Pages

Sunday, March 13, 2011

Pembelian Senjata Indonesia Pada 2010, Menurut SIPRI


Super Tucano salah satu alutsista yang dibeli pada tahun 2010. (Foto: Embraer)

14 Maret 2011, Jakarta -- (Berita HanKam): Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) merilis laporan penjualan senjata selama tahun 2010. Indonesia menurut laporan SIPRI telah dan akan mengimpor senjata dari Brasil, Brunei Darussalam, Cina, Denmark, Perancis, Polandia, Rusia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Indonesia juga mendapatkan lisensi pembuatan senjata dari Perancis, Belanda, Korea Selatan, Spanyol dan Amerika Serikat.

Brasil akan mengirimkan 8 pesawat tempur EMB-314 Super Tucano mulai 2012. Pesawat akan ditempatkan di Lanud Abdul Rahmansaleh, Malang untuk menggantikan OV-10 Bronco yang telah lama digrounded.

Indonesia menerima hibah 2 kapal patroli rudal kelas Waspada dari Brunei Darussalam pada tahun ini. Kapal direncanakan digunakan sebagai kapal latih oleh TNI AL.

Cina memasok rudal panggul anti-pesawat QW-3 15 unit dipesan 2009 serta rudal anti-kapal C-802/CSS-N-8 dipesan 2008. Rudal C-802 dipasang pada kapal patroli jenis PB-57 buatan PT. PAL.

Perancis akan memasok 30 rudal anti-kapal MM-40 Exocet yang dipasang di kapal perang jenis korvet kelas SIGMA. Rudal dipesan pada 2004 dan tiba 2010. Tiga unit radar Master-T guna memantau wilayah udara Indonesia dikirimkan pada 2009-2012, radar dioperasikan oleh TNI AU. Indonesia juga membeli radar laut Ocean Master 3 unit pada 2009, dipasang di 3 pesawat intai maritim CN-235MPA produksi PT. DI. Mesin panser Anoa dipasok dari Perancis dalam dua kali pembelian, 150 unit pada 2006 dan 12 pada 2010.

Denmark memasok 8 mesin diesel B&W-8L untuk 4 kapal jenis LPD-122mm yang dibeli dari Korea Selatan.

Rusia telah mengirimkan 17 tank amphibi BMP-3F ke Korps Marinir senilai 40 juta dolar. Tiga helikopter serbu Mi-35P diterima TNI AD pada tahun ini serta 3 jet tempur Sukhoi Su-27SKM yang ditempatkan di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.

Pemerintah Indonesia dan Korsel menyetujui pembelian 22 tank ringan jenis K-21 senilai 70 juta dolar, direncanakan diterima 2013 oleh TNI AD. Indonesia juga membeli meriam KH-178 105mm, dimungkinkan kondisi bekas pakai.

Amerika Serikat tercatat hanya memasok mesin turboprop 52 unit untuk pesawat angkut CN-235 dan pesawat intai CN-235MPA.

PT. DI mendapatkan lisensi dari Perancis memasok 10 helikopter AS-532 Cougar/AS-332 ke TNI AU, merakit 24 helikopter Bell-412EP yang akan digunakan TNI AD serta menyerahkan 1 Casa NC-212 ke TNI AL. PT. PAL membangun 2 kapal perang jenis LPD lisensi Korea Selatan, KRI Makasar telah diserahkan dan dibina oleh Kolinlamil sedangkan KRI Banda Aceh segera diserahkan tahun ini. PT. PAL sedang mengerjakan frigate SIGMA-105 senilai 220 juta dolar berdasarkan lisensi DAMEN, Belanda. Frigate direncanakan diserahkan ke TNI AL pada 2014.

Sumber: SIPRI
© Beritahankam.blogspot

Penyebab Hancurnya Industri Maritim Indonesia

 
Agus Pambagio - detikNews



Penyebab Hancurnya Industri Maritim Indonesia

Transformasi teknologi kapal TNI AL buatan PAL

 Jakarta - Indonesia sebagai salah satu negara maritim besar seharusnya mempunyai infrastruktur ke maritiman yang kuat, seperti, pelabuhan yang lengkap terkait dengan keperuntukannya, sumber daya manusia yang berkelas, berbagai jenis kapal yang berkelas di berbagai sektor termasuk armada TNI Angkatan Laut, armada kapal dagang/kontainer, armada kapal angkut migas dan batubara, armada kapal penangkap ikan, armada kapal penumpang yang modern, aman dan nyaman serta regulator sektor kemaritiman yang kuat dan disegani dunia internasional.

Namun apa mau dikata, tampaknya pernyataan diatas masih sebatas mimpi, belum kenyataan. Melihat perkembangan industri maritim di Indonesia saat ini, saya sedih dan gemas. Bagaimana tidak? Sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai hari ini industri martim kita dikelola secara kaki lima. Akibatnya tidak ada satupun Negaradi dunia ini yang segan dan menghormati Indonesia sebagai salah satu Negara maritimyang kuat.

Offshore Patrol Vessel/ FPB-60
Mereka hanya menempatkan Indonesia sebagai Negara tempat memasarkan produk kemaritiman mereka dan mengambil sumber daya yang ada. Mau bukti? Mari kita bahas satu persatu yang menurut saya ini merupakan faktor utama hancurnya industri maritim nasional. Sementara pemerintah tak mampu membereskannya, seperti biasa tidakada ketegasan!

Faktor Hambatan di Industri Maritim Nasional

Pertama, mari kita lihat sistem finansial untuk sektor maritim di Indonesia. Kebijakan sektor perbankan atau lembaga keuangan di Indonesia, yang sebagian besar keuntungannya diperoleh dari penempatan dana mereka di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), untuk pembiayaan industri maritim sangat tidak mendukung. Mengapa?

Pertama, bunga pinjaman sangat tinggi. Berkisar antara 11% - 12% per tahun dengan 100% kolateral (senilai pinjaman). Bandingkan dengan sistem perbankan Singapura yang hanya mengenakan bunga 2% + LIBOR 2% (total sekitar 4%) per tahun. Dengan equity hanya 25% sudah bisa mendapatkan pinjaman tanpa kolateral terpisah karena kapal itu sendiri bisa menjadi jaminannya. Jadi tidak heran kalau pengusaha kapal nasional kesulitan mencari pembiayaan untuk membeli kapal, baik baru maupun bekas melalui sistem perbankan Indonesia.

Kedua,sesuai dengan Kepmenkeu No 370/KMK.03/2003  tetang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai yang Dibebaskan Atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu, pasal 1, ayat 1 huruf e, jelas bahwa sektor perkapalan mendapat pembebasan pajak. Namun semua pembebasan pajak itu kembali harus dibayar jika melanggar pasal 16. Artinya kebijakan tersebut banci. Apa isi pasal 16?

Sesuai dengan pasal 16: Pajak Pertambahan Nilai yang terutang pada impor atau pada saat perolehan Barang Kena Pajak Tertentu disetor kas negara apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor dan atau perolehan Barang Kena Pajak Tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 huruf e, huruf f, huruf g dan huruf h ternyata digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau di pindahtangankan

kepada pihak lain baik sebagian atau seluruhnya?. Artinya, jika pengusaha kapal akan menjual kapalnya sebelum 5 tahun sejak pembelian harus membayar pajak kepada negara sebesar 22,5% dari harga penjualan (PPn 10%, PPh impor 7,5% dan bea masuk 5%).

Di Indonesia jarang ada kontrak penggunaan kapal lebih dari 5 tahun, paling banyak 2 tahun. Jadi jika tidak ada kontrak, supaya pengusaha kapal tidak menanggung rugi berkepanjangan mereka harus menjual kapalnya. Untuk itu pengusaha harus membayar pajak terhutang kepada Negara sesuai Pasal 16 tersebut. Benar-benar industri maritim negara ini dihambat kemajuannya dari segi kebijakan fiskalnya oleh negara, kok bisa ya?

Di negara lain seperti Singapura, pemerintah akan memberikan insentif, seperti pembebasan  bea masuk pembelian kapal, pembebasan pajak bagi perusahaan pelayaran yang bertransaksi diatas USD 20 juta karena Pemerintah Singapura menyadari kalau investasi di industri pelayaran bersifat slow yielding sehingga perlu diberikan insentif. Kalaupun kapal harus dijual, Pemerintah Singapura membebaskan berbagai pajaknya.

Dari pemberian berbagai insentif bagi perusahaan pelayaran, Pemerintah mana pun akan berpikiran bahwa penerimaan dari pajak mungkin akan menurun namun penerimaan dari sektor lain pasti akan bertambah. Misalnya, semakin banyak tenaga kerja asing tinggal dan bekerja pada akhirnya akan semakin banyak uang yang dibelanjakan di negara tersebut. Selain itu  transaksi perbankan biasanya juga akan semakin banyak, sehingga pendapatan Negara juga akan meningkat. Benar-benar negara negara dikelola oleh negarawan yang cerdas.

Ketiga, buruknya kualitas sumber daya maritim Indonesia menyebabkan biaya langsung industri maritim menjadi tinggi. Meski pun gaji tenaga Indonesia 1/3 gaji tenaga kerja asing tetapi karena rendahnya disiplin dan tanggungjawab, menyebabkan biaya yang harus ditanggung pemilik kapal berbendera dan berawak 100% orang Indonesia (sesuai dengan UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran) menjadi sangat tinggi. Ironisnya jika kapal berawak 100% asing yang mahal, ternyata pendapatan perusahaan pelayaran bisa meningkat 2x lipat. Aneh tapi nyata.

Keempat, persoalan klasifikasi industri maritim yang ada di tangan sebuah BUMN dibawah kendali Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan, PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), membuat industri maritim Indonesia semakin terpuruk. Semua kapal yang diklasifikasi atau disertifikasi oleh PT BKI, patut diduga tidak diakui oleh asuransi perkapalan kelas dunia atau kalaupun diakui, pemilik kapal harus membayar premi asuransi sangat mahal. Mengapa?

Hal tersebut patut diduga disebabkan dalam melakukan klasifikasi, PT BKI kurang profesional sehingga penilaiannya diragukan oleh semua pihak. Patut diduga PT BKI masih menganut paham dengan uang pelicin semua beres. Oleh sebab itu sebagian pemilik kapal tidak meregister kapalnya di Indonesia tetapi di Hong Kong, Malaysia atau Singapore. Akibatnya pelaksanaan UU No 17 tahun 2008 hanya retorika. Pengusaha kapal enggan meregister kapalnya di Indonesia karena klasifikasi yang dikeluarkan oleh PT BKI merupakan 'pepesan kosong' yang diragukan oleh semua lini sektor industri maritim global.

Langkah yang Harus Diambil Pemerintah

Jika industri maritim Indonesia mau berkembang dan siap bersaing dengan industri sejenis dikawasan, maka pemerintah dalam hal ini khususnya Kementerian Perhubungan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan harus membuka mata dan jangan mau dipengaruhi oleh para pelobi yang mewakili pihak-pihak yang mau untung sendiri tidak memikirkan bangsa ini.

Pertama, lakukan revitalisasi atau deregulasi di sektor fiskal sehingga kompetitif dengan beberapa Negara tetangga, kecuali Indonesia mau jadi pecundang terus. Kedua lakukan perombakan total dilingkungan lembaga pemberi klasifikasi sehingga dunia internasional pelayaran dan asuransi kerugian mengakui keberadaannya. Ketiga susun ulang kurikulum lembaga pendidikan maritim oleh Kemendiknas supaya Indonesia mempunyai SDM maritim yang berkualitas dan bertanggungjawab.

Beranikah Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Menteri BUMN dan Menteri Pendidikan Nasional melakukan perubahan drastis tersebut? Sebenarnya saya ragu karena para menteri tidak berani bertindak (kecuali sidak) jika presiden belum memberikan titah. Jadi mohon kepada Presiden SBY yang sangat saya hormati untuk segera memberikan titah kepada keempat Menteri tersebut secepatnya, sebelum industri maritim Indonesia tinggal nama. Salam.

*) Agus Pambagio adalah Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen.

DETIK NEWS

Gates Akui Iran Tidak Mencampuri Kebangkitan Rakyat Timur Tengah

 Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates kemarin (12/3) setelah bertemu dengan Raja Bahrain, mengakui tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Republik Islam Iran berada di balik instabilitas di Bahrain dan negara-negara lain di kawasan.
Kantor berita Fars melaporkan, Gates berharap pemerintah Bahrain dapat segera memulihkan kondisi dan mewujudkan reformasi. Seraya mengakui tidak adanya bukti terkait keterlibatan Iran di balik instabiltias di Bahrain dan di negara-negara regional, Gates menyatakan bahwa Tehran tetap dapat mengintervensi politik Bahrain.
Mayoritas rakyat Bahrain bermazhab Syiah yang selama beberapa pekan terakhir bangkit memprotes rezim monarki menuntut perubahan undang-undang dan pengakhiran kekuasaan rezim monarki.
Sejak dimulainya kebangkitan rakyat di Timur Tengah, Amerika Serikat mulai mengirim para diplomatnya ke negara-negara regional dalam rangka mengontrol kondisi. Washington khawatir kepentingannya di kawasan terancam.
Gates menilai reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah Bahrain tidak cukup dan harus dilakukan reformasi lebih mendasar di negara itu.
Amerika Serikat memiliki sejumlah pangkalan militer di Bahrain dan dikhawatirkan transformasi terbaru di negara itu akan membahayakan keberadaan pangkalan AS. (IRIB/MZ)

IRIB

Indonesia Siap Bangun PLTN



Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengatakan Indonesia telah siap membangun reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. "Kita harus pahami sudah siap, secara teknologi kita sudah mampu," ujarnya saat memberi kuliah umum di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Sabtu 12 Maret 2011. Sebagaimana dikutip laman Tempointeraktif, menurut Suharna, Indonesia telah memiliki kemampuan teknologi nuklir sejak tahun 1950-an. Beberapa reaktor nuklir yang telah dibangun Badan Tenaga Atom Nasional, seperti di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong digunakan untuk riset obat dan pangan.
Ia mengakui reaktor nuklir memang berbahaya. Adapun terkait bahayanya jika dilanda gempa, keamanan reaktor tergantung teknologi yang akan dipakai nantinya. "Seperti di Jepang, begitu gempa langsung berhenti (operasi)," katanya.
Menurut Suharna, saat ini lebih penting mengetahui kapan Indonesia akan memulai membangun PLTN daripada berbicara teknologi reaktor nuklir yang akan dipakai. "Sebab Malaysia, Vietnam, Singapura, sudah mengarah ke sana," ujarnya. Indonesia juga harusnya mengambil pilihan membuat PLTN.
Saat ini, selain kajian tapak lokasi di Jepara, Jawa Tengah, pemerintah juga mempelajari calon lokasi PLTN di Bangka Belitung dan Kalimantan Timur. Usulan lokasi tersebut telah diajukan kepala daerah masing-masing. "Lokasi di Pulau Jawa sebagai alternatif," katanya.
Kebijakan dibangun tidaknya PLTN kini masih menunggu keputusan Dewan Energi Nasional. Rumusan Dewan itu selanjutnya akan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat. "Mungkin dalam tahun ini selesai," ujarnya.
Urgensi PLTN bagi Indonesia
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuah PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16 persen listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Hasil studi yang dilakukan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4 persen per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000.
Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75 persen akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40 persen untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30 persen untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30 persen akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6 persen pada tahun 2025.
Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia.
Amankah Nuklir?
Nuklir merupakan salah satu jawaban energi yang cukup realistis saat ini. Hanya butuh 21 ton Uranium, nuklir dapat menghasilkan energi listrik sebesar 1GWe. Bandingkan dengan gas alam (970 ton), minyak (1310 ton), dan batu bara (2360 ton)! Itulah sebabnya nuklir dapat menghasilkan listrik dengan harga yang lebih murah dari yang lainnya.
Pada pembangkit listrik, nuklir dipasang di boiler yang akan memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Siklusnya berlangsung tertutup dan pecahan nuklir akan tetap tertahan di matriksnya. Nuklir sendiri terdapat dalam pelet yang dilindungi dengan fuel cladding, pressure vessel, steel containment, dan shield building. Keamanannya bahkan melebihi tabung elpiji yang sering kita gunakan atau mancis yang sering ditaruh di saku celana. Dapat dikatakan, nuklir benar-benar sangat aman. Selain itu, PLTN juga membuat lingkungan sekitar tetap bersih (tidak seperti PLTU).
Sampai saat ini pun, jumlah kecelakaan akibat nuklir jauh sedikit dibanding dengan pembangkit listrik lainnya-Pembangkit listrik tenaga air dan batu bara penyumbang korban terbanyak. Bila ada kejadian Chernobyl-pada 1986 yang sampai melibatkan ribuan penduduk dan sering dibuat contoh betapa tidak amannya nuklir-perlu dilirik konteksnya.
Chernobyl dikembangkan bukan dengan maksud damai. Di sana, nuklir dikembangkan untuk senjata perang. Keselamatan dalam pembangunan nuklir tersebut benar-benar diabaikan. Lalu, ada kesalahan desain yang amat parah, yaitu: tidak ada pengungkung dan koefisien reaktus positif sehingga mudah terjadi pelelehan. Desain modern sekarang sudah aman. Kenaikan temperatur yang tinggi telah diantisipasi.
Limbah radioaktif sendiri tetap tersimpan di PLTN. Bila tidak ada kesengajaan untuk membocorkan, limbah tersebut tidak akan berbahaya. Pengaruh radiasi PLTN terhadap manusia juga sangat rendah. Di banding dengan kontaminasi alami yang mencapai 3 persen, X-ray 0,4 persen, sementara nuklir hanyalah 0.0002 persen. Hal ini membuat radiasi nuklir hampir tidak memiliki pengaruh terhadap manusia.
Jadi apa yang ditakutkan dan apa lagi yang perlu ditunggu? Pemerintah yang bertindak lambat mengembangkan nuklir di Indonesia akan terlambat berkembang secara teknologi juga. Sekitar 30 persen rakyat Indonesia tidak merasakan listrik dalam rumahnya. Selebihnya pun menikmati listrik secara subsidi. Kenapa lagi harus ditunda lama bila nuklir dapat menghasilkan listrik secara lebih besar, aman, murah, dan terjamin? 

IRIB

Bulan Sabit Merah Iran Siap Kirim Bantuan ke Jepang

 Kepala Bulan Sabit Merah Republik Islam Iran Abolhassan Faqih menyatakan kesiapan Tehran mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jepang yang dilanda bencana alam.
" Rakyat dan pemerintah Iran siap mengirimkan berbagai bantuan yang diperlukan dari makanan hingga obat-obatan," kata Faqih dalam pertemuan dengan Duta Besar Jepang untuk Iran Kinichi Kumano pada hari Minggu (13/3).
Dia menambahkan bahwa Iran sesegera mungkin akan mengirim tim survei berjumlah lima orang anggota ke Jepang.
Menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang, 703 orang dinyatakan tewas dan 784 hilang, sedang 1.128 terluka. Pihak berwenang memperkirakan korban tewas mencapai 1.300.
NHK melaporkan sebanyak 10.000 penduduk perfektur Miyagi, Jepang dinyatakan belum ditemukan. Kini Pemerintah Jepang terus melakukan pencarian separuh penduduk kota yang terkena dampak cukup parah setelah gempa dan tsunami yang melanda Jepang tersebut.
Gempa di Jepang terjadi pukul 12.46 WIB, Jumat (11/3), berpusat di 373 km timur laut Tokyo. Beberapa saat kemudian terjadi tsunami dengan ketinggian 4 meter hingga 10 meter.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menggambarkan efek destruktif gempa dan tsunami sebagai krisis terburuk bagi Jepang sejak Perang Dunia II.
"Ini adalah krisis yang paling sulit di Jepang dalam sejarah 65 tahun pasca perang dunia II, tapi saya yakin kita dapat mengatasi krisis," kata Kan sebelumnya pada hari Minggu.(IRIB/PH)

IRIB

Tim Bantuan KBRI Tiba di Jepang



 Jakarta, CyberNews. Tiga WNI yang berada di radius 70 km dari PLTN, kini telah dievakuasi oleh KBRI dan dibawa ke Tokyo, Senin (14/3). Dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebutkan, tiga WNI kini telah dievakuasi tadi mala
Mereka tiba di Tokyo pukul 07.00 waktu setempat. Listrik di fukushima saat ini sudah menyala, namun suasana di kota sangat sepi. Sebab, banyaknya masyarakat yang mengungsi dari wilayah tersebut, mereka dikhawatirkan terkena dampak radiasi.
Berdasarkan informasi dari Orai, tim bantuan logistik KBRI Tokyo dipastikan telah tiba di dua tempat para pengungsi WNI di kota tersebut. Tim membawa bantuan berupa biskuit, mie instan, minuman botol, obat-obatan, perlengkapan sanitari, dan kebutuhan bayi bagi 100 pengungsi WNI.
Tiga WNI yan dievakuasi antara lain, 121 WNI yang berasal dari kawasan prefektur Miyagi, 6 WNA turut serta dengan tim, dan 6 WNA adalah berasal dari Malaysia, Laos dan Nepal.
Pemerintah Jepang menjelaskan, Kerusakan pada listrik bukan diakibatkan dari reaktor, tapi karena kerusakan bangunan pelindung reaktor. Sementara aliran gas belum kembali normal. Sejumlah ruas jalan di lokasi pengungsian rusak parah, dan akses untuk menuju ke arah wilayah tersebut akan ditutup.
Sementara itu, Kemlu mengimbau kepada masyarakat untuk terus berkoordinasi dengan Kemlu, KBRI Tokyo dan KJRI Osaka pada nomor-nomor hotline di bawah ini:
a. Situation Room Kemlu: +62213510409
b. Hotline Direktorat Astimpas Kemlu: +62 821 2446
c. Hotline Direktorat Perlindungan WNI Kemlu: +62 899 8449342
d. Hotline KBRI Tokyo: +81 9031324994
e. SMS Center KBRI Tokyo: +81 8035068612
f. Hotline KJRI Osaka: +81 662529827
( dtc / CN27 )

SUARA MERDEKA

PMI Siap Kirimkan Bantuan Personil ke Jepang

 3/13/2011


PMI siap memberangkatkan bantuan personilnya untuk membantu upaya penanggulangan bencana gempa dan tsunami di Jepang. Sesuai dengan hasil rapat koordinasi PMI di Markas Pusat PMI, Jakarta, Minggu siang (13/3/2011), PMI siapkan tim respon darurat bencana tsunami ke Jepang, terdiri dari relawan Satgana PMI, personil spesialis  tim medis, tim air dan sanitasi, dan tim RFL (Restoring Family Links) untuk membantu proses pencarian anggota keluarga yang hilang karena bencana.
Disampaikan pula, bahwa mulai hari ini, Minggu (13/3/2011), PMI membuka posko layanan RFL untuk membantu masyarakat Indonesia yang ingin melaporkan kehilangan/mencari kabar sanak saudara/keluarganya akibat bencana ini di nomor                021-799 2325        , ext. 678.
Ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal PMI, Budi A. Adiputro, tim bantuan dari PMI ini segera diberangkatkan setelah mendapat arahan dari pihak pemerintah Jepang maupun Palang Merah Jepang.
“Saat ini PMI tengah menyiapkan 10-20 relawan yang spesialis di bidang SAR Medis serta air dan sanitasi. Saatnya Pemerintah Jepang maupun Palang Merah Jepang membuka pintu bagi bantuan internasional, maka kita segera memberangkatkan tim kita,” tegas Sekretaris Jenderal PMI Budi A. Adiputro, dalam rapat koordinasi bencana di Markas Pusat PMI, Jl. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta, Minggu (13/3/2011).
Ia menyampaikan, PMI menargetkan akan menempatkan relawan PMI di Posko Crisis Center KBRI di Jepang untuk membantu mendata sekaligus memberikan layanan pemulihan hubungan keluarga bagi mereka yang terpisah dan kehilangan anggota keluarga karena tsunami Jepang.
“PMI memprioritaskan keselamatan. Yang dibantu selamat, yang membantu juga dijamin dalam keadaan aman. Oleh karena itu, diperlukan perlengkapan pendukung khusus untuk operasi respon darurat dampak tsunami di Jepang,” ucapnya, terkait meledaknya PLTN di Fukushima karena terjangan tsunami, dan kemungkinan paparan bahaya nuklir di Jepang.
Persiapan peralatan untuk operasi respon darurat bencana di Jepang ini, di antaranya masker khusus untuk mengantisipasi dampak paparan bahaya nuklir, pakaian khusus, pakaian untuk musim dingin, sepatu boot, dan sarung tangan.
PMI menyatakan, akan memberangkatkan para relawannya dalam dua jalur. Pertama, dengan bergabung bersama Tim Satuan Reaksi Cepat  RI; kedua, diberangkatkan dengan dukungan Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC).
Para relawan PMI yang akan diberangkatkan adalah mereka yang telah berpengalaman dalam membantu operasi penanggulangan bencana di luar negeri, di antaranya gempa di Haiti, banjir di Pakistan, dan angin topan di Filipina.
Dalam rapat koordinasi yang dipimpin Sekjen PMI ini, turut hadir Ketua Delegasi IFRC untuk Indonesia Philip Charlesworth, Ketua Delegasi ICRC untuk Indonesia Vincent Nicod, jajaran Pengurus Pusat PMI, serta seluruh Kepala Divisi dan perwakilan staf Markas Pusat PMI.*
(Dok. Foto Oleh Ayu Andini, Biro Humas Markas Pusat PMI)

PMI

BERITA POLULER