Pages

Tuesday, January 25, 2011

F-15E flies with new radar system

F-15E flies with new radar system

Officials took a step forward in the F-15E Strike Eagle's continuous technological evolution as the Air Force's most versatile combat aircraft here Jan. 18.
Officials from the 46th Test Wing launched the fourth generation fighter for the first time with a new and improved radar system, the APG-82(V)1.
The APG-82 uses active electronically scanned array radar technology composed of numerous small solid-state transmit and receive modules. The standard radar, APG-70, is a mechanically scanned array housed in the nose of the aircraft. Although the current F-15E radar has undergone numerous updates and upgrades, it is still the same system the aircraft had on its maiden flight more than 24 years ago.
"We've been able to get more out of it, but at this point it's pretty much maxed out," said 1st Lt. Nathaniel Meier, a radar modernization project manager with the Operational Flight Program Combined Test Force.
The new radar lacks the motors and hydraulics of the old system and includes a new avionics and cooling system.
Aircraft radar continuously sends out and receives energy to identify objects or targets around it.
Due to its unique capabilities, the F-15E radar operates as air-to-air and air-to-ground radar, officials said.
"One AESA-equipped F-15E can detect and track multiple targets simultaneously and gain the same battle picture and prosecute the same number of attacks that currently require several mechanically scanned radar assets," said Brad Jones, the Boeing director for U.S. Air Force development programs. "Adding AESA multiplies the effectiveness of the F-15E."
The advantage AESA radar has over an MSA is its near-instantaneous ability to redirect its focus from air-to-air to air-to-ground mode, officials said.
By no longer having to wait for the array to physically move to a new area of interest, the aircrew receives better situational awareness in less time, Lieutenant Meier said.
The four-year-old project borrowed from existing technology to create the new system. The array system was taken from F-15C Eagle models and the avionics were borrowed from F-18 Hornets.
The reason for the change was to improve the entire aircraft's reliability, availability and maintainability, Lieutenant Meier said.
The new radar works as a plug-in-play system with newer, easily replaceable parts, the lieutenant said.
It's expected to have approximately a 20-fold improvement in aircraft reliability, he said.
The aircraft also stays mission-ready.
An average failure for the radar component was previously measured in tens of hours and can now be measured in hundreds of hours, Lieutenant Meier said.
The APG-82 has fewer moving parts and the new equipment lasts longer, which cuts down on the time needed for repairs, he said.
The modification of the aircraft, which began in June 2010, was a concerted effort by members of Boeing, the 46th Maintenance Group, Raytheon, the 46th Technical Support Squadron and the OFP CTF.
"Without their determination, (F-15E) RMP would not have been anywhere close to making its first flight," Lieutenant Meier said.
The developmental test flight was considered successful, and the aircrew members said they liked what they saw during the flight.
"There are huge performance increases," said Maj. Raja Chari, a 40th Flight Test Squadron member and the pilot for the first flight. "We're getting the benefit of two decades worth of technology. From what we saw in this flight, we're heading in the right direction."
The developmental test process is about building incrementally into testing more complicated functions of the equipment and finding any flaws and problems based on usage in specific test profiles.
"Really, the engineers put in the time and hard work," Major Chari said. "We have the easy part of seeing if it will do what they thought it would. It was interesting to see the engineers reacting and diagnosing the issues right away, based on our feedback."
Capt. Chris Dupin, a 40th FTS member and the weapons system officer for the first flight, said he noticed improved capabilities during the initial flight.
He said the radar was able to detect F-16s much farther away than ever before.
"The kill chain for anything is the ability to detect, identify, target and engage a threat," Captain Dupin said. "If we can detect an air target earlier or farther away, that leaves more time and space to complete the rest of the kill chain. Completing the kill chain faster and earlier means we're better able to gain or maintain airspace superiority."
The biggest "test" facing the project involves combining avionics and array systems from other aircraft and incorporating them into a totally different one.
"By using (government and commercial) off-the-shelf equipment, the Air Force is able to save a large amount of the development costs, but the challenge is integrating these new systems and making them work as one," Lieutenant Meier said.
Developmental testing is scheduled to continue through 2012, but the OFP CTF, being a shared unit of the 46th Test Wing and 53rd Wing, is unique in that its members can perform developmental tests while incorporating early operational testing.
Officials have begun modifying a 53rd Wing F-15E with the new radar and they plan to begin some of the operational type of testing as early as March.
The next stage of testing for the radar will be conducted by Air Force Operational Test and Evaluation Center officials before being incorporated in all F-15Es beginning in approximately 2014.

DEFENCE TALK

Kepolisian AS Sebarkan Islamophobia

 Kebijakan Departemen Kepolisian New York (NYPD) mempromosikan islamophobia dalam berbagai programnya memicu reaksi berbagai kalangan. Kelompok Islam AS memperingatkan dampak  buruk kebijakan tersebut terhadap Muslim di negara itu di masa depan.
Film, berjudul The Third Jihad, adalah cuplikan serangan ofensif yang menggambarkan serangan terhadap gereja, pembakaran bendera Amerika, aksi bom bunuh diri dengan durasi 72 menit.
Dewan Hubungan Islam AS (CAIR) mengatakan video propaganda yang digunakan dalam pelatihan wajib kontra-terorisme NYPD adalah bagian dari fenomena Islamophobia yang disayangkan kian meningkat di Amerika Serikat.
Ini "akan memimpin penegakan hukum dan pejabat kontra-terorisme untuk melihat Islam dan Muslim dengan kecurigaan," kata direktur komunikasi nasional CAIR, Ibrahim Hooper kepada Press TV.
Dia menambahkan bahwa film NYPD menunjukkan departemen AS dan organisasi-organisasi yang bertugas melawan teror "mencari kelompok dan konsultan yang menawarkan informasi negatif tentang Islam dan Muslim".
Robert Spencer, direktur Jihad Watch website dan penulis lebih dari selusin buku anti-Islam, telah diidentifikasi sebagai salah satu Islamophobes Amerika yang paling terkenal.
Menurut media independen pengawas Keadilan & Akurasi dalam Pelaporan (FAIR), Spencer adalah salah satu dari "Islamofobia's Dirty Dozen" yang sistematis "menyebarkan ketakutan, fanatisme, dan informasi yang salah." (IRIB/PH)

IRIB

Inilah Dukungan Baru AS terhadap Israe !

 Amerika Serikat kembali menyatakan dukungannya terhadap Tel Aviv terkait hasil investigasi sepihak Israel atas serangan militer rezim Zionis terhadap konvoi bantuan kemanusiaan untuk Gaza Freedom Flotilla.
Washington menyebut hasil investigasi Israel terhadap serangan yang menewaskan sembilan aktivis Turki itu sebagai upaya "kredibel dan tidak memihak".
Pujian Gedung Putih itu muncul setelah sebuah panel investigasi serangan militer Israel menyatakan serangan itu sebagai "hukum" di bawah hukum internasional. Demikian harian Israel Ha'aretz melaporkan.
Panel juga mengklaim bahwa tentara Israel yang mengambil bagian dalam pembunuhan sembilan aktivis bertindak membela diri.
Padahal para aktivis kapal konvoi bantuan Mavi Marmara yang diserang di perairan internasional tidak bersenjata dan hanya berencana untuk memberikan bantuan ke Jalur Gaza yang diblokade.
"Kami berpikir bahwa ini adalah sebuah laporan independen, kredibel dan tidak memihak serta transparan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Philip J. Crowley pada hari Senin.
Sehari sebelumnya, komite independen Turki untuk investigasi serangan tentara Israel atas kapal konvoi bantuan kemanusiaan Mavi Marmara menyimpulkan bahwa "Tentara Israel menggunakan kekuatan berlebihan terhadap Mavi Marmara."
Komando Israel menyerang konvoi di perairan internasional pada tanggal 31 Mei 2010 yang menewaskan sembilan aktivis Turki dan melukai sekitar 50 lainnya.
Serangan Israel terhadap konvoi bantuan memancing protes internasional, mendorong anggota Knesset membentuk komisi khusus untuk memeriksa legalitas serangan serta blokade Israel di Gaza.
Menanggapi laporan Israel, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa laporan itu "tidak bernilai dan tidak kredibel."
Turki kecewa atas upaya panel investigasi rezim Zionis Israel yang melegalkan serangan mematikan Tel Aviv terhadap konvoi Freedom Flotilla.
Ankara menyatakan terkejut dan kecewa atas temuan panel Israel, yang menyebut sah serangan dan blokade Zionis ke Jalur Gaza.(IRIB/PH)

IRIB

Radar TNI AU Tak Pernah Deteksi Benda Luar Angkasa


Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)

26 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara mengklaim pihaknya tak pernah mendeteksi mampirnya benda-benda luar angkasa di radar mereka. “Kami nggak pernah menangkap ada benda asing yang masuk ke radar penerbangan,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum TNI AU, Marsma Bambang Samoedro saat dihubungi, Rabu (26/1).

Bambang berujar, pihaknya beberapa kali ditanya soal lewatnya benda luar angkasa di radar, menyusul ditemukannya crop circle di Sleman dan Bantul, beberapa waktu lalu. Namun hal itu dibantah langsung oleh Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).

“Radar AU terintegrasi dengan radar sipil. Kami sudah mengecek setelah dilapori beberapa orang di Yogyakarta, tapi selama ini memang belum pernah ada benda-benda asing yang lewat,” jelasnya.

Bambang sendiri tidak bisa memastikan soal siapa pembuat crop circle itu “Itu mungkin ahlinya langsung yang bisa mengungkap. Kalau dari kami, sejauh ini tidak pernah ada benda asing yang tertangkap radar,” tandasnya.

6 Bukti UFO Sleman Bikinan Manusia Versi LAPAN

Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)

-Selasa (25/1) kemarin, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menelitik jejak crop circle yang ada di Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Dari penelitian itu, Tim menyimpulkan jejak yang ada di persawahan Sleman itu bukanlah jejak unidentification flying objek atau UFO.

Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka, ada sejumlah ciri jejak crop circle itu buatan manusia. Ciri itu adalah:

1. Rebahan batang padi karena akibat ditekan hingga tercabut sampai ke akar-akarnya
2. Pola rebahan banyak yang tidak simetris antara satu dengan lainnya
3. Ditemukan lobang bekas ditancapkannya tongkat atau pipa di tengah lingkaran dan di sisi-sisi lainnya
4. Di bagian tengah juga ditemukan ada jalan dan jejak manusia
5. Di sekitar pola lingkaran dan pola tengah ditemukan beberapa batang padi yang tidak tertekan sampai roboh
6. Tidak ditemukan adanya bekas-bekas kebakaran di sekitar lingkaran termasuk sisa pembakaran mesin

"Ini murni buatan manusia," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka.

Sumber: TEMPO Interaktif

Kasau Serahkan OV-10 Bronco ke Musdirla



26 Januari 2011, Yogyakarta -- (Pentak Lanud Adisutjipto): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, Selasa (25/1) menyerahkan pesawat OV-10 Bronco kepada Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Letkol Sus Drs Sudarno. Acara serah terima dilaksanakan di Ruang Utama Museum dan dihadiri seluruh perserta Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2011.

Dalam sambutannya Kepala Staf mengatakan, Museum Dirgantara Mandala adalah museum kebanggaan TNI Angkatan Udara yang mempunyai koleksi cukup lengkap yang merupakan wahana pembinaan minat dirgantara. Untuk itu, lanjut Kepala Staf, Museum Dirgantara perlu kepedulian kita semua. Bentuk kepedulian tersebut salah satunya adalah dengan penambahan koleksi, yaitu pesawat OV-10 Bronco.

Koorsahli Kasau Marsekal Muda TNI Pandji Utama dalam acara serah terima menuturkan bahwa pesawat buatan Amerika yang tiba di Indonesia tahun 1976 ini telah banyak melaksanakan berbagai kegiatan operasi. Sejak kedatangannya, pesawat yang mendapat sebutan “Si Kuda Liar” ini langsung dilibatkan dalam kegiatan Hari Ulang Tahun ABRI pada bulan Oktober 1976. Dan pada akhir Oktober 1976, “Si Kuda Liar Mendapat tugas untuk diterjunkan ke daerah operasi pemulihan keamanan di daerah Nusa Tenggara Timur.

Lebih lanjut Koorsahli Kasau mengatakan, pengabdian OV-10 Bronco tidak hanya diterjunkan dalam operasi Keamanan Dalam Negerin saja, namun juga dilibatkan dalam berbagai latihan. Koorsahli menyebutkan, berbagai latihan diantaranya Latihan Bina Garuda, Latihan Sikatan Daya, Latihan Angkasa Yudha, Latihan Gabungan TNI, Elang Thainesia serta sejumlah latihan lainnya.

“Untuk mengenang dan menghargai jasa serta pengabdian OV-10 Bronco, di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta inilah monumen pesawat OV-10 Bronco didirikan,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, setelah acara penyerahan dari Kasau, di bawah sayap pesawat “Si Kuda Liar” dilakukan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pesawat OV-10 Bronco. Penandatanganan dilakukan antara Komandan Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh Marsekal Pertama TNI A. Dwi Putranto dengan Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala.

Sumber: Pentak Lanud Adisutjipto

Jet Tempur China Bikin Gerah Amerika Serikat

0
JAKARTA--MICOM: Uji terbang jet tempur siluman J-20 oleh China pada 11 Januari telah menyita perhatian banyak pihak, terutama karena itu terjadi di saat kunjungan Menteri Pertahanan AS Robert Gates ke China.

Peluncuran jet siluman China itu mengundang banyak pertanyaan, dan jawabnya kompleks.

Para analis militer sebenarnya telah lama mengetahui bahwa China mengembangkan sebuah pesawat tempur sekelas pesawat tempur siluman F-22 Raptor milik AS.

Namun mereka tidak pernah menyangka bakal menyaksikan penampilan terbaru jet siluman China ini Desember, lapor Aviation Week and Space Technology.

Sejumlah uji kecepatan pesawat itu di darat dalam mana roda depannya berhasil terangkat dari tanah, diteruskan oleh uji terbang pertamanya ke angkasa.

China telah meluncurkan video jet baru itu saat masih di darat, tinggal landas, dan mendarat di Chengdu.

Mengutip seorang analis Hongkong, New York Times melapokan bahwa pesawat tempur tersebut terbang sekitar 15 menit di atas pangkalan udara.

Dilengkapi dua sirip sayap berbeda seperti juga dipunyai F-22, jelas sudah pesawat ini memang diunjukkan sebagai wahana perang siluman.

The Timesjuga melaporkan bahwa pesawat ini mampu membawa banyak misil dan dapat terbang jarak jauh setelah lebih dulu melakukan pengisian bahan bakar di udara.

Demonstrasi terbang pesawat ini mengkhawatirkan sejumlah analis karena inilah kali pertama F-22 mendapat tantangan. F-22 sendiri menduduki peringkat atas dalam jajaran angkatan udara AS.

"Kita sudah terbiasa berada di dunia di mana angkatan udara kita dominan," kata analis Rand Corporation Roger Cliff kepada Newsweek. "Namun dominasi itu kini dipertanyakan."

Sekali J-20 dipergelarkan, dalam skenario itu, maka wahana-wahana perang udara top AS akan kehilangan keunggilannya dari pesawat-pesawat silumen yang mereka miliki. Intinya, mereka kini tidak lagi menguasai angkasa. "Tidak secepat itu," sergah Aviation Week.

Radar baru lebih bertenaga yang menggunakan larik penskala yang secara elektronis aktif, bisa menjejak target-target siluman, dan dengan cepat menyesuikan diri dengan teknologi siluman.

"Antisiluman akan mengubah semua desain pesawat siluman," kata majalah itu seraya menyebutkan AS mungkin sudah memiliki radar yang bisa melacak pesawat siluman.

Lebih dari itu, penyempurnaan teknologi pesawat siluman itu memerlukan waktu.

AS sendiri memulai program F-22 pada 1980an.

Sekilas, tampak siluman dari jet China itu seperti tambal sulam, kata analis Grup Teal Richard Aboulafia kepada Wall Street Journal.

Dia berpendapat bahwa China boleh saja menggelarkan pesawat tempur baru di dekade ini, namun teknologi militer AS tetap lebih baik.

Kalimat ini provokatif dan ini biasanya dilontarkan pada era perlombaan senjata, demikian Science Daily (21/1).

Sumber: MEDIA INDONESIA

AS Kecam Vonis Pelaku Video Kekerasan Papua


0diggsdigg

VIVAnews - Vonis ringan terhadap tiga anggota TNI penganiaya warga Papua, yang terekam dalam video, dikritik keras oleh Pemerintah Amerika Serikat. Vonis masing-masing 8,9, dan 10 bulan yang dijatuhkan hakim dianggap tak layak. Kritik tersebut disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Philip Crowley, dalam akun Twitter-nya, @PJCrowley, Rabu, 26 Januari 2011.

"Vonis yang dikeluarkan pengadilan militer Indonesia tidak merefleksikan keseriusan dalam penanganan kekerasan terhadap dua warga Papua seperti yang dipertontonkan dalam video tahun 2010," kata Crowley.

Ditambahkan Crowley, kondisi itu sangat memprihatinkan. "Indonesia harus memastikan angkatan bersenjatanya bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia. Kami sangat prihatin dan akan terus mengikuti kasus ini," tambah dia.

Pada sidang pembacaan vonis yang digelar Senin lalu, 24 Januari 2011, Majelis hakim Pengadilan Militer Jayapura yang diketuai Letkol Adil Karo-karo dan anggota Letkol Affandi dan Mayor Herry, menjatuhkan vonis penjara 10 bulan kepada Serda Irwan Riskiyanto sebagai Komandan Pos, yang bertanggung jawab penuh saat itu. Adapun Pratu Yakson Agu dijatuhi hukuman sembilan bulan dan Pratu Thamrin Mahangiri delapan bulan. Vonis itu dipotong masa tahanan.

Hakim memutuskan, ketiganya terbukti melakukan kekerasan dan menyiksa dua warga Papua bernama Anggun Pugukiwo dan Telenggen Gire pada 27 Mei 2010. Penyiksaan dilakukan di belakang Pos TNI Gurage Tingginambut Puncak Jaya, sesuai dengan yang terekam di video, yang lalu beredar di dunia maya.
Saat itu ketiga prajurit itu sedang bertugas di kampung Gurage, Distrik Tingginambut, Puncak Jaya.

Sumber: VIVA NEWS

BERITA POLULER