Pages

Thursday, March 10, 2011

Marines Declare AH-1Z Cobra Operational


Marines Declare AH-1Z Cobra Operational
The Marine Corps' newest attack helicopter, the AH-1Z Cobra, achieved Initial Operating Capability ahead of schedule in February.
"Getting the AH-1Z to IOC has been a huge achievement for the entire team," said Col. Harry Hewson, program manager for U.S. Marine Corps Light and Attack Helicopters. "Now we get to put the Zulu in the hands of the Marines and prove that it is indeed the most capable marinized attack helicopter in the world."
As part of the H-1 Upgrades Program, the AH-1Z replaces the currently fielded AH-1W. The AH-1Z will serve a primary role in assault support, offensive air support and air reconnaissance. Cobras will play a supporting role in anti-air warfare, electronic warfare, and control of aircraft and missiles.
The new Cobras feature 10,000 flight-hour airframes, a new four-bladed rotor system with semi-automatic blade fold of the new composite rotor blades, new performance matched transmissions, a new four-bladed tail rotor and drive system, upgraded landing gear, and pylon structural modifications. The Cobra also incorporates modernized, fully integrated cockpits/avionics that will reduce operator work load while improving situational awareness and safety.
The AH-1Z is equipped with two General Electric T700-GE-401 series engines and greatly increased lift capability and stores capacity, giving it a significantly greater ordnance payload for future growth potential. The primary weapon system is the Hellfire missile. It is fully shipboard compatible, and capable of operating from prepared or unprepared landing sites, day or night.
The Marine Corps will remanufacture 131 AH-1W helicopters into AH-1Z aircraft and build 58 new AH-1Zs. The projected inventory for the AH-1Z is 189 helicopters. Full operational capability, defined as when all AH-1Z maintenance and repair support, test equipment, and spares are in place to support active component force primary aircraft authorization, is expected to be achieved in 2020.
AH-1Z Cobras were first delivered in 2007 by prime contractor Bell Helicopter Textron Incorporated. The Department of Defense authorized the Cobra for full-rate production in November 2010. The first deployment of the AH-1Z is scheduled for later this year with a Marine Expeditionary Unit. This will be the first opportunity for the AH-1Z and UH-1Y to deploy together. The UH-1Y is already on its third rotation to Operation Enduring Freedom.
"The expeditionary agility that the Yankee/Zulu package brings to the Marine Air/Ground Task Force is exactly what the Marine Corps needs as we continue to fight two wars and conduct numerous other engagements in every clime and place," Hewson said. "I am proud to be a part of the team that is making that happen."
The AH-1Z is scheduled to deploy later this year with a Marine Expeditionary Unit.

Sejumlah Kapal Perang Tiba di Manado


MANADO - Sejumlah kapal perang termasuk Hovercraft milik TNI Angkatan Laut telah disiagakan di pantai Manado, Sulawesi Utara, Kamis (10/3). Sejumlah Kapal perang milik TNI AL di datangkan langsung untuk mendukung pelaksanaan latihan penggulangan bencana, Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) yang akan diikuti 27 negara peserta . FOTO ANTARA/ Basrul Haq/ed/nz/11.



Yontaifib Latihan Terjun Free Fall


Sejumlah anggota pasukan khusus Intai Amfibi-1 (Taifib-1) Marinir TNI AL, memasuki pesawat Casa CN212 milik Skuadron Udara 600 Wing Udara-1 Puspenerbal, untuk melakukan terjun tempur free fall dari dari ketinggian 8000 kaki di atas wilayah Juanda, Sidoarjo, Kamis (10/3). Latihan terjun tempur free fall tersebut merupakan persiapan pelaksanaan Rubber Duck Operation (RDO) yang merupakan bagian dari pendaratan khusus, salah satu kemampuan yang dimiliki pasukan khusus Taifib-1 Marinir TNI AL. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/nz/11)

11 Maret 2011, Juanda -- (Puspenerbal): Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir di jajaran TNI Angkatan Laut. Dahulunya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). Taifib (Intai Amfibi) mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara berdiri sendiri dari induk pasukan dalam artian mampu melaksanakan survival secara tim maupun perorangan, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengatasi tekanan mental di daerah penugasan, kemampuan infiltrasi dan eksfiltrasi ke atau dari daerah musuh melalui media, antara lain free fall dengan sistem HALO dan HAHO, STABO/SPIE , berenang, menyelam, serta salah satu kemampuan bawah air atau combat swimmer melalui peluncuran torpedo kapal selam. Saat ini Yontaifib berkekuatan dua batalyon yang masing-masing berada dalam komando Pasmar I dan Pasmar II.

Untuk memelihara, meningkatkan pengetahuan, keterampilan tehnis, dan taktis personel Yontaifib-1 Marinir mengadakan latihan yang diselenggarakan selama kurang lebih tiga minggu. Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington pada hari Senin 07 Maret 2011 membuka latihan Berganda Tri Media I Th.2011 di Lanudal Juanda yang dihadiri juga oleh pejabat di jajaran Puspenerbal. Pada latihan yang berlangsung di Lanudal Juanda Batalyon Intai Amfibi- 1 Marinir menurunkan sebanyak 65 pasukan penerjun free fall di tambah 5 personil Jumping Master dengan menggunakan pesawat TNI AL Cassa NC-212.

Latihan bagi seorang prajurit Yontaifib-1 Marinir adalah merupakan salah satu kesejahteraan yang memiliki tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan satuan Tri Media dalam tugas-tugas operasional dengan memadukan Aspek Tempur, Aspek Intelijen dengan tiga Media yaitu Darat, Laut dan Udara untuk diterapkan dalam operasi yang sebenarnya, latihan ini disiapkan sesuai dengan petunjuk pembinaan latihan yang sudah di tentukan sesuai dengan prosedur tetap lapangan yang ada baik keamanan personel maupun material dengan tetap mengutamakan faktor keamanan yaitu zero accident, setiap akan melaksanakan materi kegiatan selalu melaksanakan check and re-check. Untuk menghadapi tugas ke depan yang demikian besar dan penting ini, maka tuntutan tingginya profesionalisme Tri Media tak dapat dihindarkan.






Sumber: Puspenerbal/ANTARA News

Casa dan BO-105 Perkuat Wing Udara 2



9 Maret 2011, Juanda -- (Puspenerbal): Luas perairan yurisdiksi nasional di wilayah kerja Koarmabar cukup luas begitu pula dengan potensi kerawanan dan ancaman baik berupa pelanggaran kedaulatan maupun pelangaran hukum di laut menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Selat Malaka sebagai jalur internasional yang strategis, memerlukan prioritas jaminan keamanan bagi kapal-kapal yang melintasi selat ini. Begitu pula dengan tingkat kerawanan bencana alam yang sering terjadi di sepanjang pantai barat pulau Sumatera hal tersebut memerlukan tindakan yang cepat dalam penanggulangannya.

Mengingat kondisi dan kerawanan tersebut, pimpinan TNI Angkatan Laut mengambil kebijakan untuk mengalih binakan dua pesawat udara dari Wing Udara 1 yang berkedudukan di Lanudal Juanda ke Wing Udara 2 yang berkedudukan di Lanudal Tanjungpinang, yaitu satu Casa NC-212 dan satu helikopter Bolkow Bo-105 guna mendukung operasi laut termasuk diantaranya melaksanakan patroli maritime maupun untuk mendukung pergerakan logistik ke daerah rawan bencana secara terbatas.




Pada hari Selasa 08 Maret 2011 pukul 08.30 Wib bertempat di Apron Lanudal Tanjung Pinang telah dilaksanakan upacara penandatanganan berita acara alih bina pesawat udara dari Komandan Wing udara 1 Kolonel Laut (P) Dadun Kohar kepada Dan Wing 2 Kolonel Laut (P) Sigit Setiyanta berupa satu unit casa NC-212 dengan nomer lambung U-618 dan satu unit helikopter bolkow BO-105 dengan nomer lambung NV-409, upacara penandatanganan berita acara alih bina pesawat udara dipimpin langsung oleh Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI H. Sipahutar M.Sc.

Dengan bertambahnya kekuatan pesawat udara tersebut, diharapkan Wing Udara 2 mampu memberikan kontribusi yang lebih optimal dalam melaksanakan tugas pertahanan dan keamanan negara di laut guna mewujudkan stabilitas keamanan dan ketahanan nasional yang tangguh.

Sumber: Puspenerbal

Kerjasama Pertahanan Indonesia-Korsel Terus Ditingkatkan



11 Maret 2011, Jakarta -- (DMC): Jakarta, DMC- Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan (Korsel), khususnya dalam bidang pertahanan, saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, demikian dikatakan Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro saat menerima Duta Besar Korsel untuk Indonesia, Kim Ho Young, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Kamis (10/3).

Kunjungan Dubes Korea Selatan yang telah menguasai Bahasa Indonesia tersebut, dimaksudkan untuk menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah Indonesia, khususnya jajaran Kemhan, yang telah mendukung penuh selama dirinya bertugas di Indonesia. Selanjutnya Kim Ho Young akan kembali ke Korsel dan menunggu jabatan baru yang akan diembannya.

Sejak bertugas di Jakarta pada Juli tiga tahun lalu, Diplomat yang lahir pada tangga 18 Januari 1954 ini telah mampu menjadi kepanjangan tangan bagi hubungan kerjasama pertahanan Indonesia-Korsel sehingga menjadi semakin meningkat. Hal itu ditandai dengan kurangnya kendala dalam proses pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) kedua negara diantaranya, Pengadaan kapal jenis Landing Platform Dock, yakni KRI Surabaya dan KRI Makassar, yang dipesan TNI Angkatan Laut kepada Galangan Kapal Daesun Korea, Pengadaan Kapal Pesawat Patroli Maritim produksi PT Dirgantara Indonesia untuk Angkatan Laut Korsel, ataupun kegiatan hibah kendaraan tank amphibi Korsel kepada Pasukan Marinir.

Lebih dari itu, Kim Ho Young juga memberikan dukungan penuh bagi rencana produksi bersama pesawat tempur generasi baru Indonesia-Korsel dengan mengkomunikasikan keinginan Indonesia kepada Pemerintah Korsel ataupun sebaliknya.

Menhan pada kesempatan tersebut juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas kerjasama Dubes Korsel selama bertugas di Indonesia dan mengharapkan kerjasama ke depan dengan pemerintahan Korsel lebih meningkat lagi.

Menhan pada kesempatan tersebut didampingi Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskomlik) Brigjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil dan Direktur Kerjasama Internasional (Dirkersin) Brigjen TNI Wahyu Suhendar.

Sebelumnya Dubes Korsel Kim Ho Young juga menyempatkan berpamitan dengan Wakil Menhan, Sjafrie Sjamsoeddin, di Ruang Tamu Wamenhan. Senada yang disampaikan Menhan, Wamenhan mengatakan kerja sama dengan pemerintahan Indonesia dan Korsel dalam bidang militer dan pertahanan saat ini sangat baik, namun demikian ke depan diharapkan Korsel dapat sebagai referensi dalam bidang lain selain militer dan pertahanan.

Sumber: DMC

Panglima TNI & Kapolri Terima Brevet Komando Kehormatan Kopassus


Ramadhian Fadillah - detikNews


Panglima TNI & Kapolri Terima Brevet Komando Kehormatan Kopassus
(foto: Ramadhian/detikcom)
Jakarta - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo menerima brevet komando kehormatan Kopassus TNI AD. Mereka pun diberi baret merah khas pasukan khusus TNI AD ini.

Pemberian tanda kehormatan ini digelar di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (11/3/2011).

"Saya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih dapat menjadi anggota kehormatan Kopassus. Saya merasa bangga," ujar Agus yang menjadi inspektur upacara.

Agus berharap dengan diberikan tanda kehormatan ini, hubungan kekeluargaan antar angkatan dan Polri dapat terjalin. Selain itu semangat komando diharapkan bisa meningkatkan rasa pengabdian pada bangsa.

"Semoga memupuk jiwa korsa antara TNI AD, AL, AU dan Kapolri yang menjadi tulang punggung pertahanan dan keamanan negara," harapnya.

Kasad Jenderal George Toisutta, Kasal Laksamana Soeparno dan Kasau Marsekal Imam Sufaat juga menerima kehormatan yang sama.

Kelima perwira tinggi itu tampak mengenakan baju loreng khas kopassus plus baret merahnya. Tidak lupa, pisau komando emas juga terselip di pinggang.

Walau tidak perlu menempuh pendidikan komando selayaknya prajurit Kopassus, para jenderal ini turut mencicipi aksi menjadi pasukan khusus. Mulai dari merayap di tali, menerima perintah operasi,  halang rintang, hingga melakukan seruan mendadak ala pasukan khusus.

(rdf/gun)

detik news

TNI AU Keluarkan Bantahan Pembelian Jet Tempur Typhoon


typh_da4Jakarta, Seruu.com - TNI Angkatan Udara mengaku tidak punya rencana untuk membeli pesawat jet tempur dari Inggris. Pernyataan ini sekaligus bantahan atas pemberitaan Harian Times di Inggris yang menulis Indonesia berencana membeli 24 pesawat jet tempur buatan Inggris. Juru bicara TNI AU Bambang Samudro mengatakan, TNI AU memang mempunyai rencana jangka panjang untuk menambah armada pesawat tempur. Namun, TNI AU belum memutuskan akan membeli pesawat tempur dari negara tertentu.
“Belum ada pemberitaan seperti itu dan memang belum ada rencana. Seperti yang sudah pernah diberitakan, memang kita membutuhkan tambahan armada tapi belum ada keputusan tentang tipe yang akan dibeli. Rencana memang ada penambahan pesawat tempur tapi belum ada keputusan soal itu.” ujarnya, Kamis (10/03).
Sebelumnya, harian The Times yang terbit di Inggris menulis, pemerintah Indonesia tengah menjajaki kemungkinan untuk membeli pesawat jet tempur tipe Eurofighter Typhoon. Harian itu menulis, pemerintah Indonesia akan membeli 24 pesawat jet tempur buatan Inggris itu. Total nilai jual ke-24 pesawat jet temput tersebut sekitar 71 triliun rupiah. Bantahan juga sudah dilontarkan kementrian pertahanan Inggris yang menyangkal bahwa kehadiran mereka dalam pertemuan menteri pertahanan di Jakarta adalah untuk membahas mengenai pembelian jet tempur Typhoon.

SERUU.COM

BERITA POLULER