarines, equipped with Bulava ballistic missiles, 600 aircraft, S-400 and S-500 air defense systems.
The Navy will receive new conventional submarines, destroyers and corvettes equipped with advanced Kalibr missile system, which can fire anti-ship cruise missiles (3M-54) and long-range cruise missiles (3M-14) to destroy land-based targets.
The priority will be given, however, to the development and the maintenance of Russia's nuclear triad, Popovkin said.
The official reiterated that Russia did not plan to buy weaponry abroad unless it did not have domestic equivalents to fill the assigned roles, like reconnaissance drones, amphibious assault ships and sniper equipment.
The Russian Armed Forces are mostly equipped with outdated Soviet-era weaponry. According to official data, the share of modern equipment in the strategic nuclear forces is about 20 percent, while in the conventional forces it does not exceed 10 percent.
Popovkin said the purchases under the new program would allow Russia to bring the share of modern weaponry to 70 percent of the total by 2020.
MOSCOW, March 11 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

Iran –Venezuela Galang Kekuatan Lawan Skema Imperialis Dunia

 Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad menyerukan kewaspadaan negara-negara independen terhadap skema yang dirancang kekuatan-kekuatan imperialis dunia.
"Berbagai bangsa dan negara independen dan pencari keadilan harus berhati-hati atas rencana imperialisme, dan tidak akan tertipu dengan topeng apa pun," kata Ahmadinejad dalam pertemuan dengan Duta Besar Venezuela untuk Iran, David Fals Caraballo pada hari Selasa.
Presiden Iran juga mengungkapkan bahwa penguatan hubungan antara Caracas dan Tehran akan memberikan kontribusi signifikan bagi perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia.
Di bagian lain, Duta Besar Venezuela mengatakan Revolusi Islam Iran dan revolusi Venezuela bersama-sama dapat mengatasi imperialisme.
Pada Oktober 2010 lalu, Iran dan Venezuela menandatangani 11 nota kesepahaman (MoU) selama kunjungan Presiden Venezuela Hugo Chavez ke Tehran.
Perjanjian kerjasama meliputi sektor minyak, gas alam, tekstil, perdagangan dan sektor perumahan rakyat.
Kedua negara juga sepakat untuk membentuk sebuah perusahaan minyak dan pelayaran kolektif serta membangun pabrik petrokimia.(IRIB/PH)

IRIB

Simulasi Penyelamatan Korban Bencana di ARF Direx


15 Maret 2011, Manado -- (ANTARA News): Tim Penyelamat TNI AU menggunakan helikopter jenis Super Puma melakukan simulasi penyelamatan korban bencana melalui udara pada pembukaan ARF Direx Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (15/3). Latihan penanggulangan bencana yang diikuti peserta dari berbagai negara meningkatkan koordiansi antara sipil dan militer dalam penyelamatan korban bencana alam di darat, laut dan udara. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/Koz/nz/11)

Sejumlah anggota TNI menjemput bantuan logistik yang dikirim melalui udara menggunakan pesawat Hercules saat penyelamatan korban bencana. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/Koz/nz/11)

ANTARA

Wapres Makan Siang di KRI Soeharso


Selasa, 15 Maret 2011 16:33 WIB | 606 Views
Wakil Presiden Boediono. (ANTARA)
Berita Terkait
Manado (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), Boediono, menyempatkan diri makan siang bersama jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), SH Sarundajang, di KRI Soeharso usai membuka Asean Regional Forum - Disaster Relief Exercise (ARF-Direx), di Manado, Selasa.
KRI dr Suharso (990) TNI Angkatan Laut (photo : TNI-AL)

Turut dalam kegiatan itu, antara lain Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Makiko Kikuta dan beberapa perwakilan pejabat militer dari negara-negara ASEAN.

ARF Direx merupakan pelatihan bersama internasional penanggulangan bencana alam, yang diikuti peserta Indonesia, Jepang, Asean hingga tamu-tamu dari Uni Eropa dan Asia Pasifik sebanyak 20 negara.

KRI Soeharso merupakan kapal dengan rumah sakit terapung yang hadir di Teluk Manado bersama dengan armada perang lainnya milik TNI dan Polri, serta armada penyelamatan milik Badan SAR dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Usai makan siang sekitar pukul 11.00 wita itu, kemudian berselang sejam kemudian langsung mengarah ke Bandara Sam Ratulangi Manado dan kembali bertolak ke Jakarta dengan pesawat khusus.

Dalam pembukaan ARF Direx, Wapres Boediono juga mengajak para hadirin dan undangan yang hadir dalam untuk sejenak menundukkan kepala dan berdoa bagi para korban bencana Tsunami di Jepang dan bencana banjir bandang di Aceh.

"Beberapa tahun terkahir kita telah melihat banyak bencana yang menimpa negara-negara anggota ARF, seperti Filipina, Myanmar, Australa, New Zealand, Jepang dan juga Indonesia," kata Wapres Boediono.
(T.H013/A034)


antara

Tuesday, March 15, 2011

PT DI Raih Sertifikat Organisasi Rancang Bangun



16 Maret 2011, Bandung -- (bisnis-jabar.com): PT Dirgantara Indonesia hari ini menerima sertifikat organisasi rancang bangun dari Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Sertifikat ini merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri pembuat pesawat udara.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Dita Ardonni Jafri mengatakan dengan diterima sertifikat ini berarti BUMN itu telah memenuhi semua persyaratan yang harus dimiliki industri pesawat udara.

Sebelumnya, perusahaan telah memiliki production certificate, approved maintenance organization, dan distrubutor certificate of approva, disamping berbagai personnel certification dan types certificates.

“Ini tentu menjadi kabar baik bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis,” katanya dalam sambutannya hari ini.

Penyerahan sertifikat organisasi rancang bangun atau design organization approval dilakukan oleh Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubud Kemenhub Yurlis Hasibuan.

Yurlis meminta perusahaan terus meningkatkan kinerja dengan penerapan proses dan pelatihan pekerja yang baik. “Ini diperlukan untuk meningkatkan daya asing industri pesawat dalam negeri,” katanya.

Sumber: Bisnis Jabar

Radar Merauke Perkuat Pengamanan Wilayah Timur Indonesia



16 Maret 2011, Merauke -- (ANTARA News): Satuan Radar 244 Merauke yang memperkuat pengamanan wilayah udara nasional di Timur Indonesia diresmikan lewat upacara militer yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Merauke, Rabu.

Radar yang digunakan Satuan Radar 244 adalah peralatan "Master T" buatan Prancis yang memiliki jangkauan 240 mil laut.

Selama ini keamanan wilayah udara Timur Indonesia dipantau oleh tiga satuan radar yakni Satuan Radar 241 di Buraen, Kupang (NTT), dan Satuan Radar 242 Tanjung Warari (Biak).

Satuan Radar 244 Meurauke menjadikan wilayah udara Timur Indonesia telah diawasi dan diamankan dengan tiga Satuan Radar dari lima yang direncanakan.

Satuan Radar 244 dikomandani Letkol Lek Budi Santoso dengan 30 personel.

TNI Angkatan Udara berencana menambah dua satuan radar yakni Satuan Radar 243 di Timika (Papua) dan Satuan Radar 245 di Saumlaki (Maluku Tenggara Barat).

Satuan Radar 243 akan diresmikan pada Agustus 2011 sedangkan Satuan Radar 245 Saumlaki akan diresmikan pada awal 2012.

Lima satuan radar wilayah Indonesia Timur berada di bawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudna) IV yang bermarkas di Biak.

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, relatif tingginya tingkat pelanggaran wilayah udara nasional di wilayah Timur Indonesia maka penambahan satuan radar di wilayah itu sangat penting.

"Dengan satuan radar yang akan dikembangkan di wilayah Timur Indonesia akan mampu menjadi mata dan telinga baik sebagai sarana dan bagian sistem pertahanan udara nasional, maupun sebagai media untuk melakukan deteksi dini dan intersep setiap pelanggaran wilayah udara nasional yang terjadi," katanya.

Imam menambahkan, pendirian satuan radar di wilayah Timur Indonesia sangat penting mengingat adanya beberapa obyek vital nasional dan sebagai bagian dari jalur penerbangan internasional.

Satuan Radar 244 Merauke dibangun sejak 2008 dan berdiri diatas lahan seluas 17,5 hektare.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional Marsekal Pertama TNI M Syaugi mengatakan, penambahan radar di wilayah Timur Indonesia juga dilandasi pertimbangan sebagian wilayah berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini dan Australia.

"Jadi radar ini penting untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya di wilayah di Timur," katanya.

Sumber: ANTARA News

BERITA POLULER