Pages

Thursday, September 30, 2010

Alutsista Marinir Perlu Dimodernisasi



30 September 2010, Surabaya -- Sejumlah kendaraan tempur milik Korps Marinir melakukan manuver tempur, di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Rabu (29/9). Alat utama sistem senjata (Alutsista) milik Korps Marinir TNI AL, meski sebagian sudah lama tahun pembuatannya, namun masih bisa digunakan dalam kondisi baik untuk mendukung keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/nz/10)

Sejumlah meriam persenjataan artileri milik Korps Marinir melakukan manuver tempur. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/nz/10)

ANTARA

Satu Flight Pesawat Tempur Sukhoi Ikut Ramaikan HUT TNI Ke-65



30 September 2010, Makassar -- Satu flight pesawat tempur Sukhoi 27/30 yang berhome base di Skadron Udara 5 Wing 5 Lanud Sultan dipimpin langsung Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna , Kamis (30/9) bertolak menuju Lanud Halim Perdanakusuma untuk meramaikan kegiatan upacara HUT TNI ke 65 bersama pesawat tempur lainnya.

Selain Komandan Lanud Sultan Hasanuddin para penerbang Skadron Udara 11 Wing 5 yang ikut meramaikan HUT TNI ke 65 diantaranya adalah Kadisops Letkol Pnb Andi Kustoro Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Toni Haryono , Mayor Pnb Untuk Surapati, Mayor Pnb David Tamboto, Kapten I Gusti Ngurah Surga, Kapten Riyadi, Kapten Pnb Wanda, Lettu Pnb Baskoro, sebelum bertolak meninggalkan Lanud Sultan Hasanuddin, diawali dengan pelaksanaan briefing penerbangan dan cek kesehatan.

Dalam rangkaian ikut meramaikan HUT TNI ke 65, para penerbang pesawat tempur Sukhoi selama bulan September 2010 secara terjadwal giat melaksanakan latihan dengan berbagai formasi/fly pass di wilayah udara Lanud Sultan Hasanuddin dan sekitarnya.

Pentak Lanud Sultan Hasanuddin

TNI Perkuat Alutsista Dalam Negeri




30 September 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri dalam pembuatan alat utama sistem senjata (alutsista).

Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, penggunaan produksi dalam negeri memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa. Sebab, dalam pembuatannya, semua yang mengerjakan adalah tenaga Indonesia. ”Misalnya pembuatan satu fregat bisa menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja, jadi kalau dua fregat bisa dua kali lipat menyerap tenaga kerja. Belum lagi dampak ekonomi lain,”katanya di Kantor Wakil Presiden kemarin.

Dia melanjutkan,Kementerian Pertahanan menganggarkan sekitar Rp150 triliun untuk pengadaan serta pemeliharaan dan perawatan alutsista. Dana tersebut sebagian besar diambil dari Rencana Pembangunan Menengah Nasional 2010–2014.“Dari jumlah tersebut sebesar Rp100 triliun diambil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2010–2014,”katanya. Menurut Menhan, sisanya sebesar Rp50 triliun diharapkan bisa diperoleh oleh kementriannya apabila ekonomi Indonesia ke depan tumbuh dengan baik. Purnomo mengakui dana sebesar Rp 50 triliun tersebut belum bisa berakomodasi, tapi dirinya masih akan terus memperjuangkannya. Alutsista yang akan dibuat di dalam negeri dari anggaran Rp150 triliun tersebut meliputi kapal fregat dan kapal patroli cepat (fast patrol boat).

Dia menjelaskan, untuk kebutuhan di perairan Indonesia barat,TNI AL tidak mengembangkan kapal ukuran besar sehingga bisa dibuat di dalam negeri dilengkapi persenjataan modern seperti rudal.“Kalau yang untuk Indonesia timur memang kapalnya besar-besar. Seperti fregat itu kita bangun di Surabaya. Mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mendeklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia juga di PT PAL,”katanya Purnomo berkali-kali menyatakan komitmen pemerintah dalam memberdayakan industri pertahanan dalam negeri. Seusai penyerahan penyerahan pesawat tempur Sukhoi di Makassar Senin (27/9) dia menyatakan PT PAL Indonesia telah mampu melakukan pembangunan kapal perang jenis perusak kawal rudal (PKR).

Sementara PT Dirgantara Indonesia melakukan kerja sama pembangunan pesawat patroli maritim dengan Turki serta pembuatan prototipe pesawat tempur generasi 4,5 dengan Korea Selatan. Seperti diketahui, saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan di depan anggota Komisi I DPR, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menjamin keberlanjutan pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri.Pemberdayaan tersebut merupakan salah satu program prioritas Agus dalam melaksanakan pembangunan kekuatan TNI. Penguatan tersebut, lanjutnya, dapat terealisasi jika pem-ba-ngunan kekuatan pertahanan dengan penggunaan produk industri dalam negeri.

“Contohnya pembangunan kapal perang dengan konsep joint cooperation di PT PAL,” ujarnya. Jika ternyata pengadaan alutsista harus dibeli dari luar, ujar Agus, maka perlu diupayakan adanya transfer teknologi. Pengamat militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, pembangunan industri pertahanan berbeda dengan pembangunan industri lain. Pembangunan tersebut memerlukan kesabaran dalam tenggat waktu yang panjang serta kebijakan-kebijakan strategis dari pemerintah.

Yang terutama dibutuhkan adalah alokasi anggaran yang besar. “Komitmen penggunaan alutsista dalam negeri oleh TNI dan Kemhan harus terus dijaga,”katanya. Sementara itu,Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyatakan komitmen melakukan penguatan peran Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) atau Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) dalam pengembangan industri pertahanan nasional dan pemenuhan kebutuhan alutsista TNI harus didukung.

Agar target pengembangan dan penguatan tersebut dapat tercapai, industri pertahanan dalam negeri juga harus melakukan perbaikanperbaikan dengan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan melakukan langkahlangkah efisiensi serta pembenahan manajemen. Upaya pengembangan industri pertahanan dalam negeri, lanjut Mahfudz, juga dilakukan dengan menggandeng industri-industri yang selama ini bekerja sama dengan Indonesia.

“Sebagai contoh, kalau Indonesia meneken kontrak untuk membeli lima kapal selam, maka ada industri yang mereka bersedia untuk pembuatannya di Indonesia, transfer teknologinya di Indonesia, bahkan kemudian akan join dengan industri yang ada di Indonesia dan mereka akan menginjeksikan investasi,”tandasnya.

SINDO

Alutsista Marinir Perlu Dimodernisasi


30 September 2010, Surabaya -- Sejumlah kendaraan tempur milik Korps Marinir melakukan manuver tempur, di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Rabu (29/9). Alat utama sistem senjata (Alutsista) milik Korps Marinir TNI AL, meski sebagian sudah lama tahun pembuatannya, namun masih bisa digunakan dalam kondisi baik untuk mendukung keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/nz/10)

Sejumlah meriam persenjataan artileri milik Korps Marinir melakukan manuver tempur. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/nz/10)

Antara/berita hankam

Wednesday, September 29, 2010

Indonesia Plans to Purchase 5 Submarines


Indonesia's submarines.

September 29, 2010 -- The Indonesian Defence Ministry has plans to purchase five submarines worth $350m-$400m each by the end of 2010 to strengthen maritime security in Indonesian waters.

State shipbuilder PT PAL president director Harsusanto said the ministry might hold a tender on the submarines this year.

Harsusanto said the company was expecting to be awarded the contract to construct the submarines.

PAL is currently working with Demen Schelde Naval Shipyard (DSNS) to build a new guided missile escort ordered by the Defence Ministry.

The Indonesian military (TNI) will require at least Rp57tn ($6.4bn) for weapons procurement in the next five years, according to the Jakarta Post.

Naval Technology

AS Siap Jual C-17 Kepada India

 Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Robert Gates berunding dengan sejawatnya dari India, AK Antony untuk menjual senjata canggih kepada New Delhi.
Menurut laporan IRNA, Gates Selasa (28/9) bertemu dengan AK Antony di Washington membicarakan peningkatan kerjasama strategis kedua negara dan hubungan militer termasuk rencana penjualan senjata senilai milyaran dolar dan pesawat militer C-17.
Media massa AS menyebutkan bahwa transaksi ini senilai 2-5 miliar dolar dan jika kondisi saat ini dapat dipertahankan maka kontrak ini akan ditandatangani Presiden Barack Obama saat mengunjungi India November mendatang.
Gates dan AK Antony dalam pertemuan ini juga membicarakan peningkatan transaksi peralatan militer, latihan perang bersama dan kerjasama kedua negara di bidang militer. Kerjasama militer AS-India sejak bulan Juli mengalami peningkatan yang cukup pesat setelah keduanya membuka peluang penjualan senjata canggih.
(IRIB/IRNA/MF/MZ)

Kemenhan Anggarkan Rp 150 T untuk Alutsista


Anwar Khumaini - detikNews


Jakarta - Kementerian Pertahanan menganggarkan sekitar Rp 150 triliun untuk pengadaan serta pemeliharaan dan perawatan alutsista. Dari jumlah tersebut, Rp 100 triliun diambil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

"Rp 57 triliun itu kekurangannya. Jadi total untuk suatu renstra itu kan untuk pengadaan dan peralatan itu Rp 150 triliun. Jadi di dalam RPJMN 2010 sampai 2014, Kemenhan akan mendapatkan untuk pemeliharaan dan pengadaan itu kira-kira Rp 100 triliun," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kantor Wakil Presiden, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (29/9/2010).

Purnomo menjelaskan, jumlah di atas tersebut di luar belanja pegawai. "Jadi kekurangannya Rp 50 triliun. Rp 57 triliun persisnya," ujarnya.

Tentunya, Menhan berharap ekonomi Indonesia ke depan bisa lebih baik, karena jika ekonomi Indonesia baik, pihaknya akan bisa mendapatkan tambahan Rp 57 triliun tersebut.

Menurut Purnomo, Rp 57 triliun tersebut masih belum bisa terakomodasi. Saat ini pihaknya masih akan terus memperjuangkan. "Belum, sekarang lagi kita perjuangkan," jawabnya.

Purnomo menambahkan, alutsista yang akan dibuat di dalam negeri dari anggaran Rp 157 triliun tersebut meliputi fregat, juga fast patrol boat. Untuk di perairan Indonesia barat, TNI AL tidak mengembangkan kapal ukurang besar, sehingga bisa dibuat di dalam negeri.

"Kita lengkapi dengan rudal, persenjataan modern. Kalau yang untuk Indonesia timur memang besar-besar. Seperti fregat itu kita bangun di Surabaya. Mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mendeklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia juga di PT PAL," imbuh Menhan.

Menhan optimsitis dana Rp 57 triliun itu bisa diperoleh dari sindikasi bank. Karena, menurutnya, untuk pembiayaan pembelian pesawat Sukhoi kemarin saja dibiayai oleh sindikasi bank dalam negeri.

"Anda tahu nggak devisa kita sekarang US$ 78 miliar. Waktu saya Menteri Pertambangan dan Energi, devisa kita di bawah US$ 40-an miliar. Tapi karena kita ada ekspor meningkat, terus naik, sekarang US$ 78 miliar," ujarnya.
(anw/fay)

detik

BERITA POLULER