Pages

Thursday, December 30, 2010

RASEX ANTARA KRI FRANS KAISIEPO-368 DAN BNS OSMAN F18


0diggsdigg



Maritime Interdiction Operation (MIO) yang dilaksanakan oleh MTF – UNIFIL di laut Mediterranean wilayah Lebanon merupakan salah satu pilar utama dalam pelaksanaan mandate United Nations Security Council Resolution 1701 dan 1884 menuntut tidak hanya tingkat kehadiran kapal/unsur yang tinggi namun juga endurance operasi di laut yang lebih lama. Endurance di laut merupakan suatu keterbatasan bagi TG 448.3 yang terdiri atas kapal-kapal yang berukuran kecil (patrol boat), terlebih dikaitkan dengan seringnya cuaca buruk selama musim dingin yang menyebabkan kapal-kapal kecil tersebut sering melaksanakan sheltering (berlindung dari cuaca buruk). Hal tersebut selanjutnya mendorong TG 448.1 yang terdiri atas kapal-kapal besar (frigate dan corvette) dengan sustainability terhadap sea state yang lebih baik untuk memperpanjang durasi patroli guna mengisi kekosongan di AMO (Area of Maritime Operation). Untuk merespons tuntutan tersebut pada tanggal 29 Desember 2010 dilaksanakan Serial RASEX (Replenisment At Sea) antara KRI FKO-368 dan BNS Osman F18.

UNREP/RAS (Underway Replenishment/Replenisment At Sea) adalah suatu metode pembekalan bagi unsur di laut yang memungkinkan suatu unsur ataupun gugus tugas untuk tetap berada di laut dalam jangka waktu yang lama untuk mendukung pelaksanaan operasi. Dalam Serial Latihan RASEX tersebut KRI FKO-368 bertindak selaku OCS (Officer Conducting Exercise) yang mengendalikan latihan yang berlangsung di Zone 1 North – AMO. Mengingat sifat ancaman terbesar yang mungkin terjadi selama pelaksanaan RAS adalah ancaman udara, maka latihan diawali dengan meningkatkan meningkatkan kesiagaan sistem pertahanan udara (Peran Tempur Bahaya Udara). Latihan RAS sendiri di kalangan Navy di seluruh dunia merupakan salah satu serial latihan yang menarik dan cukup menantang mengingat sifat pembekalan di laut yang dilaksanakan dengan kondisi kapal pemberi (delivering ship) dan penerima (receiving ship) dalam keadaan berjalan (underway) sehingga membutuhkan suatu tingkat kecakapan seamanship dan kerja sama tim, baik intern kapal maupun dengan kapal counterpart. Melalui latihan tersebut dapat tercermin team work dan profesionalisme, mulai dari ship handling saat approach maneuver, kecakapan Tim RAS sampai dengan disiplin suatu kapal, demikian dijelaskan oleh Komandan KRI FKO-368 Letkol Wasis Priyono. Latihan tersebut juga dimanfaatkan untuk dokumentasi/pengambilan gambar yang dilaksanakan dengan dukungan Call Sign Garuda (Heli BO-105) yang diawaki oleh Kapten Laut (P) Adolf Alex Jambormias, Co-Pilot Lettu Laut (P) Erich Yuliatirta dengan didampingi Pasintel Kapten Laut (P) Bambang Subeno dan Kadiv PAA Kapten Laut (P) Fuad Hasan serta teknisi Sertu Mes Giat Supryanto.

Dalam latihan yang berlangsung selama 2 jam tersebut Komandan KRI FKO-368 dan BNS Osman menyampaikan apresiasi dan penilaian positif terhadap pelaksanaan latihan tersebut. Selain dapat memelihara dan meningkatkan profesionalisme dan team work prajurit pengawak kapal, diharapkan Serial Latihan RASEX ini dapat meningkatkan mutual cooperation dan relationship diantara unsur-unsur yang tergabung dalam MTF/Unifil Lebanon.

Sumber: TNI AL

Indonesia-AS Pimpin Kerja Sama Antiteror ASEAN

jakarta, Kompas - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam jumpa pers akhir tahun di Jakarta, Kamis (30/12), mengatakan, Republik Indonesia menjadi ujung tombak dalam kerja sama penanganan terorisme di Asia Tenggara.


”Kita memiliki sejumlah pokok kerja sama di ASEAN plus 8 yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru. Pokok kerja sama pertahanan tersebut adalah penjaga perdamaian, antiteror, patroli maritim, pengobatan militer, serta tanggap bencana. Penanganan terorisme yang dimaksud adalah dalam arti luas,” kata Purnomo.

Indonesia dinilai sukses dalam menangani terorisme, mulai dari pencegahan hingga deradikalisasi, sehingga menjadi acuan bagi negara ASEAN dan delapan mitranya. Indonesia bersama AS akan memimpin latihan dan kerja sama yang akan digelar di Bali pada tahun 2011.

”Penanganan terorisme bukan melulu persoalan aksi kekerasan yang terjadi. Kita menggandeng instansi terkait di Indonesia dalam kerja sama ini. Yang maju bukanlah atas nama institusi tertentu, melainkan Indonesia,” ujar Purnomo menjawab pertanyaan wartawan soal kewenangan polisi dan sektor pertahanan dalam penanganan terorisme.

Dia mencontohkan, Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan lembaga dakwah Nahdlatul Ulama dalam menjalankan program deradikalisasi dan merangkul anggota masyarakat. Kerja sama sejenis dilakukan dengan sejumlah universitas, seperti Universitas Islam Negeri Malang di Jawa Timur.

Banyak langkah penanganan terorisme di Indonesia, seperti kerja sama dengan Australia Federal Police (AFP) yang membuat sekolah antiteror di Semarang, Jawa Tengah, yang dinilai berhasil.

Menyinggung pelatihan tanggap bencana, Purnomo menjelaskan, pada Maret 2011 akan digelar latihan penanganan situasi krisis di Manado, Sulawesi Utara. Latihan lapangan tingkat ASEAN itu akan dimotori oleh Jepang.

Dalam jumpa pers ini, Purnomo juga mengatakan, untuk menyediakan sarana perumahan prajurit, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perumahan Rakyat membangun 33 menara rumah susun pada tahun 2011. Hunian tersebut digunakan para pegawai di lingkungan Kemhan dan setiap angkatan di TNI.

”Saat ini jumlah rumah negara ada 192.000 unit. Rumah negara yang digunakan pegawai aktif Kemhan dan prajurit TNI ada 158.000 unit. Sebanyak 27.500 dihuni purnawirana dan sekitar 6.600 unit dihuni orang lain,” kata Purnomo.

Kebutuhan ideal rumah negara untuk lingkungan Kemhan dan TNI adalah 433.000 unit. Masih ada kekurangan 275.000 unit rumah yang harus disediakan negara.

Sumber: KOMPAS

PESAWAT BUATAN INDONESIA N-2130 DIMANAKAH RIWAYAT MU KINI?

N-2130

Pesawat N-2130 adalah pesawat jet komuter berkapasitas 80-130 penumpang rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia.Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pesawat N-2130 adalah pesawat jet komuter berkapasitas 80-130 penumpang rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.

Pada 10 November 1995, bertepatan dengan terbang perdana N-250, Presiden Soeharto mengumumkan proyek N-2130. Soeharto mengajak rakyat Indonesia untuk menjadikan proyek N-2130 sebagai proyek nasional. N-2130 yang diperkirakan akan menelan dana dua milyar dollar AS itu, tandasnya, akan dibuat secara gotong-royong melalui penjualan dua juta lembar saham dengan harga pecahan 1.000 dollar AS. Untuk itu dibentuklah perusahaan PT Dua Satu Tiga Puluh (PT DSTP) untuk melaksanakan proyek besar ini.
Saat badai krisis moneter 1997 menerpa Indonesia, PT DSTP limbung. Setahun kemudian akibat adanya ketidakstabilan politik dan penyimpangan pendanaan, mayoritas pemegang saham melalui RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 15 Desember 1998 meminta PT DSTP untuk melikuidasi diri.
Untuk preliminary design pesawat ini, IPTN telah mengeluarkan tenaga, pikiran, dan uang yang tak kecil. Dana yang telah dikeluarkan lebih dari 70 juta dollar AS yang sesuai keputusan RUPSLB, dana bagi ini selanjutnya dianggap sunk-cost.
Seluruh kekayaan perseroan selanjutnya diaudit dimana hasil disampaikan kepada Bapepam tanggal 22 April 1999 dan diumumkan lewat media massa. Pembayaran hasil likuidasi kepada para pemegang sahamnya sendiri kemudian dilakukan bertahap mulai 9 Agustus hingga 15 Oktober 1999.

Spesifikasi Pesawat

Pada saat konsep desain, N-2130 dipertimbangkan untuk 80, 100 atau 130 penumpang. Pesawat ini dilengkapi dengan teknologi canggih advanced fly-by-wire system.
2130-3v.gif
DIMENSI 80 pax 100 pax 130 pax

Sayap:
Luas (m²)
Rentang (m)
Aspect Ratio
Sweepback (0.25°)

102.80
28.95
8.20
24.30

102.80
28.95
8.20
24.30

102.80
28.95
8.20
24.30
Panjang total (m) 27.23 29.65 33.37
Diameter fuselage 3.91 3.91 3.91

Berat
Berat Take-Off Max. (kg)
Berat Landing Max. (kg)
Beban angkut (Payload) Max. (kg)

43.500
40.000
10.500

49.000
45.000
12.300

55.800
51.000
15.300

Mesin
High By-Pass Ratio Turbofan Engine
Sea Level Static Thrust (kN)

2 x 75

2 x 82

2 x 97.5

WIKIPEDIA

Kembalinya N-2130

N-2130 adalah tipe pesawat jet yang hendak dikembangkan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada masa jaya perusahaan tersebut di pertengahan 1990-an. Pengembangan pesawat jet komuter dengan jumlah penumpang antara 80–130 orang itu mungkin terinspirasi pesawat yang dikembangkan perusahaan pesawat terbang Brasil,Embraer. Bedanya, Embraer sekarang ini menghasilkan pesawat Embraer Regional Jet (ERJ) yang banyak digunakan perusahaan penerbangan Amerika Serikat (AS), terutama untuk shuttle flight pada jalur-jalur padat Boston, New York, Washington DC, dan Miami.

Adapun N-2130 ternyata hanya menjadi mimpi karena terkubur krisis moneter 1998. Sebagai rentetan krisis tersebut, pemerintah harus menghentikan bantuan kepada IPTN sebagai bagian kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Hari ini, lebih dari 10 tahun sejak krisis moneter, kita berada pada posisi yang jauh lebih baik dan siap untuk menghidupkan kembali proyek tersebut.

Ada beberapa alasan kuat untuk itu. Pertama, Indonesia sudah berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan. Dalam krisis global baru-baru ini, Indonesia berhasil untuk tetap menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang moderat bersama China dan India. Perkembangan tersebut membuat Indonesia masuk dalam radar perekonomian global.

Ini berarti apa yang diproduksi Indonesia mulai diperhitungkan perusahaan penerbangan di luar negeri. Kedua, perkembangan tersebut juga memperkuat daya beli rakyat dan dunia usaha Indonesia. Jika 12 tahun lalu hanya Garuda dan Merpati yang menjadi perusahaan penerbangan nasional, sekarang banyak perusahaan penerbangan yang mampu membeli pesawat dalam jumlah besar.

Perkembangan traffic dan jumlah penumpang pesawat terbang melonjak sehingga sangat layak jika industri pembuat pesawat terbang akan kecipratan berkah di tahun-tahun mendatang, menurut perkiraan Compliance Services Indonesia. Ketiga, dalam keadaan terjepit pun PT IPTN, yang kini bermetamorfosis menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), mampu memasarkan produk ke pelanggan di luar negeri. Korea Selatan sudah membeli beberapa pesawat CN 235, termasuk empat di antaranya yang merupakan pesanan Departemen Pertahanan Korea Selatan untuk patroli maritim.

Demikian juga dengan Malaysia, Thailand,Pakistan,dan Turki. Korea Selatan, Malaysia, dan Pakistan bahkan telah membeli pesawat jenis CN 235 untuk digunakan sebagai pesawat kepresidenan. Keempat, PT DI pada 2009 mulai berhasil mencetak laba. Perolehan pendapatan tersebut diperkirakan semakin besar pada 2010 dengan adanya pesanan 10 helikopter untuk Angkatan Udara dan Basarnas serta pesanan tiga pesawat CN 235–200 MPA untuk menggantikan pesawat Nomad Angkatan Laut Indonesia.

Ini membuktikan restrukturisasi perusahaan tersebut mulai berhasil dalam meningkatkan efisiensi. Kelima, Indonesia sudah lulus dari program IMF. Ini berarti Indonesia memiliki kebebasan penuh untuk mengembangkan kembali cita-cita. Saya yang pernah bekerja di IMF selama lima tahun sangat memahami bahwa tidak ada dari lembaga internasional tersebut yang dapat mencegah kita melakukan hal tersebut.

Keenam, kemampuan keuangan pemerintah.Keuangan pemerintah sekarang sangat kuat. Kecilnya defisit APBN maupun rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) merupakan ukuran internasional yang menunjukkan kekuatan kita. (Tulisan saya pekan lalu,“Utang Pemerintah dalam Perekonomian Global”, menjelaskan hal tersebut). Sekarang ini pemerintah memiliki uang tunai yang jumlahnya sekitar Rp200 triliun. Uang tersebut setiap kali justru semakin bertambah dan bukannya berkurang.

Untuk pengembangan N–2130, pemerintah perlu memastikan keekonomiannya dan sangat mungkin memberikan bantuan. Terlebih lagi jika PT DI mampu menunjukkan laba kembali dalam dua tahun ke depan, bukan hanya perbankan yang akan berebut untuk memberikan pembiayaan, pasar modal pun akan terbuka lebar untuk menerima penawaran saham perdana (IPO) PT DI. Ketujuh, alasan idealisme.

Begitu banyak tenaga ahli penerbangan Indonesia eks IPTN yang sekarang ini berdiaspora di luar negeri. Mereka mampu mengembangkan keahliannya dan diakui oleh raksasa industri penerbangan di Amerika, Eropa maupun negara-negara lain, sedangkan kesempatan untuk mengembangkan industri di Tanah Air sebetulnya juga terbuka lebar. Berdasarkan hal-hal tersebut, yang daftarnya juga bisa diperpanjang, merupakan suatu kesia-siaan membiarkan PT DI berjuang sendiri.

Sebagai perusahaan, dengan keuntungan yang dihasilkan saat ini,mereka jelas akan mampu berkembang. Namun kecepatan pertumbuhan mereka akan sangat rendah tanpa ada keberpihakan pemerintah. Pemerintah dapat mulai membantu PT DI dengan menghidupkan kembali pesawat N250 yang sudah menghasilkan prototipe, bahkan sudah pula hadir dalamAir Show di Eropa sebelum krisis moneter 1998.

Pesawat yang sekelas dengan ATR 42 dan salah satu varian dari Embraer tersebut memiliki potensi yang sangat besar bagi penggunaannya di Indonesia yang memiliki banyak bandara berlandasan pendek. Seiring pengembangan N250, riset dan pengembangan produk pesawat N-2130 mulai dapat diintensifkan.

Dengan kerangka waktu lebih tertata, kita bisa mengharapkan bahwa dalam tiga-empat tahun ke depan, kita sudah memiliki gambaran untuk melihat prospek yang lebih jelas bagi pesawat tersebut. Visi 2025 pemerintah jelas, yaitu menginginkan Indonesia menjadi negara maju di tahun tersebut. Let’s just do it. Marilah kita mengisi visi tersebut dengan segenap kemampuan kita. Jika Brasil bisa, kenapa kita tidak?
   
http://www.bloggaul.com/postel/readblog/112638/kembalinya-n-2130

Qatar Siap Gelar Manuver Perang Dengan Iran

Panglima Angkatan Bersenjata Qatar, Hamad bin Ali al-Atiyyah menegaskan kesiapan negaranya untuk menggelar latihan militer bersama Republik Islam Iran di wilayah Teluk Persia. Pernyataan ini disampaikan pangab Qatar saat menerima kunjungan komandan konvoi kapal perang Iran yang berkunjung ke negara ini. Demikian dilaporkan IRNA Jum'at (24/12). Seraya mengucapkan selamat datang dan kepuasannya atas kian meningkatnya hubungan kedua negara, Hamad bin Ali al-Atiyyah menandaskan, sungguh suatu kegembiraan yang besar hubungan kedua negara dan dua bangsa muslim kian kokoh berkat perhatian serius para pemimpin Iran dan Qatar.
Dalam kesempatan tersebut ia menekankan pentingnya pertemuan antar komandanmiliter kedua negara. "Kontiunitas pertemuan antar perwira tinggi Qatar dan Iran adalah kesempatan baru untuk meningkatkan hubungan bilateral," ungkap pangab Qatar.
Menurutnya negara di kawasan harus meneladani hubungan baik antara Iran dan Qatar. Ditegaskannya, Qatar siap meningkatkan kerjasama dan hubungannya di berbagai bidang termasuk di bidang pertahanan, militer, berbagi pengalaman, pelatihan militer dan manuver bersama angkatan laut di Teluk Persia.
Ditambahkannya, gerak cepat dan kemudahan di bidang hubungan antar angkatan laut kedua negara khususnya dibidang kelautan dan patroli perbatasan perairan dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah bilateral khususnya pelanggaran teretorial laut. (IRIB/IRNA/MF)

IRIB

LOCKHEED MARTIN AWARDED CONTRACT TO CONSTRUCT UP TO 10 LITTORAL COMBAT SHIPS BY U.S. NAVY


30-Dec-2010


The U.S. Navy has awarded a Lockheed Martin led industry team a fixed-price-incentive-fee contract to construct up to 10 Littoral Combat Ships (LCS).

The first of the 10 ships will be acquired in 2010, at a contract value of $437 million, and the rest via options through 2015. If all options are exercised, the total value of the ship construction portion of the contract will reach approximately $3.6 billion. Marinette Marine Corporation, a Fincantieri company, will construct the ships in Marinette, Wis., and naval architect Gibbs & Cox will provide engineering and design support.

'The Lockheed Martin team's Littoral Combat Ship is designed to confront rapidly changing global threats while providing a cost-effective solution in an era of tight budgets,' said Lockheed Martin Chairman and CEO Bob Stevens. 'This team's strong performance will enable the Navy to deploy a class of affordable, multi-mission combatants to address the nation's needs for decades to come.'

Fincantieri CEO Giuseppe Bono said, 'We are extremely proud to provide the U.S. Navy with our team's LCS. This contract highlights one of our firm's core beliefs: the answer to tough competition is to think and act globally, bringing the best together into a single offering.'

Prior to this contract, the Lockheed Martin industry team designed and constructed the nation's first LCS, USS Freedom. USS Freedom's capabilities have been demonstrated since its commissioning in 2008. The ship successfully completed its first deployment earlier this year and also participated in the world's largest maritime exercise, the Rim of the Pacific Exercise, known as RIMPAC.
LCS 3, the Navy's future USS Fort Worth and Lockheed Martin's second LCS, is more than 80 percent complete and was recently christened and launched. The program remains on schedule and budget for delivery to the Navy in 2012. In constructing LCS 3, the team incorporated lessons learned from USS Freedom to reduce costs and improve efficiency.

AMR

Menhan: Kinerja Kemhan 2010 Capai Target

Menhan: Kinerja Kemhan 2010 Capai Target
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa kinerja Kementerian Pertahanan pada 2010 telah mencapai target sesuai dengan desain Rencana dan Strategi Pertahanan Negara.

"Program yang dipatok pemerintah dan dipantau oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), tercapai semua," kata Purnomo dalam jumpa pers "Refleksi Kinerja Kementerian Pertahanan 2010" di Kantor Kemhan di Jakarta Pusat, Kamis.

Target yang telah sesuai dengan desain Rencana dan Strategi Pertahanan Negara 2010-2014 itu antara lain, optimalisasi penggunaan alutsista produksi dalam negeri, pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), penyusunan draft RUU Revitalisasi Industri Pertahanan dan RUU Keamanan Nasional, serta pemberian tunjangan khusus prajurit TNI yang bertugas di pulau terluar dan perbatasan.

Menurut dia, pada tahun pertama kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II, Kemhan bertugas untuk menjalankan tiga hal yaitu menjaga kedaulatan, menjaga keutuhan NKRI, dan menjaga keselamatan bangsa.

"Kami fokus pada kesejahteraan rakyat dan fokus pada ekonomi yang bisa mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat. Tema kita adalah pengelolaan kebijakan pertahanan negara pro kesejahteraan," papar Purnomo.

Di bidang legislasi, seluruh RUU bidang pertahanan negara tekah masuk dalam prolegnas Tahun 2010-2014 dan RUU Komponen Cadangan (Komcad) yang masuk dalam prioritas utama.

"Kemhan juga telah menyelesaikan dua RUU Keamanan Nasional dan RUU Revitalisasi Industri Pertahanan. Kedua RUU ini masuk dalam prioritas, termasuk RUU Rahasia Negara," katanya.

Dalam bidang kerja sama, Kemhan juga mengadakan kerja sama dengan Amerika Serikat dalam hal peningkatan kerja sama pertahanan dan dibukanya hubungan kerja sama yang melibatkan Kopassus.

"Kemhan juga menjalin kerja sama dengan Brunei Darussalam, Pakistan, dan Korea Selatan. Dengan Korea Selatan, kita kerja sama dalam produksi dan pemasaran proyek pengembangan jet tempur KF-X atau F-33," ujar Purnomo.

Kemhan juga berupaya meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI pada 2010 dengan menaikkan tunjangan lauk-pauk dari Rp35 ribu menjadi Rp40 ribu/hari.

"Tunjangan remunerasi yang diberlakukan per Juli 2010 juga telah dicairkan pada akhir Desember 2010 dan diberikan secara rapel" katanya.

Purnomo menambahkan, Kemhan juga tengah menyelesaikan MoU dengan Kementerian Kesehatan agar prajurit TNI dapat berobat dan memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah dengan mendapatkan tambahan dua persen tunjangan kesehatan dari gaji pokok.

(S037/A041/S026)
 
ANTARA

Six Additional Patrol Vessel Starting 2012




Second generation patrol vessel (photo : MalaysianDefence)LUMUT, (Bernama) -- The government has issued a letter of intent to Boustead Naval Shipyard Sdn Bhd for the building of six second generation petrol vessels under a programme starting in 2012, Chief of Navy Admiral Tan Sri Abdul Aziz Jaafar said today.
The additional vessels will ease the asset restraint that the Royal Malaysian Navy have had to endure since surrendering 17 of its ships to the Malaysian Maritime Enforcement Agency, he said when launching KD Selangor, the sixth RMN petrol vessel, at the base here.
KD Selangor is the last ship ordered under a programme which started in 1999. The other vessels are KD Kedah and KD Pahang, based in Kota Kinabalu, and KD Perak and KD Terengganu, in Kuantan.
KD Selangor will be based in Lumut alongside KD Kelantan.
(Bernama)
Baca Juga :
RM1.08b Bina 6 Kapal Peronda
LUMUT 28 Dis. – Projek pembinaan enam kapal peronda generasi kedua (SGPV) Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) oleh Boustead Naval Shipyard Sdn. Bhd. (BNS) di sini melibatkan modal awal RM1.08 bilion untuk tempoh dua tahun pertama.
Panglima Tentera Laut, Laksamana Tan Sri Abdul Aziz Jaafar berkata, kos keseluruhan pembinaan enam buah kapal tempur pesisir pantai (Littoral Combatant) itu bergantung pada jenis kapal serta sistem dan peralatannya.
“Kerajaan telah mengeluarkan surat hasrat kepada BNS untuk membina enam lagi kapal ronda di bawah program SGPV dan projek ini dijangka bermula pertengahan tahun depan.
“Saya percaya tambahan enam lagi kapal ronda akan mengurangkan kekangan aset yang dihadapi TLDM yang telah menyerahkan 17 buah kapalnya kepada Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia,” katanya.
Beliau ditemui selepas menyempurnakan majlis pentauliahan Kapal Diraja (KD) Selangor di Jeti Operasi, Pangkalan TLDM Lumut di sini hari ini.
Mengenai pentauliahan itu, Abdul Aziz berkata, ia merupakan kapal ronda generasi baru (NGPV) yang keenam dan terakhir dalam projek pembinaannya yang ditauliahkan dalam inventori TLDM.
(Utusan)

BERITA POLULER