Pages

Wednesday, September 22, 2010

Roket RX-550 Buatan LAPAN Akan Dipamerkan Di IDAM Expo 2010


0diggsdigg


Kementerian Pertahanan setiap dua tahun sekali menyelenggarakan kegiatan pameran yang bersifat internasional yaitu Indo Defence Expo dan Forum. Untuk Tahun 2010, penyelenggaraan Indo Defence 2010 agak berbeda dengan pelaksanaan dua kali sebelumnya. Kali ini selain melibatkan peralatan darat juga peralatan laut dan udara. Dengan demikian Indo Defence 2010 dapat disebut Indo Defence, Indo Aerospace dan Indo Marine Expo (IDAM) 2010.

Dalam rangka mempersiapkan partisipasi stakeholder terkait riset dan iptek pada kegiatan IDAM 2010, Kementerian Riset dan Teknologi menyelenggarakan rapat koordinasi pada Selasa, 21 September 2010. Rapat yang dipimpin oleh Asisten Deputi Produktivitas Riset Iptek Strategis, Goenawan Wybisana dihadiri perwakilam dari Balitbang Kementerian Pertahanan, LPNK Ristek, perguruan tinggi dan industri strategis bidang hankam.

Menurut Gunawan Wybisena, Kementerian Riset dan Teknologi pada kegiatan IDAM 2010 akan menyerahkan secara simbolis 20 perangkat peralatan komunikasi untuk keperluan tempur yang diproduksi PT. LEN kepada Kementerian Pertahanan. Peralatan yang bernama Manpack Alkom FISCOR-100 tersebut beroperasi pada rentang frekuensi 2 Mhz hingga 30 Mhz dengan 256 channel dengan kebutuhan pasokan tenaga 12 Vdc-24 Vdc. Peralatan ini bisa digunakan untuk komunikasi pada level pleton hingga batalion.

illustrasi

Selain itu, pada IDAM 2010, Kementerian Riset dan Teknologi berencana untuk memamerkan roket RX-550 buatan LAPAN yang memiliki diameter 550 mm dan tinggi 18 meter di pintu gerbang Jakarta Internasional Expo, Kemayoran yang akan menjadi tempat pelaksanaan IDAM 2010 pada tanggal 10-13 November mendatang. Gunawan berharap kehadiran roket RX-550 pada pameran tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri kepada masyarakat.

Kementerian Pertahanan selaku penyelenggara menargetkan kegiatan IDAM 2010 ini akan diikuti peserta dari luar negeri yang berasal dari 38 negara dan dalam negeri sebanyak sebanyak 550 perusahaan, dengan target pengunjung sekitar 20.000 orang.

Sumber: RISTEK

Latihan Tempur Tingkat III Terpadu


BINTAN - KRI Kapiten Pattimura-371 melintas di perairan Tanjung Uban, Bintan, Kepulauan Riau, saat bertolak dari Fasharkan Mentigi untuk bergabung dengan KRI lainnya dalam melakukan latihan tempur tingkat III terpadu pada Selasa (21/9). Latihan tempur tingkat III terpadu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL dalam keterampilan bertempur, latihan akan berlangsung selama tiga hari di perairan Laut Natuna. FOTO ANTARA/Henky Mohari/Koz/mes/10.





English News: Sukhoi fighters pass flight tests at Indonesia base

0diggsdigg

All three Su-27SKM fighters delivered to Indonesia by Russia earlier this month have successfully passed flight tests at an airbase in the South Sulawesi province, a source at the base said on Wednesday.

The planes were delivered to Indonesia as the final part of an August 2007 $300 million deal for six of the Sukhoi fighters. That agreement followed on from the 2003 purchase by Indonesia of four fighter jets from Russia.

Indonesia's Air Force chief of staff Marshal Imam Sufaat said on Friday his country planned to buy six more Sukhoi fighter jets from Russia, the Jakarta Post reported.

"The existing squadron of 10 Sukhois is insufficient for our vast air space," Imam told the Antara news agency.

He said the purchases had already been approved by the country's president, President Susilo Bambang Yudhoyono.

However he added that while the purchases would be on the Defense Ministry's long-term agenda, he was not sure when the deal would go ahead.

From: RIA

Tuesday, September 21, 2010

DPR RI Menyetujui RUU Pengesahan dan Persetujuan Kerjasama Teknik Militer RI – Rusia


0diggsdigg


Jakarta, DMC – Seluruh anggota Fraksi yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akhirnya menyetujui penyampaian RUU di bidang Pertahanan dari pemerintah Tentang Pengesahan dan persetujuan antara Pemerintah RI dengan Federasi Rusia mengenai kerjasama bidang Teknik Militer.

Persetujuan ini dibacakan oleh Wakil DPR RI, Pramono Anum selaku perwakilan pimpinan DPR didalam forum Sidang Rapat Paripurna DPR RI yang baru memasuki masa Sidang I, Selasa, (21/9), di Gedung DPR RI, Jakarta.

Pada kesempatan Sidang Rapat Paripurna tersebut, Ketua Komisi I DPR RI, Drs. Mahfud Sidiq menyampaikan tiga hal yang terkait dengan pembahasan RUU tersebut. Pertama, bahwa pada dasarnya Komisi I DPR memahami langkah-langkah yang dilakukan pemerintah terkait kerjasama teknik militer dengan pemerintah Federasi Rusia. Hal ini dikhususkan dalam rangka memenuhi kebutuhan alat system utama persenjataan (Alutsista) bagi TNI.

Kedua, Komisi I DPR RI menilai kerjasama ini merupakan kerjasama tingkat teknik militer dan dengan demikian kerjasama ini dapat dilanjutkan oleh pemerintah melalui Ratifikasi dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres).

Ketiga mengatakan Komisi I DPR RI memandang perlu untuk dibentuk panitia kerja bersama pemerintah untuk mengkaji dan merumuskan klasifikasi kerjasama bilateral di bidang pertahanan.

Sementara itu Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro dalam Rapat Paripurna saat menyampaikan pendapat akhir Presiden RI, mengatakan perlu dilanjutkan ratifikasi atas persetujuan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia terkait kerjasama teknik militer tersebut dalam bentuk Perpres.

Diungkapkan juga oleh Menhan, persetujuan kerjasama teknik militer dengan pemerintah Ferderasi Rusia ini merupakan pencapaian penting dalam rangka peningkatan hubungan kerjasama interdependensi antar Negara khususnya kerjasama teknik militer.

Disamping itu diharapkan pada saat diimplementasikannya persetujuan ini dapat meningkatkan pengetahuan kekuatan dan kemampuan militer Indonesia dan membantu merevitalisasi industri strategis pertahanan nasional.

Penyampaian RUU kerjasama Teknik Militer RI – Rusia ini pada awalnya diajukan oleh pemerintah melalui surat Presiden pada tanggal 2 Juni 2010 kepada DPR RI. Dalam hal ini presiden telah menugaskan Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan dan Menteri Hukum dan HAM untuk membahas RUU bersama anggota Komisi I DPR RI.

Didalam proses pembahasan RUU kerjasama Teknik Militer antara pemerintah RI dan Pemerintah Federasi Rusia pihak Komisi I DPR telah melaksanakan beberapa tahap pembahasan didalam forum rapat dengar pendapat baik dengan pihak pemerintah dalam hal ini Kemhan, Kemlu dan Kemkumham maupun dengan para pakar dan akademisi.

didalam forum rapat terdapat masukan-masukan yang berarti, diantaranya adalah dengan adanya kerjasama bilateral tersebut pihak RI dimungkinkan untuk melakukan difersivikasi sumber pengadaan Alutsista bagi penyelenggaraan pertahanan negara.

Pada dasarnya MOU kerjasama Teknik Militer antara Pemerintah RI dan Pemerintah Federasi Rusia ini telah disetujui oleh Sidang Paripurna DPR maka tahap selanjutnya akan di sampaikan kepada presiden untuk dibuat suat Perpres sebagai bentuk payung hukum.

Sumber: DMC

Nasionalisme Pantang Menyerah di PT DI


0diggsdigg
helikopter NAS-332 Super Puma

Sungguh satu pemandangan yang menggugah. Di fasilitas produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung, berpuluh-puluh teknisi muda dengan tekun mengerjakan pesanan pabrik pesawat Airbus, juga pabrik helikopter Eurocopter. Sebagian membuat pinggiran sayap pesawat Airbus 320 dan variannya (A-321 dan A-319), juga bagian sayap superjumbo A-380. Lainnya merampungkan badan pesawat C-212-400 pesanan Thailand serta pesawat CN-235-220 Korea Selatan.

Sementara itu, di bagian produksi helikopter, ada juga pengerjaan untuk merampungkan pesanan Kementerian Pertahanan RI, yakni sebuah heli NAS-332 Super Puma, dan di bagian lain ada pengerjaan untuk pembuatan bagian heli Cougar, lanjutan Super Puma dengan badan lebih panjang dan mesin lebih kuat, yang kini dibuat oleh perusahaan Eurocopter sebagai EC-725.

Para pekerja yang ambil bagian dalam pekerjaan tersebut, menurut Direktur Utama PT DI Budi Santoso, adalah lulusan STM yang mendapat latihan satu-enam bulan, kemudian mereka bisa ambil bagian dalam rantai produksi berskala global. Global karena, selain untuk perusahaan Eropa yang disebut di atas, PT DI juga terus menjalin kemitraan dengan pembuat heli Amerika manakala ada order untuk Bell 412.

Dengan segala kendala yang masih terus dihadapinya, PT DI dan para karyawannya masih menyisakan semangat nasionalisme.

Dewasa ini, PT DI berjuang untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya setelah dilanda krisis habis-habisan menyusul krisis ekonomi tahun 1998.

Dengan jejak bernilai yang mewujud pada separuh desain pesawat CN-235, yang kini masih terus diproduksi, dan dibeli oleh angkatan udara sejumlah negara, mulai dari Malaysia, Korea, hingga Turki, bahkan juga oleh pengawal pantai AS, PT DI secara historis telah menorehkan satu riwayat penting. Itu karena melalui CN-235 telah tercipta satu merek yang mendunia.

Ini tentu kontras dengan dunia otomotif, yang seumur-umur tak berhasil keluar dari kungkungan merek asing tanpa sedikit pun upaya untuk mengambil sedikit bagian. Dunia otomotif nyaman-nyaman saja meski setiap tahun menyedot devisa triliunan rupiah. Hal yang sama kini berlangsung pula untuk produk gadget teknologi informasi-komunikasi.

Penyempurnaan Industri

Diakui, ada praktik yang tidak efisien dalam pengembangan industri strategis/pertahanan di masa lalu. Mengutip kembali catatan mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dalam satu ceramah di LIPI, kemampuan penguasaan teknologi berhasil dilakukan oleh bangsa Indonesia, tetapi hal itu tak disertai dengan penguasaan ilmu manajemen/pemasaran.

Di masa lalu, belanja amat besar, tetapi pemasukan sangat kecil. Kini, melalui program revitalisasi industri pertahanan, kelemahan masa lalu ingin ditutup. Di era kompetisi global, kalau industri pertahanan ingin survive dan berjaya, ia harus dipandang dan diperlakukan secara berbeda: bukan lagi sebagai BUMN yang gemuk untuk dinikmati, melainkan wahana untuk kemajuan dan kejayaan.

Susunan KKIP, yang diketuai oleh Menteri Pertahanan dan wakil ketuanya adalah Menteri BUMN, dengan anggotanya adalah Menteri Perindustrian, Menteri Riset dan Teknologi, Panglima TNI, serta Kepala Polri, dan sekretarisnya adalah Wakil Menteri Pertahanan, menyiratkan bahwa industri pertahanan Indonesia ingin berbenah diri setelah kebijakan baru dirumuskan, pelaksanaan dikoordinasikan, dan riset dimajukan.

Adanya eksekutif muda yang memperlihatkan komitmen besar, seperti Budi Santoso dan Adik A Soedarsono (Direktur Utama PT Pindad), diharapkan mampu mendinamisasi langkah PT DI, PT Pindad, dan industri BUMNIP lain, seperti PT PAL.

Ke depan, PT DI berharap tidak saja bisa melayani order pabrikan Eropa atau Amerika, tetapi juga bisa membuat pesawat desainnya sendiri, seperti N-219, yang dalam kunjungan Sekretaris KKIP ke PT DI, Senin (20/9), sempat disinggung.

Jika MOU dengan Korea untuk program KF-X juga dapat diwujudkan, Indonesia— yang dengan proyek ini harus mengeluarkan dana 20 persen dari biaya pengembangan sebesar 4,1 miliar dollar AS dalam satu dekade ke depan, tetapi akan mendapat sekitar 50 pesawat (Defence News, 15/7)—melalui PT DI akan belajar banyak.

Namun, sebelum itu, semangat belajar itu kini ingin diwujudkan dengan aktivitas bongkar kaji inventori TNI yang sudah uzur. Seperti disampaikan Budi Santoso kepada Sekretaris KKIP, pihaknya berharap TNI bisa merelakan pesawat yang sudah tidak digunakan, seperti OV-10 Bronco, untuk dijadikan ”obyek studi” bagi pengembangan pesawat PT DI ke depan.

Budi juga berharap hal itu bisa diberikan kepada PT Pindad yang dengan cara sama bisa mendalami rudal antipesawat dengan membedah sistem Rapier (yang dulu dibuat oleh British Aerospace) dan kemarin dioperasikan oleh TNI AD.

Dalam kaitan ini pula orang teringat kepada para insinyur hasil didikan PT DI yang kini justru dimanfaatkan industri kedirgantaraan asing. Meski disadari, untuk memanggil pulang mereka, dibutuhkan ”pemanis”—dan tentu juga pekerjaan—yang meyakinkan.

Kini, dengan sekitar 4.000 karyawan (dari hampir 16.000 orang pada masa jaya tahun 1990-an), PT DI memang sedang dalam periode yang mendebarkan. Tanpa didukung permodalan dan order mencukupi, bahkan karyawan yang 4.000 orang tadi bisa terancam ”disambar” oleh industri asing.

Dari satu sisi, posisi PT DI memang kurang meyakinkan. Namun, bahkan dalam posisi yang lemah itu pun memancar ketegaran yang mengagumkan. Boleh jadi, itu pula yang membuat pemudi Reydina Nurdinah, lulusan fakultas ekonomi tahun 2008—seperti dikutip oleh majalah Jurnal Dirgantara (Februari-Maret 2010)—berani bergabung dengan PT DI untuk memenuhi panggilan sejarah yang sejatinya diamanatkan kepada bangsa Indonesia.

Sumber: KOMPAS

Indonesia - Australia Tingkatkan Kerjasama Pendidikan Militer


0diggsdigg

Jakarta, DMC - Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP., M.A., mengungkapkan perlunya Indonesia terus meningkatkan hubungan militer dalam bidang pendidikan dengan Pemerintah Australia. Demikian disampaikannya saat menerima kunjungan perwakilan delegasi perwira siswa Sekolah Komando dan Staf Australia (Australian Command and Staff College/ACSC), yang dipimpin oleh Laksamana Muda James Goldrick, AM, CSC, Senin (20/9), di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Senada dengan yang disampaikan Sekjen Kemhan, Laksda James Goldrick mengungkapkan bahwa kerjasama pendidikan militer antar kedua negara saat ini telah berlangsung baik. Namun demikian peningkatan pendidikan secara kualitas dan kuantitas harus terus ditingkatkan dan dikembangkan, mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pertahanan terus berkembang. Ditambahkannya pula, hubungan militer kedua negara sangat menarik untuk dipelajari oleh para Perwira Siswa Sesko Australia, mengingat Indonesia merupakan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Australia, begitu pula sebaliknya.

Pada kesempatan tersebut, Laksda James Goldrick juga menjelaskan bahwa ASCS merupakan sekolah lanjutan yang bertujuan untuk menyiapkan para perwira terpilih, untuk dididik secara komando dan staf baik ketika melaksanakan tugasnyaa di masing-masing angkatan, maupun ketika harus berintegrasi dengan angkatan lain.

Visi yang diharapkan dari pendidikan ini adalah peningkatan kemampuan bertempur dan membentuk pimpinan yang berkualitas. ACSC sendiri terbagi menjadi tiga kursus yaitu Kursus Komando dan Staf Gabungan Australia, Kursus Pengenalan Angkatan Laut Australia dan Kursus Komando dan Staf Perbekalan Angkatan Darat.

Rombongan delegasi Perwira Siswa Sesko gabungan tentara Australia, yang keseluruhan berjumlah 36 orang ini, selanjutnya menerima paparan dari Direktur Kerjasama Internasional Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (Dirkersin Ditjen Strahan), Brigjen TNI (Mar) Ir. Syaiful Anwar, M.Bus, M.A, mengenai profil Kemhan.

Saat melakukan dialog dengan para Perwira Siswa ACSC, Dirkersin menjelaskan bahwa saat ini hal terpenting yang menjadi prioritas Kemhan adalah mengenai anggaran Kemhan yang sangat signifikan. Selain itu masalah perbatasan wilayah dengan negara tetangga juga menjadi perhatian Kemhan saat ini, seperti dengan telah ditandatanganinya Lombok Treaty dengan pemerintah Australia.

Dirkersin menyatakan bahwa Kemhan saat ini juga tengah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit khususnya prajurit yang bertugas di daerah perbatasan. Industri pertahanan juga menjadi fokus perhatian Kemhan dengan melakukan produksi gabungan atau joint production dengan negara-negara lain seperti joint production dengan Korea Selatan dalam pembuatan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD).

Sumber: DMC

Russia completes domestic UAV tests

Russia completes domestic UAV tests
14:38 20/09/2010
© RIA Novosti. Alexei Danichev
Russian domestically built unmanned aerial vehicles have completed a series of tests, a Defense Ministry spokesman said on Monday.
The tests were carried out in Nizhny Novgorod Region in central Russia and were observed by a special military commission led by Col. Gen. Alexander Postnikov, chief commander of the Ground Forces.
Domestic UAV manufacturers were found to have made "significant progress" in improving their models, many of which can now enter service.
Russian Deputy Defense Minister Vladimir Popovkin said in April that Russia had spent about 5 billion rubles ($172 million) on the development of indigenous drones, which eventually failed tests.
Russian Air Force head Col. Gen. Alexander Zelin said in November 2009 that Russian UAVs do not satisfy the requirements for speed, altitude and other specifications.
Defense Minister Anatoly Serdyukov said Russia plans to team up with foreign firms, in particular Israel and France, to jointly manufacture UAVs on its soil.
On September 10 the Defense Ministry said some 50 Russian military servicemen were undergoing training in the use of Israeli-built UAVs and that a total of twelve had been bought.
Russia has reportedly signed two UAV contracts with Israel. Under the first contract, signed in April 2009, Israel delivered two Bird Eye 400 systems (worth $4 million), eight I View MK150 tactical UAVs ($37 million) and two Searcher Mk II multi-mission UAVs ($12 million).
The second contract was for the purchase of 36 UAVs, worth a total of $100 million, to be delivered later this year.
Russia and Israel are currently negotiating the establishment of a joint $300-million venture to produce UAVs.

MOSCOW, September 20 (RIA Novosti)

RIA NOVOSTI

BERITA POLULER