Pasar Ekspor
Setelah diperkenalkan pada tahun 1997, LHD Mistral dipromosikan ke negara luar Perancis secara resmi pada Euronaval 2007. DCNS merasa kebutuhan akan kapal serang amfibi cukup bagus pasarnya, terlebih saingan terdekatnya Navantia-Spanyol saat itu baru menjual kapal sejenis (Canberra class) dalam bentuk model. Bahkan konsep desain BPC Mistral dipilih untuk pengembangan lebih lanjut pada LHD Australia kelas Canberra.
Menurut DGA (Institusi yang menangani ekspor persenjataan Perancis) angkatan laut dari beberapa negara telah menunjukkan minatnya membeli Mistral, salah satu diantaranya AL Rusia, AL Afrika Selatan, Deutsche Marine, AL Canada, AL Malaysia dan AL Swedia.
Selain Rusia yang secara terang-terangan menyatakan minatnya mengakuisisi lisensi Mistral beserta blue-printnya, negara lain pun menyatakan hal yang sama. Diantaranya India, Brasil, Aljazair dan Turki.
Kelanjutan Mistral
Tahun 2008 pemerintahan Perancis secara resmi mengeluarkan perundangan-undangan baru menyangkut keamanan nasional, dimana peraturan baru yang diberi nama “The Livre Blanc sur la Défense et la Sécurité nationale 2008” berisi kebijakan-kebijakan pertahanan dalam negeri dan luar negeri Perancis. Dalam dokumen itu juga di ungkapkan bahwa AL Perancis merekomendasikan kebutuhan sekitar 4 buah kapal Mistral yang diharapkan beroperasi hingga tahun 2020.
Menyikapi kebutuhan ini pemerintah Perancis melanjutkan pesanan kapal ketiga kelas Mistral (FS Jeanne d'Arc) pada tahun 2009. Sebenarnya pesanan ini dianggap terlalu dini oleh lembaga legislatif di Perancis, terlebih negara ini tengah dihadapkan pada resesi ekonomi sejak tahun 2008 lalu. Tidak mau kehilangan moment DCNS segera membuat konstruksi kapal yang sudah dimulai pada 18 April 2009 di galangan Chantiers de l ' Atlantique di Saint-Nazaire. Dan dalam rangka penghematan biaya, seluruh konstruksi kapal Mistral ke-3 dan ke-4 dibangun di kota ini.
Sedangkan bagi Rusia, kebijakan membeli kapal amfibi kelas Mistral dari Perancis banyak mendapat protes dari industri pertahanan dalam negerinya. Mereka mengatakan seharusnya pemerintah Rusia berinvestasi pada produk domestiknya, bukannya malah memberikan devisa ke negara lain. Namun protes ini dibantah para pejabat AL Rusia yang menyebutkan bahwa kebijakan ini merupakan suatu langkah besar untuk merubah paradigma yang ada jika Rusia berhasil mendapatkan lisensi pembuatannya. Kita tunggu saja!
Spesifikasi :
Jenis: Landing Platform Helicopter/ Landing Helicoper Dock/ Amphibious Assault Vessel
Konstruktor: DCNS (Direction des Constructions Navales Services) dan Chantiers de l'Atlantique Dockyards
Bobot: 16.500 ton (kosong), 21.300 ton (penuh)Maksimum 32.300 ton (dengan ballast)
Panjang: 199 m (650 feet)
Lebar: 32 m (100 feet)
Kedalaman apung: 6.3 m (21 feet)
Sumber tenaga: 3 x 16 V32 (6,2 MW) Wartsila diesel generator
1 x 18 V200 (3 MW) Wartsila Vasaa Auxiliary diesel generator
Propulsi: 2 x Mermaid electric motor (2 X 7 MW)2 x Propeler
Kecepatan: 18,8 knot (35 Km/jam)
Jarak Jelajah: 10.800 Km (18 knot), 19.800 Km (15 knot)
Kapal pendarat: 4 CTM (Chaland de transport de materiel), alternatif 2 LCAC (Landing craft air cushion)
Kapasitas angkut kendaraan: 59 kendaraan (termasuk 13 tank MBT Leclerc)
Kapasitas angkut pasukan: 900 personel (jarak pendek), 450 pesonel (jarak panjang)
150 personel (bertugas di komando operasi)
Kapasitas angkut helikopter: 16 heli angkut berat atau 35 heli ringan
Awak kapal: 20 perwira, 80 bintara senior dan 60 operator
Sensor dan pemroses sistem data: Radar navigasi DRBN-38A Decca bridgemaster E250
Radar udara dan permukaan: MRR3D-NG 2 radar optronic sistem kendali tembak
Persenjataan: 2 x Rudal anti serangan udara Simbad system, 2 x 30mm meriam Breda-mauser, 4 x 12,7mm senapan mesin M2-HB Browning
Copyright ALUTSISTA
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK