Sejumlah pasukan marinir mendarat dengan menggunakan tank amfibi saat melakukan penyerangan terhadap musuh di Pulau Tanah Tumbuh Makassar, Minggu (13/2). Latihan pendaratan amfibi tersebut dilakukan guna meningkatkan kemampuan pasukan TNI AL dalam menjaga NKRI dari ancaman luar dan dalam negeri. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/pd/11)
13 Februari 2011, Makassar (ANTARA News): Sebanyak 70 orang pasukan marinir dilengkapi enam unit kendaraan tempur tank ampibi menyerang kawasan Tanjung Bunga Makassar, dalam latihan militer operasi pendaratan ampibi, Minggu.
Pasukan katak membangun serangan dari KRI Banjarmasin-592 di Selat Pulau Lae-lae dan mendarat di tanah tumbuh depan Pantai Losari yang dipersenjatai tiga unit Tank PT 76, tiga unit Ranratfib, satu helikopter tempur TNI AL, dua kapal Sea Rider.
Tugas Sea Rider melakukan pengintaian dan pegamatan pantai, selanjutnya melaporkan ke KRI Banjarmasin untuk melaporkan titik koordinat sasaran, tinggi gelombang laut, serta memastikan bahwa pendaratan tank ampibi tidak diketahui musuh.
Sebelum tank ampibi mendarat, helikopter sudah melakukan penyerangan frontal untuk membuat musuh kalang-kabut sekaligus mengalihkan perhatian musuh untuk tidak mengetahui adanya tank yang muncul dari laut.
Sekitar satu jam, tanah tumbuh menjadi lautan perang dengan dentuman peluru dan bom terdengar dimana-mana, setelah tank ampibi yang didahului oleh pasukan pengintai dari Sea Rider, serta didukung satu helikopter tempur mendarat lebih dahulu di tempat pembangunan mega proyek Center Point of Indonesia (CPI).
Tank PT 76 berada di garis paling depan, di belakanggnya tank Ranratfib memuat pasukan serbu yang bergerak cepat pantang mundur merebut Sulawesi Selatan yang diskenariokan dalam pembebasan dari cengkeraman gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Latihan pendaratan ampibi terbatas, juga melibatkan Lantamal VI Makassar yang melakukan penyekatan di lokasi pendaratan, dengan dilengkapi 40 personil dari Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan), tiga Satuan Pengamanan Laut (Satkamla), serta dua perahu karet.
Wakil Komandan Lantamal VI Makassar, Kol Laut (P) Dwi Tjahjono mengatakan, salah satu tujuan utama latihan tersebut adalah menguji fungsi "docking" dan "undocking" KRI Banjarmasin produksi PT PAL di Surabaya yang baru diluncurkan 8 Agustus 2008.
"Hasil yang dicapai sudah sesuai dengan standar yang diwajibkan oleh Aramada Laut Timur. Kecepatan sekitar 15 knot," ucapnya.
KRI yang dikomandoi, Letkol Laut (P) Eko Jokowiyono memiliki panjang 125 meter dan lebar 22 meter, mampu mengangkut 507 personel, 13 unit tank, serta memiliki dua tempat pendaratan helikopter.
Latihan perang yang berlangsung sekitar dua jam dihadiri seluruh parwira tinggi Lantamal VI Makassar, pejabat Kodam VII Wirabuana, dan menjadi tontonan gratis masyarakat Makassar, yang memadati Pantai Losari dan kawasan Tanjung Bunga.
Orang tua, pemuda maupun anak-anak terkesima melihat atraksi tank ampibi yang mampu berputar 360 derajat dalam melaksanakan misinya, mereka juga berlomba-lomba untuk foto di atas atau samping tank, maupun bersama dengan pasukan marinir yang baru saja selesai latihan perang.
Latihan pendaratan Ampibi adalah rangkaian kegiatan yang disebut "Long Sea Trial". Untuk Indonesia Timur juga akan dilakukan di Manado dan Ambon.
Sejumlah pasukan marinir mendarat dengan menggunakan tank amfibi saat melakukan penyerangan terhadap musuh di Pulau Tanah Tumbuh Makassar, Minggu (13/2). (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/pd/11)
Sejumlah pasukan pengintai marinir melakukan pengintaian terhadap musuh sebelum dilakukan pendaratan amfibi di Pulau Tanah Tumbuh Makassar, Minggu (13/2). Latihan pendaratan amfibi tersebut dilakukan guna meningkatkan kemampuan pasukan TNI AL dalam menjaga NKRI dari ancaman luar dan dalam negeri. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/pd/11)
Sumber:
ANTARA Sulawesi Selatan