Pages

Saturday, January 1, 2011

Jabatan Yonkav 3/ Tank Diserahterimakan


(Foto: KOSTRAD)

01 Januari 2011, Surabaya -- Jabatan Komandan Batalyon Kavaleri 3/Tank diserahterimakan dari Letkol (Kav) Erwin Djatmiko kepada Letkol (Kav) Hirjianto Ningtias.

Upacara serah terima jabatan Komandan Yonkav 3/Tank itu dipimpin Penglima Kodam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Jumat (31/12), sebagaimana siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Sabtu.

Erwin Djatmiko selanjutnya mendapatkan promosi jabatan sebagai Komandan Kodim 0821/Lumajang.

Yonkav 3/Tank memiliki semboyan "Tri Daya Cakti" yang berarti memiliki daya tembak, daya gerak, dan daya kejut.

Batalyon itu sebagai salah satu kesenjataan pokok TNI Angkatan Darat yang mempunyai ciri mobilitas dan fleksibilitas yang tinggi, komunikasi yang luas, dan mempunyai daya tembak yang cukup besar.

"Oleh sebab itu, setiap prajurit Yonkav 3/Tank sebagai awak dari persenjataan tersebut, harus senantiasa terampil, cerdas, berani, mempunyai daya tahan yang tinggi, baik secara fisik maupun mental, ini adalah salah satu ciri prajurit sejati yang harus terpancar pada diri prajurit-prajurit Kodam V/Brawijaya," kata Pangdam.

Gatot Nurmantyo dalam amanatnya mengatakan, mutasi dan pergantian pejabat di lingkungan Kodam V/Brawijaya seperti halnya pergantian Danyonkav 3/Tank ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam rangka proses pembinaan personel dan satuan sesuai tuntutan perkembangan dan kebutuhan organisasi.

Selain itu, alih tugas dan jabatan bertujuan untuk mengembangkan kualitas kepemimpinan, wawasan manajemen, dan profesionalisme keprajuritan agar semakin mampu memberikan karya terbaiknya dalam melaksanakan tugas.

"Kami juga mengingatkan bahwa komitmen sebagai prajurit TNI, yaitu prajurit yang mengabdi secara total hanya kepada bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia," kata mantan Gubernur Akademi Militer.

Serah terima tugas dan tanggung jawab jabatan Komandan Yonkav 3/Tank itu ditandai dengan penyerahan pataka batalyon dari Pangdam kepada pejabat baru.

ANTARA Jatim

LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis (I)




Akhirnya Pemerintah Rusia memutuskan membeli dua kapal induk helikopter (Landing Helicopter Dock/LHD)buatan Perancis untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut-nya. Ini adalah transaksi terbesar dan kali pertama Moskwa membeli alutsista taktis dari negara anggota NATO.

Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (24/12) lalu, Kremlin menyatakan akan membeli dua kapal perang kelas Mistral dari Perancis dengan harga 400-500 juta euro (Rp 4,7-5,9 triliun) per-unit. Meskipun kuat dugaan Rusia sebenarnya membeli total empat unit kapal ini, dengan perjanjian dua unit pertama dibuat di Perancis dan dua unit selanjutnya dibuat di galangan kapal Rusia.

Dalam pernyataan resmi untuk menyambut baik keputusan Rusia ini, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan, pembuatan dua kapal tersebut akan dikerjakan konsorsium beranggotakan dua perusahaan Perancis, DCNS dan STX, bekerjasama dengan perusahaan galangan kapal OSK dari Rusia. ”Konsorsium ini adalah langkah pertama pembuatan bersama kapal tipe ini, yang akan dilanjutkan dengan pembuatan dua unit tambahan,” demikian bunyi pernyataan Sarkozy.

Bahkan saat kunjungan kenegaraan ke Rusia Oktober 2010 lalu, Sarkozy juga menyatakan, pembuatan kapal pesanan Rusia ini akan memberikan lapangan pekerjaan bagi 1.000 warga Perancis selama empat tahun. Langkah Perancis menjual teknologi militer kepada Rusia ini sempat diprotes negara-negara tetangga Rusia dan Amerika Serikat sebagai anggota NATO.

Dalam sebuah bocoran kawat diplomatik rahasia AS di WikiLeaks, terungkap kekhawatiran Menteri Pertahanan AS Robert Gates, yang menyebut penjualan kapal perang Perancis ke Rusia itu bisa menimbulkan salah paham di kalangan negara-negara sekutu AS di kawasan Eropa Tengah dan Timur.

Sebaliknya, Menteri Pertahanan Perancis Herve Morin mengatakan, negara-negara Barat harus menaruh kepercayaan lebih besar pada Rusia. ”(Penjualan) kapal ini tak akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan Rusia karena kemampuan produksi persenjataan AL Rusia sudah sangat ketinggalan,” tutur Morin.


LHD FS Mistral

Kapal kelas Mistral dirancang untuk melakukan misi serangan amfibi, kapal komando, dan pengarah serangan, kapal jenis ini lebih dikenal sebagai kapal induk helikopter karena mampu mengangkut 16 helikopter atau pesawat tempur berkemampuan VTOL beserta empat kapal pendarat pasukan, 40 tank MBT, dan 450 prajurit.

Kepincut Mistral

Setahun lalu, tepatnya Minggu 22 November 2009, menjadi hari paling bersejarah dan membanggakan buat industri pertahanan Perancis. Bagaimana tidak, hari itu untuk pertama kalinya kapal perang amfibi terbaru Perancis dari kelas Mistral berlabuh di pelabuhan St Petersburg, Moskow. Lawatan AL Perancis ini bukan sekedar kunjungan biasa, namun lebih dimaksudkan untuk mem-preview performa dan kapabilitas kapal kepada calon pembeli potensialnya, Rusia.

Selama kunjungan tersebut (22-27 November), tanpa sungkan pejabat AL memberikan kesempatan beberapa helikopter AL Rusia untuk berlatih pendaratan diatas kapal FS Mistral. Latihan lepas landas heli Rusia ini di dampingi oleh beberapa perwira kapal, helikopter Rusia seperti heli anti kapal selam Kamov Ka-27/29 “Helix” dan heli serang Ka-52 “Alligator sukses lepas landas dari atas dek kapal. Heli-heli ini juga melakukan simulasi pengisian bahan bakar dan perawatan di hanggar helikopter.

Sebelumnya pada Agustus 2009 lalu, beberapa media Rusia melansir berita yang menyatakan Moskow akhirnya menyetujui pembelian satu kapal perang amfibi jenis Landing Helicopter Dock (LHD) dari Perancis hingga senilai US$750 juta (7,5 trilyun Rupiah).

Berita ini dikutip dari pernyataan Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Nikolai Makarov, yang mengatakan bahwa: "Kita sedang bernegosiasi dengan Perancis untuk pembelian satu kapal Mistral saat ini, dan berencana untuk melisensi 3-4 kapal yang sama untuk dibangun di Rusia”.


Helikopter serang Rusia, Ka-52 "Alligator" berlatih pendaratan diatas deck FS Mistral

Kepala Staf AL Rusia Laksamana Vladimir Vysotskiy menambahkan, “kapal kelas Mistral ini sangat berguna buat AL Rusia terutama dalam operasi pendaratan amfibi. Kapal ini memungkinkan gugus tempur armada Laut Hitam melakukan misi operasi amfibi hanya dalam waktu 40 menit, tidak seperti sekarang yang memakan waktu hingga 26 jam”.

Mistral pertama kali diluncurkan pada tahun 2006 dan pernah diterjunkan mengevakuasi pengungsi di perang Libanon 2008, kapal ini dibangun di galangan kapal DCNS (Direction des Constructions Navales Services), Perancis.

Kapal induk sekaligus pendarat amfibi ini menjadi yang pertama dibeli Rusia dari negara anggota NATO. Bahkan para pejabat NATO di Brussels, Belgia, enggan berkomentar mengenai kemungkinan pembelian kapal ini. Sebelumnya Rusia juga pernah melakukan pembelian peralatan militer berupa pesawat intai nir awak (UAV) dari Israel. Copyright ALUTSISTA

alutsista

Kemhan Optimalkan Penggunaan Industri Dalam Negeri


0diggsdigg

Ist

JAKARTA (Suara Karya): Pembangunan pertahanan Indonesia akan terus diprioritaskan melalui produksi dalam negeri. Hal ini sejalan dengan program Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang mengarah pada pengelolaan pertahanan yang prokesejahteraan rakyat.

Demikian disampaikan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, saat pemaparan Refleksi Kinerja Akhir Tahun 2010 Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Kamis (30/12).

"Industri pertahanan jika bisa akan dibangun dari dalam negeri. Karena, hal ini akan berdampak baik, serta memberikan efek ganda, yakni untuk pertumbuhan perekonomian dan juga mampu membuka lapangan pekerjaan," ujarnya.

Sampai sejauh ini, ujar dia, pencapaian kinerja Kemhan pada 2010 telah berjalan sesuai dengan target yang tercantum di dalam Rencana Strategis Pertahanan Negara (Renstra Hanneg) 2010-2014.

Antara lain, menyangkut optimalisasi penggunaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) produksi dalam negeri, pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), penyusunan draf RUU Revitalisasi Industri Pertahanan dan RUU Keamanan Nasional, serta pemberian tunjangan khusus prajurit TNI yang bertugas di pulau terluar dan perbatasan.

Purnomo mengakui, ada sejumlah program yang belum dapat dicapai pada tahun 2010. Namun, untuk program-program yang dipatok pemerintah dapat tercapai semua.

"Ada beberapa program yang belum dapat direalisasikan pada tahun ini karena ada yang bersifat multiyears. Sampai sejauh ini program yang dipatok pemerintah dapat kita selesaikan dan ini terus dipantau Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Dia menyebutkan, pencapaian dari sisi regulasi, Kementerian Pertahanan telah menyelesaikan dua RUU pada tahun 2010, yaitu RUU Keamanan Nasional dan RUU Revitalisasi Industri Pertahanan. Sementara itu, untuk bidang kerja sama, Kemhan juga mengadakan kerja sama dengan Amerika Serikat dalam hal peningkatan kerja sama pertahanan dan dibukanya hubungan kerja sama yang melibatkan Kopassus.

Selain AS, Kemhan juga menjalin kerja sama dengan sejumlah negara lainnya, yakni Brunei Darussalam, Pakistan, dan Korea Selatan. Terkait kerja sama dengan Korea Selatan, dilakukan menyangkut produksi dan pemasaran proyek pengembangan jet tempur KF-X.

"Untuk produksi jet-jet tempur akan dilakukan setelah studi kelayakan selesai dikerjakan pada akhir 2012. Pada proyek produksi ini nantinya Indonesia akan menggunakan fasilitas industri pertahanan PT Dirgantara Indonesia dan bekerja sama dengan Industri Korea Aerospace Industries," katanya.

Super Puma

Terkait upaya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI yang juga ditetapkan menjadi prioritas tahun 2010, pemerintah telah menaikkan tunjangan lauk-pauk dari Rp 35.000 menjadi Rp 40.000 per hari. Tunjangan remunerasi yang diberlakukan per Juli 2010 juga telah dicairkan pada akhir Desember 2010 dan diberikan secara rapel.

Sementara itu, pemerintah menargetkan mampu memiliki Super Puma sebanyak 9 unit yang dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia (DI) dalam waktu dekat ini.

"Sampai saat ini, baru sebanyak tujuh unit, termasuk satu yang kita serahkan saat ini. Sedangkan, dua unit sisanya masih dikerjakan PT DI," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di sela acara penyerahan satu unit Helikopter NAS-332 Super Puma kepada Skuadron Udara 8 Atang Sendjaja, Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/12).

Dia menyebutkan, enam unit yang sebelumnya sudah telah dibuat PT DI, sebanyak empat unitnya digunakan bagi SAR dan dua unit lainnya diperuntuk bagi VVIP.

Purnomo menilai, pihaknya menggandeng PT DI dalam pembuatan helikopter tersebut, karena sejalan dengan upaya pemerintah memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri sebagai upaya memperkuat pertahanan Indonesia.

Menurut Purnomo, penyediaan Helikopter Super Puma itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan, pada 2010 ini telah disusun cetak biru pertahanan (minimum essential force/MEF).

Sumber: SUARA KARYA

Membaca Ambisi China di Lautan


0diggsdigg


Seorang tentara Angkatan Laut China berjalan melalui kapal rudal Varyag yang berada di dok Pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, China, 20 April 2010. Dalam waktu dekat, China akan meluncurkan kapal induknya yang dibangun dari kapal induk setengah jadi eks Ukraina.

Tahun 2011 akan menjadi tahun bersejarah bagi China. Jika tak ada perubahan rencana lagi, negeri Tirai Bambu itu akan meluncurkan kapal induk pertamanya, setahun lebih awal dari perkiraan.

Seorang pejabat pemerintah pusat China mengatakan kepada Reuters, kapal induk pertama China itu akan diluncurkan sekitar awal Juli. ”Periode sekitar tanggal 1 Juli, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Partai Komunis, adalah salah satu kemungkinan waktu (peluncuran kapal) itu,” tutur pejabat yang meminta tak disebut namanya ini.

China akan menjadi negara ketiga di Asia, setelah India dan Thailand, yang memiliki armada kapal induk. Namun, jangan bandingkan kapal induk baru ini dengan INS Viraat (berbobot 28.700 ton dalam kondisi muatan penuh; panjang 226,5 meter) milik India atau HTMS Chakri Naruebet (11.486 ton; 182,65 meter) milik Kerajaan Thailand.

Kapal induk China—yang menurut Jane’s Fighting Ships akan diberi nama Shi Lang, yakni nama laksamana China dari Dinasti Qing pada abad ke-17—berbobot 67.500 ton dengan panjang 300 meter. Dibandingkan dengan kapal induk super (supercarrier) kelas Nimitz milik Angkatan Laut Amerika Serikat, Shi Lang lebih pendek 32 meter.

Kapal ini dibangun dari bekas kapal induk Uni Soviet, Varyag, yang pembangunannya terhenti pada awal 1990-an seiring bubarnya negara adidaya komunis itu. Kapal ini sekelas dengan kapal induk Admiral Kuznetsov, yang masih menjadi satu-satunya kapal induk yang dioperasikan AL Rusia sampai saat ini.

Tahun 1998, sebuah perusahaan swasta Makau membeli kapal setengah jadi itu seharga 20 juta dollar AS dari Pemerintah Ukraina. Informasi awalnya, kapal ini akan dijadikan kasino terapung di pelabuhan Makau.

Namun, pada perkembangannya, kapal yang belum memiliki mesin, kemudi, dan perlengkapan komunikasi serta navigasi ini ternyata ditarik ke sebuah galangan kapal milik Pemerintah China di Pelabuhan Dalian, China timur laut.

Badan kapal yang mulai berkarat pun dibersihkan dan belakangan dicat dengan warna khas kapal-kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China. Diduga, China membangun sendiri kapal itu menjadi kapal operasional, sebagai bagian dari latihan sebelum memproduksi kapal induk yang 100 persen buatan China.

Jika disamakan dengan Admiral Kuznetsov, Shi Lang akan mampu mengangkut 41 pesawat, terdiri atas 17 pesawat sayap tetap (fixed-wing) sekelas Sukhoi Su-33 dan Sukhoi Su-25, dan 24 helikopter (rotary wing) sekelas Kamov Ka-27. China dikabarkan sudah memesan 50 pesawat Su-33, dengan spesifikasi mampu tinggal landas dari kapal induk, kepada Rusia.

Kapal ini belum menggunakan sumber tenaga nuklir dan tak memiliki sistem ketapel uap untuk meluncurkan pesawat, seperti kapal-kapal induk utama AS. Sebagai gantinya, di ujung geladak kapal dilengkapi dengan ski-jump, atau landasan yang menyudut ke atas, membantu pesawat ”meloncat” untuk mengudara.

Sebelumnya, Dinas Intelijen AL AS memperkirakan, kapal eks Varyag itu akan digunakan sebagai basis latihan pada 2012, sebelum China meluncurkan sendiri kapal induk buatannya setelah 2015. Menurut Michael Mazza, peneliti senior dari Center for Defense Studies (www.defensestudies.org), China berencana membangun empat kapal induk—dua kapal bertenaga nuklir dan dua kapal konvensional—dalam 15 tahun.

Peluncuran kapal induk berkekuatan penuh menandai era baru strategi militer China dan membuktikan ambisi lama negara itu untuk membangun kekuatan AL ”Laut Biru” (blue-water navy), yakni AL yang mampu beroperasi jauh ke tengah samudra, memproyeksikan kekuatan militer China jauh dari rumah.

Syarat keunggulan

Ambisi ini, menurut artikel yang ditulis Ian Storey dan You Ji di GlobalSecurity.org, sudah ada sejak era Laksamana Liu Huaqing, Panglima AL China dan Wakil Ketua Komisi Militer Sentral era 1980-an.

Menurut Liu, setelah China menguasai strategi ”Laut Hijau”, (kekuatan angkatan laut untuk mempertahankan laut teritorial dan garis pantai), China harus menguasai strategi ”Laut Biru”, dengan tujuan mampu memproyeksikan kekuatan hingga kawasan barat Samudra Pasifik.

Liu percaya, satu-satunya cara menjalankan strategi ”Laut Biru” adalah dengan memiliki armada kapal induk yang mampu membawa pesawat tempur, karena keunggulan di laut hanya bisa diraih melalui superioritas dari udara. Sementara gagasan pesawat yang tinggal landas dari wilayah China daratan dan dilanjutkan dengan mengisi bahan bakar di udara dianggap terlalu rentan dari serangan musuh yang mampu menerbangkan pesawat pemburu dari kapal induk mereka.

Namun, ambisi Liu ini tak bisa langsung dikerjakan waktu itu karena pada era 1980-an, Tentara Pembebasan Rakyat China masih konsentrasi menahan ancaman Uni Soviet. Baru setelah raksasa komunis itu bubar (1991), China bisa mengalihkan perhatian ke kawasan Laut China Selatan dan Taiwan.

China membutuhkan kekuatan laut yang tangguh untuk menghadapi konflik di kawasan selatan dan tenggara ini. Gagasan membangun AL ”Laut Biru” yang diperkuat kapal induk pun bangkit lagi.

Untuk mewujudkan ambisinya itu, China membeli tak kurang dari empat kapal induk bekas, yakni HMAS Melbourne dari Australia (dibeli tahun 1985) dan tiga kapal eks Uni Soviet/Rusia, yakni Minsk (1998), Varyag (1998), dan Kiev (2000). China berniat membangun sendiri kapal induknya dengan mempelajari rancang bangun kapal-kapal induk itu. Tawaran kontrak penjualan kapal induk dari Spanyol dan Perancis ditolak oleh China.

Sebelumnya, para pengamat militer menilai, proyek kapal induk China ini terlalu ambisius dan tak akan mampu berbuat banyak untuk menandingi armada kapal induk AS, satu-satunya potensi musuh utama China jika meletus konflik di Taiwan, Korea, dan Laut China Selatan. Alih-alih coba menandingi armada AL AS, pengamat memprediksi China akan menjalankan strategi perang asimetris, yakni dengan mengembangkan peluru kendali (rudal) pelumpuh kapal induk.

Generasi terbaru rudal balistik antikapal milik China, Dong Feng (Angin Timur) DF 21D, yang mampu melesat dengan kecepatan Mach 10 dan berdaya jelajah 3.000 kilometer, diperkirakan akan mulai diuji coba tahun ini dan akan operasional dalam 3-5 tahun mendatang.

Mengubah Asia Timur jauh

Namun, kabar bahwa China juga akan meluncurkan kapal induk pertamanya tahun ini membuktikan ambisi lama itu belum hilang dan pengembangan misil pembunuh kapal induk itu hanyalah satu bagian dari strategi besar China di lautan.

Meski China selalu berkilah program pengembangan militernya adalah untuk tujuan damai dan pertahanan diri, pengoperasian armada kapal induk oleh China tak bisa tidak akan mengubah peta kekuatan di kawasan Asia Timur-Asia Tenggara.

Mazza mengingatkan, kapal induk mewakili kemampuan memproyeksikan kekuatan, yakni membawa kekuatan militer keluar dari wilayah negara itu ke titik mana pun yang ia kehendaki. Jadi sudah tidak melulu menjadi kekuatan bertahan suatu negara.

Dengan klaim teritorial China terhadap Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut China Selatan dan Taiwan, dukungannya terhadap Korea Utara, dan konflik teritorial panas dengan Jepang beberapa waktu lalu, pengoperasian armada kapal induk China akan makin menguatkan dugaan selama ini bahwa China tak akan ragu-ragu menggunakan ”diplomasi kapal perang” untuk memaksakan kehendaknya sebagai kekuatan dominan di kawasan.

Storey dan You menambahkan, negara-negara anggota ASEAN, terutama yang bersengketa langsung dengan China dalam urusan Spratly dan Paracel, akan memperkuat kerja sama militer dengan AS. Sementara Jepang hampir dapat dipastikan akan membangkitkan kembali program kapal induknya, yang pernah terbukti sangat menakutkan di era Perang Dunia II.

Kawasan Asia Timur Jauh pun memasuki realitas baru. Di tata dunia baru ini, akan berada di manakah posisi Indonesia?

Sumber: KOMPAS

Biro Humas Kemhan : Akan Ada Tambahan Empat Kapal Selam Untuk TNI AL


0diggsdigg

Ist

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan negara luar dalam bidang produksi alat-alat perang, diharapkan mampu menarik tenaga kerja. Sampai saat ini yang sudah tampak menyerap tenaga kerja adalah proyek pembuatan Kapal Perang Perusak Kawal Rudal.

"Bisa menarik tenaga kerja 1.500 sampai 2.000 orang," ujar Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio, saat dihubungi Republika, Sabtu (01/01). Pada tahun 2010 kemarin, kontrak kerja pembuatan kapal tersebut sudah ditandatangani oleh PT PAL dan Damen Schelde Naval Shipbuilding dari Belanda.

Kapal perang tersebut sudah mulai diproduksi sejak Agustus 2010 lalu. Produksi kapal ini akan dilakukan secara bertahap selama empat tahun. Sehingga paling tidak ada sekitar 1.500 sampai 2.000 orang tetap mempunyai pekerjaan hingga tahun 2014. Rencananya ada empat buah kapal yang akan diproduksi.

Bentuk kerjasama lain yang diharapkan mampu menarik lapangan kerja adalah pembuatan kapal selam di dalam negeri. "Sudah dirancang dan diupayakan kita bisa produksi kapal selam," kata Midhio. Pada tahun 2010, pihak Korea Selatan sudah menawarkan diri untuk bekerja sama memproduksi kapal selam itu. Turki juga menunjukan ketertarikan untuk bekerja sama. Diharapkan pada tahun 2011 ini, sudah ada kepastian dengan negara mana pembuatan kapal selam ini dilakukan.

Saat ini Indonesia memiliki dua kapal selam. Dengan kerjasama tersebut, kebutuhan enam kapal selam bisa terpenuhi. "Jadi empat tambahannya. Kalau jadi (kerjasamanya), pembuatannya akan multiyears, tidak sekaligus," kata Midhio.

Sumber: REPUBLIKA

Menhan Dinilai Berhasil, Hadiahnya Anggaran Alutsista Jadi Rp 20 Triliun


0diggsdigg

Ist

RMOL.DPR cukup puas dengan prestasi yang ditorehkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) selama 2010. Sebagai hadiahnya para politisi Senayan itu akan berupaya menaikkan anggaran alat utama sistem senjata (alusista) mencapai Rp 20 Triliun.

Hal ini diungkapkan Ketua Ko­misi I DPR Mahfudz Siddiq ke­pada Rakyat Merdeka, di Ja­karta, kemarin.

Menurutnya, alusista yang ada saat ini kurang memadai. Wa­laupun Indonesia tidak sedang ter­ancam perang, namun alutsista yang bagus sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan di tanah air.

“Kalau 2010 anggaran untuk alusista yang diajukan Rp 10 trliun, maka tahun ini DPR akan me­ngupayakan supaya bisa men­jadi Rp 20 triliun. Yang bisa di­kabulkan pada APBN 2011 kan baru Rp 12 triliun. Kita akan meng­upayakan adanya tambahan Rp 9 triliun lagi,” katanya.

Kenaikan anggaran alusista tersebut juga ada didasarkan pada pe­nilaian Badan Pemeriksa Ke­uangan (BPK) terhadap akun­tabilitas TNI terhadap efektifitas kinerjanya.

“Kinerja TNI kan sudah ada peningkatan. Mereka tinggal me­lanjutkan program matra terpadu. Kalau akuntabilitas mereka ba­gus, BPK bisa memberikan pe­nilaian yang bagus,” ujarnya.

Kendati memberikan apresiasi atas pencapaian TNI tahun 2010 lalu, Mahfudz, menilai masih ba­nyak hal yang harus diselesaikan TNI. Setidaknya pada tahun ini me­lanjutkan proses reformasi yang telah direncanakan.

Anggota DPR dari daerah pe­milihan Jawa Barat VIII ini, se­lama tahun 2010 lalu TNI telah mengalami peningkatan di dalam upaya melakukan pengamanan di wilayah laut.

Dalam pandangan politisi PKS ini, peran TNI dalam mengontrol wilayah perbatasan dengan ne­gara-negara tetangga sudah cu­kup bagus. Mengapa demi­kian? masih banyak terjadi kasus illegal fi­shing, dan illegal logging yang me­manfaatkan wilayah per­batasan. “Setahu saya, kerugian negara yang diakibatkan illegal log­ging mencapai sekitar Rp 18 triliun,” ucapnya.

Panglima TNI Agus Suhartono, mengungkapkan prestasi yang dicapai lembaganya selama 2010 antara lain yang menonjol adalah sum­bangan ke kas negara melalui barang sitaan, dan penyelamatan kekayaan negara.

“Operasi penegakan hukum laut telah berhasil memberikan kontribusi Rp 37,9 miliar dari hasil putusan pengadilan (berupa denda atau perampasan barang bukti), dan menyelamatkan po­tensi kerugian negara sekitar Rp 13 triliun,” katanya.

Selain itu, kata Agus, untuk operasi perang, seluruh Konti­ngen Garuda yang dikirimkan ke berbagai negara berhasil meraih penghargaan dari PBB.

Menurut Agus, pada tahun 2010 TNI sudah cukup berhasil dal­am mengemban tugasnya.

Sejauh ini situasi pertahanan ke­amanan di wilayah-wilayah NKRI sudah cukup stabil, dan kon­dusif.

“Sejauh ini, seluruh wilayah In­do­nesia dalam kondisi yang baik. Wilayah perbatasan wilayah kita dengan Negara-negara te­tangga sudah berhasil kita jaga, se­hingga bisa semakin menjadi kondusif,” ujarnya.

Beberapa upaya yang dila­ku­kan TNI pada 2010, kata dia, adalah memperkuat organisasi TNI, guna meningkatkan sistem per­tahanan. Hal ini dilakukan dengan cara pembinaan terhadap para personel TNI, ataupun de­ngan cara memperbaiki pem­binaan logistik yang ada.

Dijelaskannya, peningkatan personel dilakukan dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan, pembinaan mental, profe­sio­nalisme, kemampuan fisik dan tem­pur, sampai pengetahuan ma­salah hukum. Dikatakan Agus, ke­semua upaya tersebut ber­tu­juan untuk memperkuat ke­mam­puan prajurit dalam menjaga keamanan wilayah.

Sedangkan untuk pelaksanaan pembinaan logistik diwujudkan melalui berbagai kegiatan modernisasi alusista TNI, dengan maksud supaya TNI memiliki alutsista yang handal, dan layak pakai, guna mendukung pelak­sa­naan tugas operasi TNI, baik untuk perang maupun kegiatan ke­amanan lainnya.

“Dengan terus dilakukannya pembinaan terhadap prajurit dan keburuhan logistik kita, kea­manan wilayah NKRI bisa terja­ga dengan baik, dengan tetap menjunjung tinggi pro­fe­sio­nalisme prajurit, dan tidak me­langgar hukum,” tuturnya.

Penyelamatan potensi kerugian negara hingga Rp 13 triliun, lanjutnya, membuktikan kalau tingkat pelanggaran yang terjadi masih cukup tinggi. Masalah itu terjadi karena sistem perizinan yang ada masih perlu dperbaiki lagi. Sebab masih terjadi tum­pang tindih wilayah perizinan penangkapan ikan. Untuk me­ngatasi hal ini lembaganya akan be­rkoordinasi dengan Ke­men­terian Perikanan dan Kelautan.

Soal modernisasi alusista, Agus menegaskan, lembaganya pada tahun ini akan memberikan per­hatian khusus terhadap ang­garannya. “Sebagian besar me­mang dialokasikan khusus untuk modernisasi alusista. Tujuannya supaya kita bisa mendekati Mi­nimum Essensial Forces (MEF-red)”, ungkapnya.

Untuk mewujudkan MEF, lanjutnya, TNI berencana mela­kukan penghapusan terhadap alusista yang dianggap tidak layak, peningkatan kemampuan com­bat, dan pengadaan alutsista baru, baik dengan membeli atau­pun dengan menerima hibah.

“Program modernisasi ini akan mengutamakan peningkatan combat capability dari unit-unit tempur yang dianggap masih bisa digunakan. Seperti kapal perang yang dari Belanda, badannya dianggap masih bagus, tapi sen­jatanya sudah sangat keting­galan,” ungkapnya.

Bekas Irjen (Inspektur Jendral-red) Departemen Pertahanan ini menuturkan, modernisasi terse­but dilakukan dengan meng­upa­yakan pemanfaatan industri da­lam negeri, dengan tetap me­la­kukan kerjasama dengan indutri militer luar negeri. Hal ini dila­kukan karena saat ini industri dalam negeri belum bisa mandiri. “Kita berharap ke depan industri militer kita bisa mandiri, se­hingga kita tidak perlu tergantung terhadap bantuan asing,” ucap­nya.

“Sebaiknya Segera Lakukan Modernisasi”


Al Araf, Pengamat Militer Imparsial

Pengamat Militer dari Impar­sial, Al Araf mendukung pe­nam­bahan anggaran alusista yang digagas DPR, agar bisa me­me­nuhi standar Minimum Esesial Force.

“Sistem persenjataan negara lain juga terus berkembang. Kita sebaiknya segera lakukan moder­ni­sasi supaya bisa memper­ta­hankan kedaulatan negara In­donesia,” ka­tanya, kemarin.

Makanya dia cukup maklum dengan usulan Kemenhan pernah meminta tambahan anggaran sampai Rp 150 triliun. Menu­rut­nya, sistem persenjataan yang dimiliki Indonesia saat ini sudah ketinggalan dari Negara lain.

“Dengan keterbatasan ang­garan yang ada, TNI sudah mela­kukan visinya dengan baik, dan bekerja secara profesional. Tugas sudah dilakukan dengan baik, seperti penanganan Ambalat dan pengiriman angkatan perdamaian ke Lebanon,” katanya kepada Rakyat Merdeka.

Meski begitu, transparansi anggaran TNI patut mendapat per­hatian melalui pengawasan yang ketat, mengingat porsinya san­gat besar. Bila tidak, bisa ra­wan dari kebocoran anggaran.

Makanya dia mengingatkan, dalam setiap pengadaan barang dan jasa harus memperhatikan kebutuhan di lapangan, bukan TNI didikte negara produsen atau vendor pengadaan persenjataan.

“Pengadaan alusista sebaiknya dikaitkan untuk kepentingan jangka panjang, bukan jangka pendek. Jangan beli senjata yang tidak cocok dengan kondisi negara kita,” ujarnya.

“Program Dipantau UKP4 Tercapai ”

Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan

Tidak hanya DPR yang memuji kinerja TNI pada tahun 2010, Menteri Pertahanan, Purnomo Yus­giantoro juga mengakuinya. Dia menilai pecapaian prestasi TNI sesuai dengan desain Ren­cana dan Strategi Pertahanan Ne­gara.

“Program yang dipatok pe­me­rintah dan dipantau Unit Kerja Pre­siden bidang Pengawasan dan Pe­ngendalian Pembangunan (UKP4), tercapai semua,” kata Pur­nomo dalam jumpa pers “Ref­leksi Kinerja Kementerian Per­ta­hanan 2010,” di Kantor Kemhan, Jakarta Pusat, Kamis lalu.

Target yang telah sesuai de­ngan desain Rencana dan Strategi Pertahanan Negara 2010-2014 itu antara lain, optimalisasi peng­gu­naan alusista produksi dalam ne­geri, pembentukan Komite Ke­bijakan Industri Pertahanan (KKIP), penyusunan draf RUU Revitalisasi Industri Pertahanan, dan RUU Keamanan Nasional, serta pemberian tunjangan khu­sus prajurit TNI yang bertugas di pulau terluar, dan perbatasan.

Menurutnya, pada tahun per­tama kinerja Kabinet Indonesia Ber­satu II, lembaganya fokus pa­da tiga hal yaitu menjaga ke­dau­latan, menjaga keutuhan NKRI, dan menjaga keselamatan bangsa.

“Kami fokus pada kesejah­teraan rakyat, dan fekonomi yang bisa mendukung peningkatan ke­sejahteraan rakyat. Tema kita adalah pengelolaan kebijakan pe­r­tahanan negara pro kesejah­te­raan,” terangnya.

Di bidang legislasi, seluruh RUU bidang pertahanan negara te­lah masuk dalam prolegnas Ta­hun 2010-2014. Bahkan untuk RUU Komponen Cadangan men­jadi prioritas utama.

“Kemhan juga telah me­nyelesaikan dua RUU Keamanan Nasional dan RUU Revitalisasi In­dustri Pertahanan. Kedua RUU ini masuk dalam prioritas, ter­masuk RUU Rahasia Negara,” ungkapnya.

Dalam bidang kerja sama, Kem­han juga mengadakan kerja sama dengan berbagai negara. Misalnya, dengan Amerika Se­rikat dalam hal peningkatan ker­ja sama pertahanan yang me­li­batkan Kopassus. “Dengan Bru­nei Darussalam, Pakistan, dan Ko­rea Selatan. Dengan Korea Selatan. Kita kerja sama dalam pro­duksi dan pemasaran proyek pe­ngembangan jet tempur KF-X atau F-33,” bebernya.

Selain itu, lanjutnya, Kemhan juga berupaya meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI pada 2010 dengan menaikkan tun­jangan lauk-pauk dari Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu per hari.

“Tunjangan remunerasi yang diberlakukan per Juli 2010 juga telah dicairkan pada akhir Desember 2010 dan diberikan secara rapel,” ucapnya.

Dengan lembaga negara lain, Purnomo mennerangkan, Kem­han sedang menyelesaikan nota kesepahaman bersama Ke­menterian Kesehatan, agar pra­ju­rit TNI dapat berobat dan me­meriksakan kesehatannya di Pus­kesmas dan rumah sakit milik pe­merintah dengan mendapatkan tambahan dua persen tunjangan ke­sehatan dari gaji pokok.

Berawal Dari Badan Keamanan Rakyat

Sekilas Tentang TNI

Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah per­juangan bangsa Indonesia mem­pertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang ber­ambisi untuk menjajah In­do­nesia kem­bali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan per­kembangan or­ganisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan un­tuk memperbaiki susunan yang se­suai dengan dasar militer in­ter­national, di­rubah menjadi Tentara Republik In­donesia (TRI).

Untuk mempersatukan dua ke­kuatan bersenjata yaitu TRI se­ba­gai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Pre­siden mengesahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Ang­katan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.

Menyatunya kekuatan Ang­katan Bersenjata di bawah satu ko­mando, diharapkan dapat men­capai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok po­litik tertentu.

Peran, Fungsi dan Tugas TNI juga mengalami perubahan sesuai de­ngan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. TNI berperan se­bagai alat negara di bidang per­ta­hanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan ne­gara, berfungsi sebagai: pe­nang­kal terhadap setiap bentuk an­cam­an militer dan ancaman ber­senjata dari luar dan dalam negeri ter­hadap kedaulatan, keutuhan wi­layah, dan keselamatan bang­sa, penindak terhadap setiap ben­tuk ancaman sebagaimana di­maksud di atas, dan pemulih terhadap kondisi keamanan ne­gara yang terganggu akibat ke­kacauan keamanan.

Tugas pokok TNI adalah mene­gakkan kedaulatan negara, mem­pertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik In­donesia yang berdasarkan Pa­n­casila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi se­genap bangsa dan seluruh tum­pah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk pe­rang dan operasi militer selain pe­rang. Dalam bidang reformasi in­ternal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tun­tutan reformasi nasional.

Sumber: RAKYAT MERDEKA

Friday, December 31, 2010

Panglima TNI : Hampir 50 persen anggaran itu untuk alutsista


0diggsdigg

Ist

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam menyongsong pertambahan tahun, TNI berniat akan meningkatkan perlengkapan alutsista. Yang menjadi prioritas bagi angkatan adalah yang secara fokus menggunakan alat seperti tank, kapal laut dan pesawat tempur.

Demikian dikatakan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Mabes TNI, Jakarta.

"Ada tiga tahapan yang kami lakukan untuk memperbaiki sistem persenjataan di TNI," ungkap Laksamana Agus Suhartono, Jumat (31/12/2010).

Langkah pertama yang akan dilakukan adalah penghapusan alutsista yang dinilai tidak berfungsi. Sedang langkah kedua yang akan diambil adalah peningakatan alutsista serta pengadaan alautsista baru.

Secara umum untuk anggaran pada 2011, TNI mendapat anggaran yang besar dari pemerintah setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Kemendiknas.

Agus Suhartono mengatakan sebagian anggaran TNI ini akan di gunakan untuk peningkatan alutsista.

"Hampir 50 persen anggaran itu untuk alutsista," terangnya.

Sumber: Tribun

BERITA POLULER