Pages

Wednesday, March 2, 2011

Thales and Hitech Padu Cooperate for Malaysian Naval Combat Management System


02 Maret 2011


Tacticos 430W (photo : Thales)
HeiTech Padu and Thales Nederland to cooperate in Naval Combat Management System
HeiTech Padu Berhad and Thales Nederland have signed a Memorandum of Understanding that confirms their cooperation in the development of a Malaysian Naval Combat Management System.

Both companies agree that, based on a transfer of technology and the implementation of a sophisticated joint software development environment, the Thales Tacticos Combat Management System offered for the Second Generation Patrol Vessel will be developed and produced in Malaysia. Additionally HeiTech Padu will also be involved in the delivery of the Tacticos system currently built for the modernization of the Kasturi Class.


With the experience of HeiTech Padu to deliver real-time network and software applications for the security and defence domain, Thales is convinced to start a cooperation that will serve the Royal Malaysian Navy with first class systems as well as contribute to the development of the Malaysian defence industry. One of the immediate effects will be the establishment of an in-country support facility.

HeiTech Padu selected Thales Nederland as preferred partner based on the leading position of Thales in Naval Combat Management Systems as well as the extensive and proven track record of Thales in international industrial cooperation.

HeiTech Padu Executive Chairman, Dato' Mohd Hilmey Mohd Taib: "is honoured by the confidence given by Thales for HeiTech to spearhead the integration and localisation of their state of the art Combat Management System. HeiTech is committed to take full advantage of this opportunity and hence contribute significantly to the Malaysian defence industry."

Thales Nederland CEO Gerben Edelijn is proud of this MoU: “This agreement emphasizes the strength of our Tacticos Combat Management System and it reinforces the excellent relation between Thales and its Malaysian partners.”

About HeiTech Padu
HeiTech Padu Berhad, a public listed company on the main board of the Bursa Malaysia is Malaysia's leading Information and Communication Technology (ICT) Solutions Provider. HeiTech has delivered high impact ICT solutions, focusing on niche market segments for the defence and security, insurance, financial, health, education, manufacturing and utility industries. Our testimonies include the delivery of mission critical projects for Malaysian Government agencies. The two decades of collaborative partnership with the Government reflects the trust and confidence in our value proposition and commitment. Capitalizing on HeiTech's technical strength and expertise of more than 1,000 workforce, coupled with our home-grown solutions, we are well poised to deliver breakthrough ICT solutions for Malaysian and beyond.
www.heitech.com.my.

About Thales
Thales is a global technology leader for the Aerospace and Space, Defence, Security and Transportation markets. In 2009, the company generated revenues of 12.9 billion euros with 68,000 employees in 50 countries. With its 25,000 engineers and researchers, Thales has a unique capability to design, develop and deploy equipment, systems and services that meet the most complex security requirements. Thales has an exceptional international footprint, with operations around the world working with customers as local partners.
www.thalesgroup.com

Thales Nederland employs about 2,000 staff members The company, established in 1922, is one of the leading companies in integrated naval systems for surveillance, weapon control, combat management and system integration worldwide.www.thalesgroup.com/nl

(Thales Nederland)

Myanmar to Receive New Batch of MiG-29s from March


02 Maret 2011


MiG-29 of the Myanmar Air Force (photo : Keypublishing Forum)
Myanmar will in March receive the first of 20 RSK MiG-29s ordered under a roughly €400 million ($553 million) deal, with their introduction to more than double the country's MiG-29fleet.

Ordered in November 2009, the aircraft will be delivered in three configurations, comprising 10 MiG-29B and six MiG-29SE single-seat fighters and four MiG-29UB twin-seat operational trainers.
The acquisition effectively clears the remaining MiG-29B/SE stock at RSK MiG's Lukhovitsy plant, with the airframe parts having been manufactured in the Soviet and Perestroika eras. Myanmar's aircraft will be delivered in an original export configuration, with analogue instruments and Phazotron N-019 radars.

MiG-29 of the Myanmar Air Force (image : Mars Slupsk)

Myanmar previously bought used MiG-29s from Belarus, but approached the type's manufacturer and Russian arms export company Rosoboronexport for help after encountering a high attrition rate. Moscow responded with help on weapons, spare parts and training, including the installation of a simulator at one of its air bases.

Acquiring an additional batch of fighters directly from RSK MiG should radically improve the combat readiness and effectiveness of Myanmar's fleet, sources say. Its air force now has 12 MiG-29s, says
Flightglobal's MiliCAS database.

Meanwhile, RSK MiG says a new logistics support system to be established in co-operation with Indian companies will enable it to provide increased customer support for the nation's MiG-29s, plus those flown by the air forces of Malaysia and Myanmar.


(FlightGlobal)

Awak KRI Badik-623 Latihan Peran Tempur


Personel KRI Badik-623 melakukan latihan peran tempur melewati medan ranjau di atas kapal yang sedang sandar di dermaga Koarmatim, Rabu (02/03).

2 Maret 2011, Surabaya -- (Dispenarmatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Badik – 623 yang berada dibawah jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim melakukan Gladi persiapan L-1 dan L-2. Latihan yang meliputi beberapa aspek peperangan laut itu diikuti oleh seluruh Perwira, Bintara dan Tamtama KRI Badik yang sedang sandar di Dermaga Koarmatim Surabaya, (02/03).

Dalam latihan ini seluruh peran-peran dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh seluruh anggota KRI, mulai dari peran Administratif, peran Operatif hingga peran peninggalan kapal. Dalam pelaksanaan uji L-1 dan L-2, unsur-unsur KRI melakukannya secara rutin dua tahun sekali.

Kegiatan itu meliputi uji L-1 bertempat di dermaga dan uji L-2 untuk manufer di laut, dimana Tim Uji dari Komando Latihan (Kolat) Koarmatim yang akan menilai tingkat kemampuan tiap-tiap persone,l dalam mengawaki persenjataan dan peralatan yang ada di kapal sesuai dengan tugas dan fungsinya.

“Tujuan dilakukannya latihan ini untuk meningkatkan kemampuan anggota guna menghadapi L-1 dan L-2 yang rencananya akan di gelar pada bulan Mei 2011 nanti”, kata Perwira Pelaksana (Palaksa) KRI Badik Mayor Laut (P) Ari Krisdiyanto.

Sumber: Dispenarmatim

Bantu Tumpas Demonstran, Arab Saudi Kirim Tank ke Bahrain

 Arab Saudi mengirim sekitar 30 tank ke Bahrain yang terlihat kemarin malam (Senin, 28/2) melintas di jalan lintas Raja Fahd yang menghubungkan kedua negara.
Di sisi lain, protes pro-demokrasi di Bahrain tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan setelah hampir dua minggu. Para demonstran menuntut pengunduran diri rezim, reformasi konstitusional dan tahta raja.
Para saksi mata mengatakan jalan lintas itu diblokir saat "15 kendaraan pengangkut tank yang masing-masing membawa dua tank bergerak menuju Bahrain," demikian dilaporkan koran al-Masry al-Youm hari ini (1/3).
Menyusul berlanjutnya protes anti-rezim monarki Bahrain itu, transfer mesin-mesin perang dari Arab Saudi ke Bahrain itu pun meningkat melalui jalan lintas sepanjang 25 km yang menghubungkan perbatasan kedua negara.
Transformasi itu menyusul keputusan militer Bahrain Sabtu (26/2) menarik kendaraan mereka keluar dari Bundaran Mutiara di Manama, pasca serangan mematikan terhadap para demonstran.
Transfer tank dari Arab Saudi itu akan berlanjut malam ini (1/3) di saat kelompok oposisi Bahrain dan para pengunjuk rasa di Manama menolak meninggalkan Bundaran Mutiara.
Kekhawatiran terhadap intervensi Saudi di Bahrain muncul ke permukaan pekan lalu setelah sejumlah laporan yang dirilis Rabu (23/2). Para pejabat Saudi kepada para pejabat AS menyatkaan bahwa mereka "siap untuk campur tangan" dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi rezim Bahrain. (IRIB/MZ/RM)

IRIB

AS dan NATO Bersiap-Siap Serang Libya?

 Pangkalan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Italia tengah disiagakan guna mempersiapkan serangan ke Libya menyusul semakin terdesaknya Presiden Muammar Gaddafi menghadapi tuntutan dan protes rakyatnya.
Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, kepada televisi Sky mengatakan, "Kami menandatangani perjanjian persahabatan dengan Libya, tetapi ketika mitra perjanjian itu tidak ada lagi maka perjanjian itu juga tidak dapat diterapkan". Demikian tegas Frattini menyinggung perjanjian yang ditandatangani antara Tripoli dan Roma tiga tahun lalu.
Penggantungan perjanjian itu memungkinkan Roma ikut andil dalam operasi penjaga perdamaian di Libya yang tengah dilanda krisis. Selain itu, Italia juga dapat mengijinkan sekutu-sekutunya untuk menggunakan pangkalan militer di Italia dalam pelaksanaan operasi militer di Libya.
Berdasarkan perjanjian 2008 antara Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dan Presiden Libya Muammar Gaddafi, Italia membayar Libya sebesar lima milyar dolar untuk kompensasi pada era pemerintahan kolonial.
NATO dan Amerika Serikat memiliki sejumlah pangkalan di Italia, termasuk Armada Keenam Amerika Serikat, di Naples.
Di lain pihak, Wakil Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri Italia, Aldo Amati, mengatakan, "Namun hal itu (pembatalan perjanjian) tidak harus membuka kemungkinan bahwa AS atau NATO dapat melancarkan operasi militer di negara Afrika Utara dari wilayah Italia." Menurutnya, kedua hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya.
Namun sejumlah analis berpendapat bahwa pengunduran diri Italia dari perjanjian dengan Libya itu merupakan awal intervensi militer di Libya.
Berbagai laporan menyebutkan, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat mengirim ratusan penasehat militer ke Libya untuk membangun pangkalan militer di kawasan kaya minyak di timur Libya.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan pro-Gaddafi berkonsentrasi di bagian barat negara itu dan menutup perbatasan dengan Tunisia.
Pasukan Pro-Gaddafi juga mengepung kawasan barat negara itu dan bersiap-siap merebut kembali kota Nalut dari tangan rakyat. Warga khawatir serangan tersebut segera dilancarkan. (IRIB/MZ/RM)

IRIB

Militer Iran Berhasil Patahkan Ancaman Barat



Angkatan Laut Republik Islam Iran menyatakan telah berhasil mengubah ancaman berupa sanksi yang dikenakan Barat menjadi peluang. Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Habibbollah Sayyari memuji perjalanan baru-baru ini dua kapal perang Iran di Laut Mediterania melalui Terusan Suez dan selanjutnya menuju Suriah.
"Kehadiran angkatan laut kita di kawasan strategis ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Republik Islam Iran punya kemampuan industri dan sains yang canggih," kata Sayyari seperti dilaporkan ISNA pada hari Rabu (23/2).
Kapal Kharg dan Alvand saat ini tengah berlabuh di dekat Suriah untuk menggelar latihan di tengah upaya Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel yang menyebut misi itu sebagai penyebab kekhawatiran.
Pada kesempatan itu, Sayyari menyinggung pernyataan Pemimpin Tertingi Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tahun lalu tentang pentingnya memperkuat Angkatan Laut Iran.
"Setelah pernyataan itu, maka kami perlu untuk memodifikasi perspektif Angkatan Laut Iran pada subdivisi yang berbeda, yaitu kecerdasan, persenjataan dan operasi," jelasnya.
"Sebelumnya medan operasi Angkatan Laut Iran hanya 400 kilometer persegi, namun kini telah meningkat menjadi 2.000 kilometer. Sekarang, pelatihan dilakukan sesuai dengan standar internasional dan di pusat-pusat pelatihan militer, prajurit memperoleh berbagai keterampilan untuk misi angkatan laut jangka panjang," tambah Sayyari. (IRIB/RM)

IRIB

Tuesday, March 1, 2011

Australia Akan Beli Lagi C-17A Globemaster II


C-17A RAAF mendarat di Myanmar, mengirimkan bantuan bencana alam. (Foto: Australia DoD)

2 Maret 2011, Canberra -- (Berita HanKam): Departemen Pertahanan Australia berencana membeli lagi pesawat angkut militer berat C-17A Globemaster III, diumumkan Menteri Pertahanan Stephen Smith, Selasa (1/3).

Australia telah mengirimkan Letter of Request ke Amerika Serikat terkait pembelian pesawat melalui program Foreign Military Sales (FMS).

Royal Australian Air Force (RAAF) telah mengoperasikan empat C-17A. Pesawat diterima pada periode 2006-2008. Pesawat pertama mulai dioperasikan 2007, menjadikan Angkatan Bersejata Australia berkemampuan angkut udara global.

Bencana alam di Queensland dan Christchurch, Selandia Baru menjadi kemampuan angkut C-17 sangat penting dalam merespon kejadian bencana alam di wilayah Australia dan regional.

RAAF mengoperasikan C-17 untuk mendukung operasi pasukan Australia dan sekutu di Afghanistan dan Timur-Tengah.

C-17A dapat mengangkut kargo dalam jumlah besar dan berat jarak jauh. Satu C-17A daya angkutnya sebanding dengan empat C-130 Hercules.

Program pembelian dua pesawat tambahan C-130J-30 dimungkinkan dibatalkan karena rencana pembelian C-17A.

Sumber: Australia DoD
© Beritahankam.blogspot

BERITA POLULER