Pages

Thursday, February 3, 2011

Su-25 combat jet crashes in Azerbaijan - media


Su-25
18:35 03/02/2011
A Su-25 Frogfoot close air support aircraft crashed on Thursday in the Kurdamir district of Azerbaijan, local media reported. The Trend news agency cited Azeri Defense Ministry's spokesman Eldar Sabiroglu as saying that the crew ejected from the plane and survived the crash without injury.
An investigation into the cause of the incident has been launched, the spokesman said.
The Azeri Air Force has about a dozen Soviet-era Su-25s, which are poorly maintained due to budget constraints.
A previous Azeri Su-25 crash in March 2010 killed the pilot.
MOSCOW, February 3 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

Mesir: Siapa yang Sesungguhnya Bermain?



©Dina Y. Sulaeman Banyak analisis bermunculan mengomentari situasi terakhir di Mesir. Sedikit berbeda dengan Tunisia (baca tulisan saya sebelumnya: Tunisia Seharusnya Belajar dari Indonesia), dalam menyikapi aksi-aksi demo di Mesir, sejak awal AS sudah terang-terangan menunjukkan sikap. Obama mengaku sudah menelpon Mubarak, memintanya memerhatikan aspirasi rakyat. Wikileaks ikut memanaskan suasana dengan memunculkan informasi bahwa AS menginginkan rezim Mubarak tumbang. Publik digiring untuk percaya bahwa AS berpihak pada para demonstran dan menginginkan tegaknya demokrasi di negeri Nil itu. Bahkan ada yang memperkirakan bahwa AS-lah arsitek kerusuhan di Mesir. Apalagi, tokoh yang naik daun saat ini dan digadang-gadang jadi pengganti Mubarak adalah El Baradei. Jika Anda mengikuti sepak terjang El Baradei saat menjabat Gubernur IAEA, tentunya Anda tahu bahwa dia selalu berpihak pada kepentingan AS dalam menangani nuklir Iran. Lebih lagi, dia adalah salah satu anggota Dewan Pengawas ICG (Internasional Crisis Group), LSM internasional yang didanai George Soros. ICG menyediakan analisis dan saran mengenai berbagai sumber konflik dunia, antara lain, Irak, nuklir Iran, atau Jemaah Islamiah di Indonesia. Apa saja saran yang mereka sampaikan? Bila Anda melihat siapa penyandang dananya, Anda sudah bisa memperkirakan apa target ICG.
Sebaliknya, ada pula yang menilai bahwa situasi Mesir sebenarnya membuat cemas Israel (dan tentunya, AS sebagai kembar siamnya) karena Mesir adalah benteng terakhir yang melindungi Israel. Bahkan konon Israel sudah mengirimkan pasukan untuk membantu Mubarak agar tetap di kursi kekuasaan. Mubarak selama ini menjaga ketat perbatasan Rafah sehingga memuluskan upaya blokade Israel terhadap Gaza sejak tahun 2007. Tentara Mesir bahkan diperintahkan untuk menembaki relawan Viva Palestina yang berniat masuk ke Gaza, padahal mereka hanya ingin mengantarkan makanan, baju, obat-obatan, mainan anak-anak, kursi roda, dan barang-barang non militer lain kepada rakyat Gaza. Dari sisi ini, kebangkitan Mesir tentu bukanlah desain AS, melainkan benar-benar aksi spontan karena kemarahan rakyat yang sudah mencapai titik kulminasi. Logikanya, cacing pun bila diinjak akan menggeliat, apalagi manusia.
Jadi, mana yang benar di antara dua analisis ini?
Saat saya membaca tulisan Prof. Chassudovsky di Global Research, saya menemukan informasi baru yang dapat memberi jawaban dari pertanyaan ini. Mirip dengan tulisan saya sebelumnya tentang Tunisia, Chassudovsky menulis peran IMF dalam memiskinkan rakyat Mesir, memperkaya segelintir elit, dan lebih memperkaya lagi korporasi-korporasi transnasional yang menjadi kroni IMF. Mubarak adalah boneka yang patuh menjalankan instruksi IMF dan patuh menerima instruksi AS untuk terus tegak membela Israel. Namun, rupanya Sang Tuan (Amerika Serikat) bukanlah pelindung yang baik untuk Sang Boneka. Amerika bermain di dua kaki. Istilahnya, "political leveraging" (politik pemanfaatan). AS mendukung diktator, tapi pada saat yang sama juga mendukung kelompok-kelompok oponen (penentang) diktator. Tujuannya, agar kelompok oponen itu bisa dikontrol dan tidak menjadi ‘liar'. Dalam kasus Mesir, biarlah Mubarak ditumbangkan asal kaum oponen tidak menganggu kepentingan AS. Bahkan, dengan "political leveraging" ini, AS bisa mengontrol kaum oponen agar saat memilih pengganti Mubarak, yang dipilih bukanlah tokoh yang membahayakan kepentingan AS (dan Israel).
Melalui dua lembaga, Freedom House dan the National Endowment for Democracy, AS selama ini telah mendukung dan mendanai kelompok-kelompok pro-demokrasi Mesir. Bahkan para blogger pun dilibatkan dalam "political leveraging" ini. Pada 27 Feb-13 Maret 2010, Freedom House ‘mendidik' sejumlah bloger dari Afrika Utara dan Timur Tengah untuk mempelajari digital security, digital video making, message development dan digital mapping, serta membawa mereka bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi di Kongres (parlemen), Kemenlu, dan USAID.
Benar, rakyat Mesir marah dan melakukan berbagai aksi spontan menuntut Mubarak turun. Ini bukan rekayasa atau desain AS. Kehidupan 30 tahun di bawah sebuah rezim yang korup dan despotik lebih dari cukup untuk jadi pemicu kemarahan rakyat. Namun, proses "political leveraging" AS yang berjalan selama ini ternyata mampu mengaburkan kehadiran Sang Tuan. Tak heran bila para demonstran Mesir sepertinya tidak terpikir untuk mendemo Kedubes AS, melainkan ‘hanya' merusak gedung-gedung pemerintah. Sungguh berbeda dengan aksi-aksi demonstrasi rakyat Iran melawan Reza Pahlevi tahun 1979. Rakyat Iran saat itu tidak hanya menuntut turun Pahlevi, tetapi juga mengusir AS keluar, karena mereka tahu, AS-lah tuannya Pahlevi. Buat apa mengusir Sang Boneka, bila Sang Tuan terus bercokol dan terus menghisap darah rakyat?
Pertanyaan terakhir, bila benar El Baradei adalah salah satu boneka AS, mengapa Ikhawanul Muslimin menyatakan dukungan kepadanya? Bila berita ini benar, menurut saya, sangat mungkin Ikhwanul Muslimin juga sedang berstrategi. Bila IM mengajukan calonnya, resistensi Sang Tuan tentu akan sangat besar sehingga IM sepertinya memegang prinsip ‘musuhnya musuh adalah teman saya'. Faktanya, saat ini Elbaradei dan IM ada di sisi yang sama, melawan Mubarak. Karena itu IM memilih strategi untuk menumbangkan dulu Mubarak, pilih penggantinya, dan selenggarakan pemilu. Melalui pemilu, IM bisa berharap meraih kekuasaan dengan cara yang legal dalam kacamata demokrasi. (IRIB)

IRIB

US recruiting young cyber warriors

US recruiting young cyber warriors

The United States is looking for the next generation of cyber warriors.
The US Cyber Challenge Cyber Foundations competition, kicked off this week by the nonprofit Center for Internet Security, is out to find 10,000 students with the potential to become "top guns in cybersecurity."
"The need to find creative solutions to protecting our information systems and digital infrastructure has never been greater," said center chief executive William Pelgrin.
"The Cyber Foundations competition will help us tap into the tremendous talent across our nation's schools to identify those with a passion for security and a desire to put their skills to good use," he continued.
The competition consists of a series of timed quizzes to test high school students in computer science categories considered key to protecting networks and systems.
Top-scoring students will get status, prizes, and introductions to government or industry leaders.
The Cyber Challenge program is design to nurture students with advanced education and exercises and connect them with colleges or employers.
Students have until February 18 to register, with details available online at uscybersecuritychallenge.org.
"In order to address the ever-increasing cyber security challenges facing our interconnected society, we must focus on the next generation of Americans to make sure they have the skills necessary to defend our country," said US Senator Thomas Carper, who chairs the Senate Homeland Security Subcommittee.
"We must act now to develop a competent workforce that can support the needs of securing our cyber networks, which is quickly becoming a national priority," added Rhode Island Congressman Jim Langevin in a statement of support for the venture.

DEFENCE TALK

Hadapi Pendemo di Kairo, Ribuan Pasukan Israel dan Baduwi Dikerahkan



Pengamat Timur Tengah, Hadi Majidi, menyatakan bahwa 1500 pasukan komando Zionis Israel dan 5 ribu baduwi bayaran dikerahkan untuk membubarkan para pendemo anti-rezim Hosni Mubarak. Menurut keterangan Majidi, sebagian pasukan komando didikan Zionis Israel itu berbahasa Arab. Selain itu, pasukan komando itu didampingi sekelompok baduwi yang jumlah mereka mencapai 5 ribu orang. Para baduwi dibayar dengan biaya yang cukup tinggi untuk menghadapi para pendemo. Mereka dilengkapi dengan senjata tajam seperti pisau, parang dan pentungan.
Majidi dalam wawancaranya dengan Kantor Berita Farsnews mengatakan, "Tak diragukan lagi, pergolakan yang terjadi di Mesir akan berdampak serius pada perimbangan politik di tingkat regional dan internasional. Untuk itu, Barat, khususnya AS dan Zionis Israel berupaya mengarahkan pergolakan di Mesir ke arah yang tidak mengganggu kepentingan mereka."
Menyusul aksi demo besar-besaran di Mesir, Zionis Israel langsung mengirim tiga pesawat khusus pengangkut senjata militer ke Kairo. The International Network for Rights and Development melaporkan , tiga pesawat Zionis Israel mendarat di Bandara Internasional Mina di Kairo pada hari Sabtu (29/1).
Pesawat-pesawat itu selain membawa logistik militer yang akan digunakan pasukan-pasukan khusus untuk menghadapi para pendemo, juga menyisipkan alat senjata sejenis granat yang berisikan gas terlarang. (IRIB/Farnews/ PressTV/AR)

IRIB

TNI AD Dapat Helikopter Tempur Buatan PT DI

TNI AD Dapat Helikopter Tempur Buatan PT DIJAKARTA (Pos Kota) – TNI Angkatan Darat mendapat suntikan helikopter tempur jenis NBELL 412 EP untuk mengangkut pasukan dari PT Dirgantara Indonesia.
Helikopter buatan dalam negeri tersebut langsung diserahterimakan kepada Wakasad Letnan Jenderal TNI Johanes Suryo Prabowo dari Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI), di Markas Pusat Penerbang Angkatan Darat (Puspenerbad) di Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan.
Dirut PT DI, Budi Santoso mengatakan, helikopter ini diciptakan atas kepercayaan dari Menteri Pertahanan dan Mabes TNI kepada PT DI. “Helikopter ini memiliki kelebihan mempunyai efisa dan power yang lebih besar, serta dilengkapi dengan senjata kaliber 30 di kanan dan kiri pintu,” ungkap Budi.
Asisten Logistik TNI AD, Mayjen TNI Wibowo, menyatakan, helikopter ini memiliki usia terbang cukup panjang. “Dalam waktu dekat, TNI AD juga akan menerima tambahan 12 unit helikopter jenis sama,” tutupnya.
(aby/sir)

POSKOTA

Australia Hibahkan 4 Hercules Kepada TNI AU

Rabu, 02 Februari 2011, 14:17 WIB
Smaller  Reset  Larger
Australia Hibahkan 4 Hercules Kepada TNI AU
Pesawat Herkules TNI AU
REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA - Pemerintah Australia akan memberikan hibah empat pesawat Hercules kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Yogyakarta, Rabu (2/2).

"Kepala Angkatan Udara Australia telah melakukan kunjungan ke Indonesia pada 27 Januari 2011, dan mereka siap menyerahkan pesawat tersebut," katanya usai memimpin upacara serah terima jabatan Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta.

Menurut dia, dalam kunjungan itu Kepala Angkatan Udara Australia, selain memberikan kuliah kepada taruna AAU, juga melakukan komunikasi dalam rangka realisasi rencana hibah empat pesawat Hercules.

"Proses penyerahan pesawat hibah tersebut tidak akan dilakukan dalam satu waktu, melainkan bertahap hingga 2012. Tahun ini akan diserahkan dua pesawat, kemudian pada 2012 dua pesawat lagi," katanya.

Ia mengatakan, setelah diterima, pesawat Hercules tersebut tidak akan langsung dioperasikan, tetapi harus terlebih dulu masuk depo untuk dilakukan pengecekan.

"Setelah dinyatakan siap untuk pengoperasian, pesawat Hercules tersebut baru diterbangkan untuk mendukung produktivitas kerja TNI AU," kata mantan Gubernur AAU itu.

Menurut dia, pesawat Hercules yang dibutuhkan TNI AU saat ini sebanyak 30 unit. Namun, TNI AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat.

"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Sebanyak 30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional dua batalyon sebanyak 26 unit," katanya.
Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Antara

REPUBLIKA

KBRI Protes Sebutan "Indon" di Harian Malaysia

Rabu, 02 Februari 2011 19:02 WIB
Screen shot halaman berita berjudul (Antara News/bharian.com.my)
Kami kecewa dan protes dengan penggunaan kata `Indon` sebab kedua kepala negara telah sepakat untuk tidak menggunakan kata tersebut termasuk di media massa
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia memrotes penggunaan kata "Indon" pada salah satu judul berita di sebuah media lokal, "Berita Harian", karena sebutan itu berkesan negatif.

"Kami kecewa dan protes dengan penggunaan kata `Indon` sebab kedua kepala negara telah sepakat untuk tidak menggunakan kata tersebut termasuk di media massa," kata Kepala Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya, Suryana Sastradiredja di Kuala Lumpur, Rabu.

Media "Berita Harian" menuliskan berita berjudul "Taktik Kotor Indon" terkait penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Sea Games pada November mendatang.

Rubrik olahraga harian tersebut edisi Rabu (2/2) berisi hasil wawancara dengan Wakil Presiden Majelis Olimpiade Malaysia (MOM), W Y Chin, yang menyebutkan Indonesia sebagai tuan rumah Sea Games XXVI banyak mengikutsertakan cabang olahraga yang menguntungkan atlet-atletnya.

Hal tersebut, menurut dia, dapat merusak hubungan kedua negara, bangsa, dan rakyatnya. "Kata `Indon` sangat menghina dan memalukan. Kami akan kirim nota protes ke `Berita Harian` dan mempertanyakan tujuan dari penggunaan kata-kata tersebut," kata Suryana.

Ia mengatakan, wartawan tentulah orang intelek dan punya intelijensia yang peka terhadap hubungan kedua negara, kecuali penulisan tersebut mempunyai maksud lain. "Kami minta penulisan ini tidak terulang dan penulisnya harus ditindak tegas," ungkap Suryana menegaskan.

Ia mengungkapkan, selama ini harian tersebut kerap mengggunakan kata "Indon" dalam pemberitaannya yang terkait dengan Indonesia.

Terkait itu, pihak KBRI akan menyampaikannya dalam forum pertemuan yang melibatkan kedua pihak.

(N004/R018/S026)
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

BERITA POLULER