Pages

Wednesday, September 15, 2010

Dua Sukhoi Terbaru Jalani Uji Mesin




MAKASSAR - Dua unit pesawat jet tempur baru Sukhoi milik TNI Angkatan Udara kini tengah menjalani tes mesin setelah dirakit selama beberapa hari.

Salah satu pejabat perusahaan rekanan Rosoboronexport di Indonesia ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis (16/9) mengatakan, kedua pesawat sebelumnya dirakit di skuadron teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.

"Selanjutnya, kedua pesawat akan menjalani tes mesin, untuk memastikan semua fungsi mesin berjalan baik," katanya, yang enggan disebutkan namanya.

Setelah menjalani uji mesin, selama beberapa kali, kedua pesawat akan menjalani uji terbang, lanjut dia.

Dua pesawat Sukhoi SU-27SKM yang menjalani tes mesin itu tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin pada Jumat (10/9). Setelah bagian demi bagian pesawat diturunkan dari perut pesawat angkut Antonov yang membawanya dari Rusia, langsung dibawa ke hanggar teknik untuk dirakit.

"Semua proses berjalan baik, sesuai jadwal meski ada insiden tewasnya tiga pengawas perakitan," ujarnya menambahkan. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.

Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.

Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.

Setelah dua unit SU-27SKM tiba pada pekan lalu, sedangkan satu unit SU-27SKM dijadwalkan tiba Kamis (16/9) malam ini.

Sumber : ANTARA

Su-27 Mampu Menembakan Rudal ke Samping



15 September 2010 -- Lupakan dulu soal meninggalnya tiga teknisi Sukhoi. Mari kita lihat barang yang mereka kerjakan dan bagaimana kehebatannya serta kegunaannya bagi pertahanan udara RI. Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat seharga 35 juta dolar atau setara 350 miliar ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya (combat proven). Ini beda dengan F-16 yang sudah terbukti di berbagai palagan.

Pesawat tempur Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) awalnya diproduksi pada era Uni Soviet, di mana rancang-bangun aslinya dibuat oleh Biro Disain Sukhoi.

Pesawat ini dikembangkan sebagai saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat saat itu, yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet.

Spesifikasi awal yang diinginkan militer Uni Soviet saat itu adalah pesawat tempur multi-peran yang memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Semuanya dibuat melebihi kemampuan pesawat tempur yang dibuat pihak barat.

Pesawat ini awalnya sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich (MiG), karena bentuknya yang agak mirip, namun berbeda bobot.

Su-27 dirancang sebagai interseptor yang memiliki superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.

Sejarah

Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15).

Untuk menghadapi ancaman ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir”) yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.

Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir berat”) dan the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir ringan”).

Hasil akhirnya tercipta Su-27 untuk pesawat tempur taktis mutakhir berat, dan MiG-29 untuk pesawat tempur taktis mutakhir ringan.

Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, yang memulai program “Lightweight Fighter” yang nantinya akan menghasilkan F-16.

Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978.

Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981.

Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981. Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi.

Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.

Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi.

Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]

Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.

Sukhoi yang dioperasikan TNI AU merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan Angkatan Udara Rusia belum mengoperasikan jenis ini.

Sukhoi yang dikenal dengan panggilan Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F.

Kemampuan lain yang lebih adalah kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini.

Menengok persenjataan yang mampu dibawa sangat mengagumkan, tengok misalnya rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM milik AS yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat.

Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 km atau rudal antikapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 km, bandingkan dengan Maverick yang hanya mencapai 15 km. Dengan bahan bakar yang mampu dibawa seberat 6.000 kg pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 km dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam.

Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.

Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.

Karakteristik umum

Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing
Performa
Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²′)
Dorongan/berat: 1,085

Persenjataan

1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
AA-11 Archer / R-73
AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
Air bombs
KAB-500Kr
KAB-1500Kr
KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
KAB-500R
KAB-500KRU
ODAB-500
OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
AS-11 Kilter / Kh-58E
ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS

Surya/Berita Hankam

Menhan Pastikan Indonesia akan Bangun Full Skuadron Sukhoi


(Foto: the jakarta post)

15 September 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun Full Skuadron Sukhoi dan F-16, di samping membangun skuadron light fighter guna mengimbangi salah satu Hawk 109.

''Kita akan membangun satu skuadron sifatnya counter overtent, mengganti OVB10, yang akan digunakan untuk melakukan operasi perbatasan yang mempunyai kemampuan terbang rendah sehingga dapat mengawasan perbatasan lebih efektif,'' kata Purnomo kepada wartawan di Kemhan, Rabu (15/9).

Kemudian Indonesia juga akan membangun skuadron light fighter yang dulu punya Hawk 109. ''Masih efektif kita retrofit di samping akan ditambahkan lagi. Biasanya kita pakai patroli di Pekan Baru dan Singkawang,'' jelas Purnomo.

Selain itu 3 skuadron skyhawk sudah ada. Harapannya, kata Purnomo, bisa tambahkan untuk straghting process. ''Sehingga full skuadron,” tegasnya.

Menanggapi rencana operasi Pesawat Tempur Sukhoi yang akan dipakai HUT TNI pada 5 Oktober 2010 mendatang, Purnomo memastikan kasus kematian tiga teknisi Sukhoi tidak akan mengganggu rencana tersebut. ''Sudah dipastikan dengan Kasau bahwa kasus kematian teknisi tersebut tidak akan mengganggu operasional Sukhoi. Apalagi nanti digunakan pada HUT TNI,” katanya.

Selain itu, timbang terima tiga pesawat tempur Sukhoi dari Rusia ke Indonesia tetap dilaksanakan pada 27 September mendatang di Makassar. “Saya akan ke Makassar menjadi saksi untuk timbang terima Sukhoi dari pihak Rusia ke Indonesia,” jelasnya.

Republika

AS dan Korsel Peringati ke-60 Pendaratan di Incheon


15 September 2010 -- Marinir Amerika Serikat dan Korea Selatan menggunakan kapal pendarat melakukan pendaratan pantai dilindungi tabir asap, latar belakang kapal amphibi 14.000 ton AL Korsel Dokdo saat peringatan operasi pendaratan Incheon ke-60, Rabu (15/9). Pasukan PBB dibawah pimpinan Jenderal AS Douglas MacArthur mendarat di pantai dekat kota Incheon September 1950, beberapa bulan setelah Korea Utara menginvansi Korsel. (Foto: AP)

Helikopter AL Korsel dilibatkan dalam peringatan ini. (Foto: AP)

Kendaraan amphibi AL Korsel dan kapal amphibi Dokdo dilibatkan dalam peringatan ke-60 pendaratan pasukan PBB di Incheon. (Foto: AP)

(Foto: Reuters)


Marinir AS berpartisipasi dalam peringatan ini. (Foto: Reuters)

Berita HanKam

Sukhoi Kirim 3 Teknisi Lagi

Teknisi jet tempur Sukhoi SU-27 SKM asal Rusia, Andre Spalov memegang botol infus ketika memasuki ruang laboratorium RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulsel, Rabu (15/9). Dua teknisi tersebut yaitu Andre Zaykay dan Andre Spalov mendapat perawatan intensif di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, setelah tiga rekan mereka meninggal dunia yang penyebabnya hingga kini belum jelas. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz)

15 September 2010 -- Pabrik pesawat Rusia Sukhoi akan mengirimkan teknisi tambahan ke Makassar guna menggantikan tiga orang warranty team yang tewas karena mengkonsumsi metanol.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama Agus Supriatna mengatakan para teknisi dijadwalkan tiba Kamis (16/9).

“Mereka akan dating bersama unit Sukhoi,” ungkap beliau.

Warranty team akan tinggal di Makassar selama setahun untuk memastikan jet tempur Sukhoi Su-27 siap dioperasikan.

the Jakarta Post/Berita HanKam

Rusia Akan Mulai Membuat Pembom Baru



Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin (ke-3 dari kiri), ditemani Menteri Pertahanan Anatoly Serdyukov (kanan) dan Wakil PM Sergei Ivanov (ke-2 dari kanan), meninjau Sukhoi Design Bureau di Moskow, Senin, 1 Maret 2010. (Foto: AP)

15 September 2010 -- Pabrik pesawat Kazan akan mulai membangun pembom strategis baru, ungkap Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Selasa (14/9).

Kazan akan melanjutkan juga upgrade pembom jarak jauh Tu-160 dan Tu-22 dan kemudian akan memulai merakit pembom strategis baru,” ujar Putin.

“Kami merencanakan menyelesaikan modernisasi ini 2015,” ucap Maj. Gen. Anatoly Zhikharev akhir tahun lalu.

Beliau tidak memberikan informasi mengenai spesifikasi pembom baru tersebut atau secara pasti waktu produksi akan dimulai.

Pembom baru akan menggantikan pembom strategis Tu-95MS Bear dan Tu-160 Blackjack, serta pembom jarak jauh Tu-22M3 yang saat ini dioperasikan AB Rusia.

Menurut berbagai sumber, Rusia mengoperasikan 40 Tu-95MS, 141 Tu-22M3 dan 16 Tu-160.

Pembom baru akan menggunakan teknologi siluman dan diharapkan bertugas di AB Rusia 2025-2030.

RIA Novosti
/Berita HanKam

Armoured Tanks Ready for Action



TDM has 48 PT-91M main battle tanks (photo : Militaryphotos)

GEMAS: The army's pride -- the PT-91M Pendekar main battle tanks (MBT) -- are now fully operational.

Army chief Gen Datuk Zulkifeli Zin said the Pendekars (Malay for warriors) have full battle capability with the fleet of 48 complemented by 14 support vehicles, six WZT-4 armoured recovery vehicles, five PMC Leguan armoured vehicle-launched bridges, three MID-M armoured engineering tanks and an array of supplementary vehicles.

TDM has 5 PMC Leguan AVLB (photo : Asean Security Observer)

"The MBT regiment's readiness embodies the 'man, machine and method' development strategy the army professes."

He said this at the MBTs operational readiness declaration ceremony at the Syed Sirajuddin Camp in Negri Sembilan on Sept 1.

The MBTs are part of the 11th Regiment Royal Armoured Corps' (RAC) which celebrated its 58th anniversary on that day.

TDM has WZT-4 ARV (photo : Asean Security Observer)
The delivery of the 48 Pendekars began in 2008.

This was followed by the other supplementary vehicles, reportedly under a US$380 million (RM1.18 billion) package from Poland.

The Pendekars each have a crew of three, weigh 45,310kg and can reach a speed of 70km per hour.
TDM has 3 MID-M armoured engineering tanks and an array of suplementary vehicles (photo : pibwl)

Calling the Pendekar acquisition as very pricey, Zulkifeli justified their need as history had proven that armoured vehicles played a significant role during battle.

"For instance, during World War II the German military used its Panzers to combat and capture Allied Forces.

"The speed and mobility of the Panzers were very suitable with their Blitzkrieg lightning offensive tactics," he added.

BERITA POLULER