Pages

Sunday, March 13, 2011

BTR-3E1 Thailand Mulai Operasional


12 Maret 2011

RTA's BTR-3E1 (all photos : Infantry Geozigzag)
Angkatan Darat Kerajaan Thailand telah menerima kiriman 14 kendaraan lapis baja BTR-3E1 dari Ukraina. Kendaraan beroda 8x8 ini digunakan oleh Region 108 Infantri Mekanis Angkatan Darat Kerajaan Thailand.




Pada saat pemesanan disepakati jumlah 96 unit, namun kabar terakhir jumlah kendaran ini bertambah menjadi 101 unit. Dengan telah diterimanya 14 unit kendaraan lapis baja ini, maka sisanya sebanyak 87 unit akan dikirimkan dalam tiga tahap. Secara keseluruhan pengirimannya diproyeksikan akan selesai semua pada Januari 2012.



Angkatan Darat Kerajaan Thailand memilih BTR-3E1 dari Ukraina pada tahun 2007, mengalahkan pesaingnya yang berasal dari Canada, China dan Russia. Nilai kontrak 96 kendaraan lapis baja ini mencapai 4 milyar baht (129.74 juta USD).




BTR-3E1 merupakan versi upgrade/modifikasi dari BTR-70 dan BTR-80 namun dengan harga yang lebih murah. Kendaraan ini rencananya akan dipakai di daerah konflik di Thailand Selatan.




Spesifikasi BTR - 3E1 Thailand :
- Crew : 2 (driver, gunner).
- 11 infantry personnel (load capacity).
- Dimensions: width 2.90 m, length 7.85 m, height 2.78 m
- Maximum speed on roads 100 km/h, Water 8 km/h
- Operating distance 600 km
- Weight of 16.5 tons combat ready.
- The ability to climb slopes Slopes <30º,slopes>
- Phase out the ground 0.42 m
- 2 m wide cross-guide
- Across the barrier is 0.5 m high.
- Operating in the PL. At a temperature -15 to + 55 º C.
- Weapons systems.
1) Automatic Cannon "ZTM - 1".
- Size: 30 mm
- Long-shot hopes of ground 4000 m.
- Long-shot hopes of air 2000 m
2) Automatic Grenade Launcher "AG - 17".
- Size: 30 mm
- Long-shot far as 1700 m.
3) Machine Gun "KT - 7.62".
- 7.62 mm
- Long-shot hopes of 2000 m.
4) "Barrier" Anti - Tank Missile System.
- Long-shot hopes of 75 to 5500 m.
5) Smoke Screen System (C. smoke).
- Size: 81 mm Number 6 shot device.
- Range 210 to 350 m.
6) "Skif" Anti - Tank Guided Missile System (Et particular installation.).
- Long-shot hopes of 75 to 5500 m.
7) Machine Gun "KT - 12.7".
- Size: 12.7 mm (only install the ambulance, c 0.81, C 0.120, and Et..)
- Long-shot hopes of 2000 m.

(Defense Studies)

Menhan Tinjau Persiapan ARF Direx

MANADO - Sejumlah helikopter milik TNI melakukan uji jalur saat geladi pelaksanaan Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara, Minggu (13/3). Kegiatan persiapan pelaksanaan ditinjau langsung Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro , Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif serta sejumlah pejabat Tni-Polri. FOTO ANTARA/Basrul Haq/ed/nz/11.




Manado Lokasi ARF Direx Karena Rawan Gempa

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif (tengah), Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kedua kanan), Gubernur Sulawesi Utara S.H Sarundajang(kiri) meninjau persiapan pelaksanaan Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara, Minggu (13/3). Peninjauan tersebut untuk memastikan kesiapan segala unsur pendukung latihan bersama penanggulangan bencana yang akan dilaksanakan pada tgl 15-20 Maret. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/nz/11)

13 Maret 2011, Manado --(Antara News): Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Kota Manado, Sulawesi Utara, dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Asean Regional Forum-Disaster Relief Exercise (ARF-Direx) 13-20 Maret 2011 karena merupakan daerah rawan gempa bumi.

"Kota Manado dan daerah lainnya di Provinsi Sulut sering dilanda gempa bumi, sehingga perlu dilakukan pelatihan bersama penanggulangan bencana," kata Menhan kepada pers di Manado, Minggu.

Wilayah geografis Sulut dikelilingi dengan sejumlah lempengan dan patahan yang melintasi samudera pasifik, sehingga tidak ada salahnya misi pelatihan kemanusian itu dilakukan di Manado dan Wori, Kabupaten Minahasa Utara.

Bahkan peristiwa gempa bumi disertai gelombang tsunami di Jepang Jumat (11/3) lalu, sempat mengancam kawasan timur Indonesia, khususnya Provinsi Sulut, namun ancaman tsunami tidak sampai terjadi di daerah itu.

Menhan mengajak masyarakat Sulut untuk mendukung kegiatan ARF Direx atau pelatihan bersama penanggulangan bencana alam yang melibatkan 27 negara itu, karena sangat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat setempat.

"Masyarakat Sulut diajak mengetahui proses penyelamatan diri ketika terjadi gempa bumi disertai gelombang tsunami," katanya.

Hanya saja peristiwa Jepang lalu, yang membuat masyarakat Sulut harus mengungsi ke daerah perbukitan patut diberikan apresiasi. Masyarakat sudah memahami cara melakukan atau menghindari ancaman tsunami dengan mencari lokasi aman.

Sesuai informasi yang diterima, skenario utama latihan adalah simulasi gempa bumi dengan skala 7,5 SR dan tsunami di Sulut, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kerusakan perumahan warga dan infrastruktur, serta tidak berfungsinya fasilitas publik.

Untuk elemen utama latihan, kegiatan akan difokuskan pada aktivitas koordinasi di posko penanggulangan bencana, kegiatan evakuasi dan identifikasi, distribusi logistik dan kesiapan lokasi.

Sumber: ANTARA News Sulut

Pesawat Tempur Jepang Ikut Jadi Korban Keganasan Tsunami


MATSUSHIMA - Selain korban jiwa yang kini telah mencapai 900-an orang, sejumlah pesawattermasuk pesawat tempur Japan Air Self-Defense Force Mitsubishi F-2, dikhabarkan ikut menjadi korban keganasan sapuan gelombang Tsunami pada Jumat (11/3) di pangkalan udara Matsushima, Jepang. Pangkalan ini berada kurang lebih 12 Km bagian Barat Ishinomaki di wilayah Miyagi-Jepang. Pesawat-pesawat ini masuk dalam skuadron 4th Air Wing Matsushima.




Alutsista

Daewoo K7 Submacine Gun Taifib-1 Marinir


SIDOARJO - Sejumlah anggota pasukan khusus Intai Amfibi-1 (Taifib-1) Marinir TNI AL, memeriksa senapan mesin ringan (Submachine gun) Daewoo K7 Kaliber 9mm, untuk persiapan pendaratan khusus dengan Rubber Duck Operation (RDO) dari ketinggian 8000 kaki di atas wilayah Juanda, Sidoarjo, Kamis (10/3). Latihan pendaratan khusus dengan terjun tempur RDO) merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki pasukan khusus Taifib-1 Marinir TNI AL. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/11


Friday, March 11, 2011

Trident II D5 Missile Achieves 135th Consecutive Test Flight

By Lockheed Martin on Friday, March 11th, 2011


Trident II D5 Missile Achieves 135th Consecutive Test Flight

The U.S. Navy conducted a successful test flight March 1 of a Trident II D5 Fleet Ballistic Missile (FBM) built by Lockheed Martin. The Navy launched the unarmed missile from the submerged submarine USS Nevada (SSBN 733) in the Pacific Ocean.
This test marked the 135th consecutive successful test flight of the D5 missile since 1989 –a 22-year record of reliability unmatched by any other large ballistic missile or space launch vehicle.
“This test demonstrates the readiness and reliability not only of the missile, but also of all elements of the Trident II D5 Strategic Weapon System,” said Melanie A. Sloane, vice president of Fleet Ballistic Missile programs, Lockheed Martin Space Systems Company, the Navy’s Trident missile prime contractor. “The commitment of the entire Navy and industry team drives this sustained level of performance.”
The Navy launched the missile as part of Demonstration and Shakedown Operation 22 (DASO-22) to certify USS Nevada for deployment, following a shipyard overhaul period.
The missile was converted into a test configuration using a test missile kit produced by Lockheed Martin that contains range safety devices and flight telemetry instrumentation.
First deployed in 1990, the D5 missile currently is aboard OHIO-class and British VANGUARD-class submarines. The three-stage, solid-propellant, inertial-guided ballistic missile can travel a nominal range of 4,000 nautical miles and carries multiple independently targeted reentry vehicles.
Lockheed Martin Space Systems Company, Sunnyvale, Calif., has been the strategic missile prime contractor for the U.S. Navy Strategic Systems Programs since the inception of the Fleet Ballistic Missile program more than 50 years ago. Lockheed Martin Space Systems employees, principally in California, Georgia, Florida, Washington, Utah, Virginia, and Scotland support the design, development, production, test, and operation and sustainment of the Trident Strategic Weapon System.
Lockheed Martin leads the industry in performance and domain expertise in strategic missile and missile defense systems. Lockheed Martin designs and produces ballistic missiles, interceptors, target missiles and reentry systems with unmatched reliability. Lockheed Martin’s focus on operational excellence yields affordable high-quality systems and services.
Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 132,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation’s 2010 sales from continuing operations were $45.8 billion.

Fifth C-17 Globemaster III to Cost $ 300 Million


10 Maret 2011

RAAF C-17 Globemaster III (photo : Scott Woodward)

Australia – C-17 Globemaster III Aircraft

WASHINGTON, – The Defense Security Cooperation Agency notified Congress today of a possible Foreign Military Sale to Australia of a C-17 GLOBEMASTER III aircraft and associated equipment, parts, training and logistical support for an estimated cost of $300 million.

The Government of Australia has requested a possible sale of one C-17 GLOBEMASTER III aircraft, up to four Pratt & Whitney F117-PW-100 engines, one AN/AAQ-24V(13) Large Aircraft Infrared Countermeasures (LAIRCM) System, spare and repair parts, supply and test equipment, personnel training and training equipment, publications and technical documentation, United States Government and contractor engineering, logistics, and technical support services, and other related elements of logistics support. The estimated cost is $300 million.

Australia is one of our most important allies in the Western Pacific. The strategic location of this political and economic power contributes significantly to ensuring peace and economic stability in the region. Australia’s efforts in operations Iraqi and Enduring Freedom, peacekeeping, and humanitarian operations have made a significant impact on regional, political, and economic stability and have served U.S. national security interests. This proposed sale is consistent with those objectives and facilitates burden sharing with our allies.

Australia currently has a heavy airlift capability comprised of four C-17As. This additional C-17 will furtherimprove Australia’s capability to rapidly deploy in support of global coalition operations and will also greatly enhance its ability to lead regional humanitarian/peacekeeping operations such as its current response to the Queensland flooding, cyclone aftermath and the New Zealand Earthquake.

Australia has the ability to absorb and employ the additional C-17. The C-17 fleet is based at Royal Australian Air Force (RAAF) Base Amberley. RAAF Base Amberley is the primary base for airlift and tanker aircraft and is currently undergoing the infrastructure upgrades required to support the C-17 and other large aircraft Australia already received or is under contract to purchase.

The proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.

The prime contractor will be the Boeing Company in Long Beach, California. There are no known offset agreements proposed in connection with this potential sale.

Implementation of this proposed sale will not require the assignment of any additional U.S. Government or contractor representatives to Australia. There will be no adverse impact on U.S. defense readiness as a result of this proposed sale.

This notice of a potential sale is required by law and does not mean the sale has been concluded.

Latihan Terbang Malam Tobago



9 Maret 2011, Juanda -- (Puspenerbal): Suasana serius melingkupi Briefing Room Sarang Rajawali. Sembilan siswa Penerbang TNI AL yang tergabung dalam Angkatan Pabang XIX begitu antusias memperhatikan instruksi yang diberikan oleh instruktur Skruadron 200 Wing Udara 1 Puspenerbal. Pada saat briefing tersebut hadir Staf Operasi, Suslambang, Staf Senerbal, Staf Skuadron 200 dan personel kesehatan. Program latihan terbang bagi Siswa Dikpabang XIX dilaksanakan setelah menempuh tahapan Manuver Dasar (MD), Pre solo, Precision, Basic Instrument dan Radio Instrument.

Dengan penuh kesabaran dan ketelitian, Instruktur Penerbang Mayor Laut (P) Eko Syam memberikan instruksinya kepada para siswa penerbang tentang materi apa saja yang akan dilatihkan pada malam hari ini. Latihan terbang yang berlangsung malam ini merupakan hari ke-8 dan direncanakan berakhir tanggal 17 Maret 2011 mendatang. Adapun pesawat yang digunakan dalam latihan ini disiapkan sebanyak tiga buah TB-10 Tobago dengan nomor lambung L-206, L-207, L-205.

Sorti I, II dan III dilaksanakan pada puluk 18.40 Wib yang diawali oleh instruktur Mayor Laut (P) Suanda dengan membawa siswa penerbang letda Laut (P) Kuswoyo, Ltd. Laut (P) Roni Adrian, Ltd. Laut (P) Fetaro dengan pesawat L-209 dan berikutinya Instruktur penerbang Mayor Laut (P) Eko Syam dengan siswa penerbang Letda Laut (P) Haryanto, Letda Laut (P) Bani Safangat, dan Letda Laut (P) Jepriano.

Malam ini cuaca lebih cerah dibandingkan hari-hari yang lalu, sehingga para siswa dengan penuh semangat melakukan persiapan diri dengan melaksanakan pre flight check terlebih dahulu bersama para teknisi dari Flight IV Skuadron 200 di Apron hanggar Lanudal Juanda.

Dari hasil latihan terbang malam ini, nantinya akan dilaksanakan evaluasi evaluasi oleh dewan instrukur untuk menentukan klasifikasi sebagai penerbang Fixwing atau Rotarywing. Setelah melewati tahapan ini, para siswa penerbang akan melanjutkan pendidikannya sesuai kejuruannya, pilot Rotarywing menggunakan helikopter latih EC-120 Colibry dan pilot Fixwing menggunakan Nomad N-22/24. Untuk mempercepat proses latihan terbang, Puspenerbal telah menyiapkan sarana latihan berupa Simulator Pesawat dengan berbagai jenis dan telah dikembangkan dengan Naval Aviation Combat Simulator secara integral, sehingga para pilot dapat mensimulasikan teknik menerbangkan pesawat sebelum mempraktekannya dengan pesawat sesungguhnya.

Dalam pelaksanaan latihan terbang malam ini dilaksanakan koordinasi secara integral antara Wing Udara 1 dan Lanudal Juanda, dalam mendukung kesiapan terbang malam. Adapun dukungan yang dilaksanakan Lanudal Juanda di antaranya menyiapkan unsur Cresh team sebagai sarana Faslabuh yang dimiliki berupa satu unit Pemadam Kebakaran (PMK) yang tergabung di dalam Satuan Pertahanan Pangkalan (Sathanlan). Dukungan Cresh team yang lain juga disiapkan berupa satu unit ambulan beserta flight nurse guna mengantisipasi apabila terjadi kondisi darurat.

Dalam kegiatan latihan terbang malam ini, perwira Suslambang Wing Udara 1 memberikan catatan evaluasi terhadap keterbatasan Fasilitas labuh yang dimiliki oleh Lanudal Juanda. Catatan penting yang dapat mempengaruhi pelaksanaan latihan terbang malam ini adalah tidak berfungsinya lighting taxi yang tidak menyala sera three, sera four, sera papa one, sera papa two, short one --







Sumber: Puspenerbal

BERITA POLULER