Rafah, Perbatasan Mesir-Gaza (ANTARA News) - Indonesia menjadi negara pertama yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina pada 2011.
"Kami menyambut baik bantuan kemanusiaan dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina, dan ini merupakan bantuan pertama dari luar negeri untuk tahun baru 2011," kata Ketua Bulan Sabit Merah Sinai Utara, Mesir, Jenderal (purnawirawan) Osama Serghani di Rafah, pintu perbatasan Mesir-Gaza, kepada ANTARA, Minggu.
Serghani mengungkapkan, bantuan kemanusiaan kepada Palestina dari luar negeri kedua setelah Indonesia adalah dari kapal Asia Caravan-1 yang akan merapat di pelabuhan Rafah Minggu petang, beberapa jam setelah bantuan dari Indonesia.
Kapal Asia Caravan-1 untuk rakyat Palestina itu ditumpangi para aktivis LSM berbagai negara Asia, termasuk 12 orang Indonesia dan mengangkut 170 ton bantuan kemanusiaan.
Bantuan kemanusiaan Indonesia berupa beragam peralatan medis seberat lebih satu ton diserahkan langsung oleh Duta Besar RI, A.M. Fachir di Rafah.
Peralatan medis bantuan Indonesia tersebut diterima langsung Direktur Bulan Sabit Merah Palestina Wilayah Jalur Gaza, Khalil Al-Foul, difasilitasi oleh Kepala Bulan Sabit Merah Wilayah Sinai Utara, Osama Serghani.
Dubes Fachir yang fasih berbahasa Arab menjelaskan, KBRI Kairo menghimpun bantuan dari berbagai kalangan baik organisasi maupun individu yang bersimpati atas penderitaan rakyat Palestina akibat kekejaman Israel.
"Nilai bantuannya tidak seberapa, tapi ini merupakan solidaritas dari masyarakat Indonesia untuk saudara-saudara mereka di Palestina terutama Gaza," kata Fachir.
Bantuan Indonesia di perbatasan Rafah ini adalah yang kedua kalinya setelah bantuan pertama pada Januari 2009, tak lama setelah agresi Israel di Gaza.
Bantuan pertama itu termasuk satu ambulan daru Kementerian Kesehatan RI.
Kepala Fungsi Politik KBRI Kairo Burhanuddian Badruzzaman menjelaskan bahwa bantuan kali ini bernilai 88 ribu dolar AS (sekitar Rp 790 juta).
Dia merinci, 50.000 dolar dari Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina, 26.000 dolar AS dari sisa bantuan Depkes RI untuk Palestina pada 2009, 10.000 dolar dari rakyat Amuntai, Kalimantan Selatan, dan 2.000 dolar dari masyarakat Indonesia di Mesir.
Sulit tembus Gaza
Kepada ANTARA, Serghani menjelaskan bahwa semua bantuan dari luar negeri ke Gaza harus melalui Bulan Sabit Mesir dan kemudian diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Palestina.
"Sesuai kesepakatan dari pemerintah Mesir, Palestina dan Israel, tidak semua orang diizinkan memasuki Gaza, dan semua bantuan kemanusiaan harus melalui Bulan Sabit Merah Mesir," katanya.
Bulan Sabit Mesir diketuai Ibu Negara Mesir, Suzanne Mubarak, yang pernah memberikan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Padang, Sumatera Barat, melalui KBRI Kairo.
KBRI Kairo sendiri mengakui kesulitan serupa ketika mengusahakan pihak-pihak dari Indonesia yang bersikeras memasuki Gaza guna membantu langsung warga Palestina.
"Sudah banyak pihak dari Indonesia baik secara organisasi maupun individu bersikeras ingin langsung ke Gaza dari Mesir, tapi prosedurnya tidak semudah membalik telapak tangan," katanya.
Burhanuddin mencontohkan, beberapa pihak telah datang ke Mesir untuk masuk Gaza, tapi malah terkatung-katung di Mesir berminggu-minggu hingga akhirnya kembali ke Indonesia kendati telah diusahakan oleh KBRI.
Selain menyampaikan bantuan, Fachir juga diundang Gubernur Sinai Utara, Murad Muafik, untuk bersilaturrahim dan makan siang. Dubes Fachir memberi kenang-kenangan kepada Muafik berupa buku "Jauh di Mata Dekat Dihati: Potret Hubungan Indonesia-Mesir".
Begitu melihat gambar pelukan akrab antara mantan Presiden Soekarno dan mendiang Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dalam buku itu, Muafik terkagum-kagum.
"O saya masih segar ingatan saya atas gambar-gambar ini, ketika itu saya masih muda melihat begitu akrabnya Presiden Ahmad Soekarno dan Presiden Nasser. Di masa itu, hubungan persahabatan Mesir dan Indonesia begitu dekat," katanya/ (*)
M043/AR09
ANTARA