Michael Mullen, Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Jum'at hari ini (03/9) melakukan kunjungan ke Turki. Lawatan ini diberitakan oleh CNN Turki dan menyebutkan bahwa Michael Mullen dalam lawatan tersebut melakukan pertemuan dengan para pejabat Turki guna melakukan perundingan. Kedua pihak akan membicarakan soal pemindahan pasukan dan persenjataan militer Amerika dari Irak melewati teritorial Turki. Sementara itu, baru-baru ini pemerintah Turki menyatakan bahwa perundingan soal pemindahan pasukan Amerika dan perlengkapan militer mereka dari Irak melewati Turki terus berlanjut.
Kunjungan Mullen ini dilakukan saat hubungan Ankara-Washington mengalami ketegangan. Semuanya bermula ketika Dewan Keamanan PBB menggelar voting terkait sanksi terhadap Iran. Dalam voting itu Turki menyatakan menolak diberlakukannya sanksi terhadap Iran. Amerika kontan menyatakan akan meninjau kembali hubungannya dengan Turki.
Sekaitan dengan hal ini, surat kabar Israel Yediot Ahoronoth menulis, para senator dari kubu Republik mengritik hubungan Amerika dengan Turki pasca dukungan negara itu terhadap program nuklir sipil Iran. Ketidaksukaan ini semakin memuncak pasca munculnya friksi yang lebar antara Turki dan Israel akibat serangan brutal militer Zionis Israel terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Akhir bulan lalu, surat kabar Financial Times menulis, Barack Obama telah mengeluarkan peringatan kepada Turki agar sedikit mengendorkan sikapnya terhadap Israel. Bila hal itu tidak dilakukan, Washington akan mengakhiri kerjasama militer dengan negara ini.
Sesuai dengan berita yang dilansir Kantor Berita Turki Anatoli menyebutkan, sebuah delegasi Turki yang dipimpin oleh Deputi Menteri Luar Negeri Turki baru-baru ini melawat AS. Dalam kunjungan itu delegasi Turki berusaha meyakinkan Washington bahwa ketegangan yang terjadi dengan Israel tidak akan mempengaruhi hubungan persahabatan Turki-AS. Koran Zaman juga menyebut lawatan itu untuk menepis kesalahpahaman yang muncul dalam hubungan dengan Zionis Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Namun demikian, televisi Perancis secara transparan menyatakan, Amerika tidak akan membiarkan Turki tersiksa. Karena bagaimanapun juga Turki memiliki peran penting di Timur Tengah. Tapi tampaknya Amerika sendiri membutuhkan Turki di Irak, termasuk soal penarikan mundur pasukannya dari negeri itu yang harus melewati Turki. Masalah ini tentu saja menjadi kendala tersendiri bagi AS dan Washington harus serius memikirkan peninjauan kembali hubungannya dengan Turki. (IRIB/SL/MF)
IRIB
Friday, September 3, 2010
CIA: Jika Israel-Iran Perang, Kepentingan AS Terancam!
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Michael Mullen menyatakan bahwa masalah utama yang dihadapi AS saat ini bukan Iran, tapi lonjakan utang negara dan carut-marut ekonomi dalam negeri. Situs Antiwar melaporkan, Mullen dalam statemennya yang disampaikan di Detroit menyebut ancaman terbesar bagi keamanan nasional AS adalah utang. Ditegaskannya, kebutuhan militer berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi.
Mereaksi statemen Presiden AS, Barack Obama yang mengklaim pajak sebesar 600 milyar dolar akan menutupi utang tahun 2012, Mullen mengatakan, dana ini hanya cukup untuk menutupi anggaran setahun Pentagon.
Selama perang tujuh tahun di Irak, Washington telah mengucurkan dana lebih dari satu triliun dolar. Baru-baru ini koran Financial Times dalam laporannya menulis, warga AS mengkhawatirkan terulangnya kembali krisis ekonomi, dan mereka lebih memilih mendepositokan uangnya di bank dari pada untuk konsumsi. Federal Reserve memprediksi memburuknya kondisi ekonomi di Negeri Paman Sam itu.
Di saat Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS menegaskan Iran bukan ancaman utama negara ini, situs rezim Zionis Israel, Debkafile menulis, Obama tahu kekuatan militer Iran tidak bisa dianggap remeh dan kini tidak ada cara lain untuk menghalangi kemajuan program nuklir sipil Tehran.
Bross Riddle, orang terdekat Obama di Badan Intelejen AS (CIA) mengakui bahwa opsi menyerang Iran berarti bencana bagi AS. Karena kepentingan AS secara langsung akan terancam, jika Israel dan Iran berperang.(IRIB/PH/SL)
IRIB
Mereaksi statemen Presiden AS, Barack Obama yang mengklaim pajak sebesar 600 milyar dolar akan menutupi utang tahun 2012, Mullen mengatakan, dana ini hanya cukup untuk menutupi anggaran setahun Pentagon.
Selama perang tujuh tahun di Irak, Washington telah mengucurkan dana lebih dari satu triliun dolar. Baru-baru ini koran Financial Times dalam laporannya menulis, warga AS mengkhawatirkan terulangnya kembali krisis ekonomi, dan mereka lebih memilih mendepositokan uangnya di bank dari pada untuk konsumsi. Federal Reserve memprediksi memburuknya kondisi ekonomi di Negeri Paman Sam itu.
Di saat Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS menegaskan Iran bukan ancaman utama negara ini, situs rezim Zionis Israel, Debkafile menulis, Obama tahu kekuatan militer Iran tidak bisa dianggap remeh dan kini tidak ada cara lain untuk menghalangi kemajuan program nuklir sipil Tehran.
Bross Riddle, orang terdekat Obama di Badan Intelejen AS (CIA) mengakui bahwa opsi menyerang Iran berarti bencana bagi AS. Karena kepentingan AS secara langsung akan terancam, jika Israel dan Iran berperang.(IRIB/PH/SL)
IRIB
Perundingan Washington dalam Pandangan Ahmadinejad dan Obama
Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad pada Jumat mengatakan rakyat Timur Tengah "mampu menyingkirkan rezim Zionis dari forum internasional".
"Jika para pemimpin di kawasan itu tak memiliki keberanian, rakyat kawasan itu mampu menyingkirkan rezim itu dari forum dunia," kata Ahmadinejad dalam pidatonya pada Hari Solidaritas Palestina di Teheran sementara massa berteriak "Bunuh Amerika !Bunuh Israel!."
Ahmadinejad mengatakan perundingan perdamaian langsung yang dilakukan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung Barat dengan Israel diselenggarakan di Washington Kamis setelah 20 bulan macet terancam gagal.
"Apa yang mereka ingin rundingkan?" kata Presiden Iran itu tentang pemimpin Palestina dikutip oleh AFP.
"Siapa yag memberikan hak kepada mereka untuk menjual tanah-tanah Palestina? Rakyat Palestina dan rakyat kawasan itu tidak akan mengizinkan mereka menjual walaupun seinci tanah Palestina kepada musuh itu."
"Perundingan-perundingan itu gagal dan menemui ajal."
Iran menentang keras perundingan perdamaian baru itu dan memberikan dukungan kuat pada gerakan Hamas yang menguasai Gaza dan melancarkan dua serangan terhadap para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki menjelang dimulainya perundingan itu, menewaskan empat orang dan mencederai dua lainnya. (Antara) Sementara itu, di Washington Barack Obama, Presiden Amerika menyatakan bahwa target perundingan damai kali ini adalah terbentuknya dua negara, yakni Palestina dan Israel. Menurut dia, selama beberapa tahun terakhir pemerintah Palestina dan Israel sebenarnya sudah membangun langkah penting untuk membentuk kepercayaan.
"Meski terbentur banyak halangan, kami, pemerintah AS beserta juru runding lain, tidak pernah putus asa akan negosiasi damai antara Palestina dan Israel," kata Obama saat berpidato kemarin. Selain itu, presiden berkulit hitam pertama AS tersebut mengucapkan terima kasih kepada para juru runding. Termasuk, Menlu AS Hillary Clinton dan George Mitchell, utusan khusus Obama untuk perdamaian Timur Tengah.
"Tujuan negosiasi itu amat jelas. Yaitu, perundingan langsung antara Palestina dan Israel. Pertemuan tersebut bermaksud menentukan status final isu-isu yang menjadi halangan dalam perundingan," lanjut Obama.
Target lain dalam negosiasi itu, tutur dia, adalah jaminan keamanan warga Palestina dan Israel. Dia juga menyebutkan pentingnya pendudukan Israel yang dimulai pada 1967 serta memastikan terbentuknya negara Palestina yang merdeka, demokratis, dan aman. Obama berharap negara Palestina tersebut nanti bisa berdampingan dengan Israel.
Selain itu, dia memuji Abbas dan Netanyahu sebagai tokoh yang menghendaki perdamaian. Di mata dia, dua pemimpin tersebut berkomitmen menyelesaikan perjanjian perdamaian dalam setahun. "Amerika Serikat akan terus mendukung penuh usaha itu. AS bakal menjadi partisipan yang aktif dan terus menyokong upaya negosiasi damai tersebut," jelasnya.
Obama pun mengimbau para pemimpin Timur Tengah tidak menyia-nyiakan peluang perdamaian itu. "Kesempatan tersebut mungkin tidak segera muncul lagi," ujar Obama seraya menjanjikan dukungan AS untuk perundingan baru. Namun, dia juga mengingatkan mereka akan adanya ekstremis dan rejectionist (yang menolak damai). "Mereka tidak mengupayakan perdamaian, melainkan mencari kehancuran," paparnya.
Menjelang makan malam dengan para pemimpin negara Arab pada Rabu waktu Washington (1/9), Netanyahu menggambarkan Abbas sebagai mitra dalam perdamaian. Karena itu, dia tidak akan membiarkan serangan terbaru menghalangi jalur menuju perdamaian.
Sementara itu, Abbas mengutuk serangan terhadap warga Israel dan meminta pertumpahan darah diakhiri. Dia juga menyerukan pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Selain itu, terang dia, kini tiba waktunya mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang mulai berlangsung pada 1967.
"Kami berbicara secara terbuka, produktif, dan serius seputar pengaturan keamanan," ucap Netanyahu kepada pers setelah pidato Obama. Dua pemimpin negara Arab itu juga mengutuk serangan yang menewaskan empat warga Israel di Tepi Barat Rabu lalu.
Sebelum perundingan dimulai, Obama berbincang dengan empat pemimpin negara tersebut. Dia mengklaim perundingan langsung antara Palestina dan Israel bisa mengakhiri pendudukan Israel sejak 1967.
Dalam perang enam hari pada 1967, Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Timur Al Quds (Yerusalem), Dataran Tinggi Golan di Syria, Semenanjung Sinai di Mesir, dan Jalur Gaza.
"Tujuan perundingan jelas. Negosiasi bertujuan menyelesaikan semua masalah," tegas Obama. (Jawapos)
IRIB
"Jika para pemimpin di kawasan itu tak memiliki keberanian, rakyat kawasan itu mampu menyingkirkan rezim itu dari forum dunia," kata Ahmadinejad dalam pidatonya pada Hari Solidaritas Palestina di Teheran sementara massa berteriak "Bunuh Amerika !Bunuh Israel!."
Ahmadinejad mengatakan perundingan perdamaian langsung yang dilakukan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung Barat dengan Israel diselenggarakan di Washington Kamis setelah 20 bulan macet terancam gagal.
"Apa yang mereka ingin rundingkan?" kata Presiden Iran itu tentang pemimpin Palestina dikutip oleh AFP.
"Siapa yag memberikan hak kepada mereka untuk menjual tanah-tanah Palestina? Rakyat Palestina dan rakyat kawasan itu tidak akan mengizinkan mereka menjual walaupun seinci tanah Palestina kepada musuh itu."
"Perundingan-perundingan itu gagal dan menemui ajal."
Iran menentang keras perundingan perdamaian baru itu dan memberikan dukungan kuat pada gerakan Hamas yang menguasai Gaza dan melancarkan dua serangan terhadap para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki menjelang dimulainya perundingan itu, menewaskan empat orang dan mencederai dua lainnya. (Antara) Sementara itu, di Washington Barack Obama, Presiden Amerika menyatakan bahwa target perundingan damai kali ini adalah terbentuknya dua negara, yakni Palestina dan Israel. Menurut dia, selama beberapa tahun terakhir pemerintah Palestina dan Israel sebenarnya sudah membangun langkah penting untuk membentuk kepercayaan.
"Meski terbentur banyak halangan, kami, pemerintah AS beserta juru runding lain, tidak pernah putus asa akan negosiasi damai antara Palestina dan Israel," kata Obama saat berpidato kemarin. Selain itu, presiden berkulit hitam pertama AS tersebut mengucapkan terima kasih kepada para juru runding. Termasuk, Menlu AS Hillary Clinton dan George Mitchell, utusan khusus Obama untuk perdamaian Timur Tengah.
"Tujuan negosiasi itu amat jelas. Yaitu, perundingan langsung antara Palestina dan Israel. Pertemuan tersebut bermaksud menentukan status final isu-isu yang menjadi halangan dalam perundingan," lanjut Obama.
Target lain dalam negosiasi itu, tutur dia, adalah jaminan keamanan warga Palestina dan Israel. Dia juga menyebutkan pentingnya pendudukan Israel yang dimulai pada 1967 serta memastikan terbentuknya negara Palestina yang merdeka, demokratis, dan aman. Obama berharap negara Palestina tersebut nanti bisa berdampingan dengan Israel.
Selain itu, dia memuji Abbas dan Netanyahu sebagai tokoh yang menghendaki perdamaian. Di mata dia, dua pemimpin tersebut berkomitmen menyelesaikan perjanjian perdamaian dalam setahun. "Amerika Serikat akan terus mendukung penuh usaha itu. AS bakal menjadi partisipan yang aktif dan terus menyokong upaya negosiasi damai tersebut," jelasnya.
Obama pun mengimbau para pemimpin Timur Tengah tidak menyia-nyiakan peluang perdamaian itu. "Kesempatan tersebut mungkin tidak segera muncul lagi," ujar Obama seraya menjanjikan dukungan AS untuk perundingan baru. Namun, dia juga mengingatkan mereka akan adanya ekstremis dan rejectionist (yang menolak damai). "Mereka tidak mengupayakan perdamaian, melainkan mencari kehancuran," paparnya.
Menjelang makan malam dengan para pemimpin negara Arab pada Rabu waktu Washington (1/9), Netanyahu menggambarkan Abbas sebagai mitra dalam perdamaian. Karena itu, dia tidak akan membiarkan serangan terbaru menghalangi jalur menuju perdamaian.
Sementara itu, Abbas mengutuk serangan terhadap warga Israel dan meminta pertumpahan darah diakhiri. Dia juga menyerukan pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Selain itu, terang dia, kini tiba waktunya mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang mulai berlangsung pada 1967.
"Kami berbicara secara terbuka, produktif, dan serius seputar pengaturan keamanan," ucap Netanyahu kepada pers setelah pidato Obama. Dua pemimpin negara Arab itu juga mengutuk serangan yang menewaskan empat warga Israel di Tepi Barat Rabu lalu.
Sebelum perundingan dimulai, Obama berbincang dengan empat pemimpin negara tersebut. Dia mengklaim perundingan langsung antara Palestina dan Israel bisa mengakhiri pendudukan Israel sejak 1967.
Dalam perang enam hari pada 1967, Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Timur Al Quds (Yerusalem), Dataran Tinggi Golan di Syria, Semenanjung Sinai di Mesir, dan Jalur Gaza.
"Tujuan perundingan jelas. Negosiasi bertujuan menyelesaikan semua masalah," tegas Obama. (Jawapos)
IRIB
Ahmadinejad: Hari Quds Sedunia Untuk Membebaskan Al-Quds
Partisipasi luas bangsa Iran dalam aksi pawai akbar memperingati Hari Quds Sedunia direflesikan secara luas juga oleh media-media asing. Jaringan-jaringan televisi penting dunia, termasuk BBC, CNN dan Aljazeera dalam pelbagai acara beritanya menayangkan partisipasi luas dan kompak bangsa Iran. Media-media ini juga tidak lupa menayangkan isi yel-yel yang diteriakkan para peserta pawai di seluruh penjuru negeri. Pawai akbar Hari Quds Sedunia tahun ini diadakan berbarengan dengan penyelenggaraan putaran pertama perundingan ‘damai' antara Otorita Ramallah dan rezim Zionis Israel setelah terhenti selama dua tahun. Dalam perundingan yang diadakan di Washington ini, Barack Obama menjadi tuan rumah bagi kedua pihak.
Mencermati situasi semacam ini, yel-yel warga Iran dalam pawai akbar Jumat ini (03/9) di seluruh Iran dan bahkan di seruluh negara-negara Islam dan dunia berisikan penolakan perundingan ‘damai'. Televisi BBC, CNN dan Aljazeera tidak lupa merefleksikan slogan-slogan umat Islam, khususnya bangsa Iran terkait perundingan ‘damai'.
Bangsa Iran dan umat Islam hari ini dalam pawai akbar Hari Quds Sedunia secara serentak berteriak lantang. Menurut mereka perundingan ‘damai' yang sedang berlangsung di Washington tidak akan pernah dapat membantu menyelesaikan masalah Palestina. Karena satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Palestina adalah muqawama dan resisteni di hadapan kejahatan rezim penjajah Zionis Israel.
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Republik Islam Iran dalam pawai akbar ini mengatakan, "Bila pawai akbar Hari Quds Sedunia pernah menjadi satu gerakan yang terbatas di Iran saja, tapi kini telah menjelma menjadi sebuah gelombang kemanusiaan yang agung dan global. Tujuan pawai akbar Hari Quds Sedunia pada tahapan pertamanya adalah pembebasan al-Quds."
Ahmadinejad pada hari Rabu (01/9) menilai perundingan ‘damai' antara Palestina dan rezim Zionis Israel tidak akan menghasilkan apa-apa. Seraya menekankan kegagalan perundingan ini, Ahmadinejad menyebut masalah Palestina harus diserahkan kepada bangsa Palestina sendiri untuk menyelesaikannya.
Sekaitan dengan solusi yang diwacanakan Republik Islam Iran untuk menyelesaikan masalah Palestina, Ahmadinejad mengatakan, "Sebagaimana setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, bangsa Palestina juga harus memiliki hak serupa untuk menentukan nasibnya." (IRIB/SL/MF)
IRIB
Mencermati situasi semacam ini, yel-yel warga Iran dalam pawai akbar Jumat ini (03/9) di seluruh Iran dan bahkan di seruluh negara-negara Islam dan dunia berisikan penolakan perundingan ‘damai'. Televisi BBC, CNN dan Aljazeera tidak lupa merefleksikan slogan-slogan umat Islam, khususnya bangsa Iran terkait perundingan ‘damai'.
Bangsa Iran dan umat Islam hari ini dalam pawai akbar Hari Quds Sedunia secara serentak berteriak lantang. Menurut mereka perundingan ‘damai' yang sedang berlangsung di Washington tidak akan pernah dapat membantu menyelesaikan masalah Palestina. Karena satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Palestina adalah muqawama dan resisteni di hadapan kejahatan rezim penjajah Zionis Israel.
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Republik Islam Iran dalam pawai akbar ini mengatakan, "Bila pawai akbar Hari Quds Sedunia pernah menjadi satu gerakan yang terbatas di Iran saja, tapi kini telah menjelma menjadi sebuah gelombang kemanusiaan yang agung dan global. Tujuan pawai akbar Hari Quds Sedunia pada tahapan pertamanya adalah pembebasan al-Quds."
Ahmadinejad pada hari Rabu (01/9) menilai perundingan ‘damai' antara Palestina dan rezim Zionis Israel tidak akan menghasilkan apa-apa. Seraya menekankan kegagalan perundingan ini, Ahmadinejad menyebut masalah Palestina harus diserahkan kepada bangsa Palestina sendiri untuk menyelesaikannya.
Sekaitan dengan solusi yang diwacanakan Republik Islam Iran untuk menyelesaikan masalah Palestina, Ahmadinejad mengatakan, "Sebagaimana setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, bangsa Palestina juga harus memiliki hak serupa untuk menentukan nasibnya." (IRIB/SL/MF)
IRIB
Ahmadinejad: Rakyat Timur Tengah Mampu Singkirkan Israel
Teheran (ANTARA News) - Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad pada Jumat mengatakan rakyat Timur Tengah "mampu menyingkirkan rezim Zionis dari forum internasional".
"Jika para pemimpin di kawasan itu tak memiliki keberanian, rakyat kawasan itu mampu menyingkirkan rezim itu dari forum dunia," kata Ahmadinejad dalam pidatonya pada Hari Solidaritas Palestina di Teheran sementara massa berteriak "Bunuh Amerika !Bunuh Israel!."
Ahmadinejad mengatakan perundingan perdamaian langsung yang dilakukan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang didukung Barat dengan Israel diselenggarakan di Washington Kamis setelah 20 bulan macet terancam gagal.
"Apa yang mereka ingin rundingkan?" kata Presiden Iran itu tentang pemimpin Palestina dikutip oleh AFP.
"Siapa yag memberikan hak kepada mereka untuk menjual tanah-tanah Palestina? Rakyat Palestina dan rakyat kawasan itu tidak akan mengizinkan mereka menjual walaupun seinci tanah Palestina kepada musuh itu."
"Perundingan-perundingan itu gagal dan menemui ajal."
Iran menentang keras perundingan perdamaian baru itu dan memberikan dukungan kuat pada gerakan Hamas yang menguasai Gaza dan melancarkan dua serangan terhadap para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki menjelang dimulainya perundingan itu, menewaskan empat orang dan mencederai dua lainnya.
ANTARA
Pengamat: Sengketa Jangan ke Mahkamah Internasional
Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fatkurrohman menyarankan sengketa perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tidak dibawa ke Mahkamah Internasional, melainkan cukup diselesaikan melalui diplomasi.
"Sengketa perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tidak perlu dibawa ke Mahkamah Internasional, sebisa mungkin diselesaikan melalui diplomasi kedua negara," katanya, di Yogyakarta, Jumat.
Untuk itu, menurut dia, Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin guna melakukan diplomasi, dengan mempelajari konvensi-konvensi internasional, mendalami pengetahuan tentang peta wilayah Republik Indonesia, serta tetap berpegang pada `The United Nations Convention on the Law of the Sea` (UNCLOS).
"Akan sangat riskan jika kita membawa permasalahan perbatasan ke Mahkamah Internasional, karena akan menimbulkan banyak risiko buruk bagi Indonesia," katanya.
Ia mengatakan kalau sampai gagal memenangkan perundingan tersebut, Indonesia akan semakin dipandang remeh oleh Malaysia, karena sebelumnya pernah kalah pada saat perundingan di Mahkamah Internasional dalam memperebutkan Pulau Sipadan dan Ligitan.
"Sedangkan bagi Malaysia, kemenangan klaim atas Pulau Sipadan dan Ligitan akan menjadi modal tersendiri bagi mereka jika kasus sengketa perbatasan lainnya diajukan ke Mahkamah Internasional," katanya.
Fatkurrohman mengatakan jika sampai berunding di Mahkamah Internasional, tentu Malaysia akan merasa di atas angin dan sangat percaya diri menghadapi Indonesia yang pernah dikalahkan pada sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan.
"Mahkamah Internasional sering menghasilkan keputusan-keputusan yang mengejutkan terkait penyelesaian sengketa wilayah," katanya.
Keputusan Mahkamah Internasional menurut dia bersifat mutlak, artinya pihak yang kalah tidak dapat mengganggu gugat dan mengajukan banding atas keputusan itu.
"Jika maju ke Mahkamah Internasional, Indonesia juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa pengacara-pengacara internasional, terlebih lagi perundingan di Mahkamah Internasional akan memakan waktu lama," katanya.
Saat ini Indonesia dan Malaysia masih belum mencapai kesepakatan terkait batas wilayah kedua negara di segmen Selat Malaka bagian utara, segmen Selat Malaka bagian selatan, segmen Laut China Selatan, dan segmen Laut Sulawesi.(*)
antara
"Sengketa perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tidak perlu dibawa ke Mahkamah Internasional, sebisa mungkin diselesaikan melalui diplomasi kedua negara," katanya, di Yogyakarta, Jumat.
Untuk itu, menurut dia, Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin guna melakukan diplomasi, dengan mempelajari konvensi-konvensi internasional, mendalami pengetahuan tentang peta wilayah Republik Indonesia, serta tetap berpegang pada `The United Nations Convention on the Law of the Sea` (UNCLOS).
"Akan sangat riskan jika kita membawa permasalahan perbatasan ke Mahkamah Internasional, karena akan menimbulkan banyak risiko buruk bagi Indonesia," katanya.
Ia mengatakan kalau sampai gagal memenangkan perundingan tersebut, Indonesia akan semakin dipandang remeh oleh Malaysia, karena sebelumnya pernah kalah pada saat perundingan di Mahkamah Internasional dalam memperebutkan Pulau Sipadan dan Ligitan.
"Sedangkan bagi Malaysia, kemenangan klaim atas Pulau Sipadan dan Ligitan akan menjadi modal tersendiri bagi mereka jika kasus sengketa perbatasan lainnya diajukan ke Mahkamah Internasional," katanya.
Fatkurrohman mengatakan jika sampai berunding di Mahkamah Internasional, tentu Malaysia akan merasa di atas angin dan sangat percaya diri menghadapi Indonesia yang pernah dikalahkan pada sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan.
"Mahkamah Internasional sering menghasilkan keputusan-keputusan yang mengejutkan terkait penyelesaian sengketa wilayah," katanya.
Keputusan Mahkamah Internasional menurut dia bersifat mutlak, artinya pihak yang kalah tidak dapat mengganggu gugat dan mengajukan banding atas keputusan itu.
"Jika maju ke Mahkamah Internasional, Indonesia juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyewa pengacara-pengacara internasional, terlebih lagi perundingan di Mahkamah Internasional akan memakan waktu lama," katanya.
Saat ini Indonesia dan Malaysia masih belum mencapai kesepakatan terkait batas wilayah kedua negara di segmen Selat Malaka bagian utara, segmen Selat Malaka bagian selatan, segmen Laut China Selatan, dan segmen Laut Sulawesi.(*)
antara
Pakar: Perundingan Wilayah Laut Tak Bisa Dipercepat
Jakarta (ANTARA News) - Pakar Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana, mengatakan, perundingan batas wilayah laut antara Indonesia dan Malaysia tidak mungkin dipercepat atau diselesaikan dalam waktu singkat karena kedua pihak akan mempertahankan klaim masing-masing.
"Kesepakatan atas perbatasan wilayah, terutama di laut, tidak akan mungkin dilakukan dalam waktu yang singkat, apalagi dipercepat. Terlebih dalam suasana ketegangan antardua negara," kata Hikmahanto di Jakarta, Jumat.
Hikmahanto yang juga Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia menjelaskan, dalam perundingan batas wilayah laut, masing-masing negara akan mempertahankan klaim atas wilayahnya karena menyangkut kedaulatan atau hak berdaulat.
Di wilayah laut, kedaulatan terkait dengan laut teritorial (territorial sea), sedangkan hak berdaulat terkait dengan Zona Ekonomi Eksklusif (Economic Exclusive Zone) dan Landas Kontinen (Continental Shelf).
Hikmahanto menjelaskan, dalam sebuah perundingan, masing-masing negara akan menyampaikan kepada pihak lawannya apa yang menjadi dasar bagi klaim sepihaknya. Suatu negara dapat menggunakan alasan historis, perjanjian internasional, bahkan hal-hal yang bersifat teknis dalam peta untuk memperkuat klaim itu.
Selanjutnya, para pihak akan saling mematahkan argumentasi yang disampaikan. Mereka akan berusaha meyakinkan bahwa argumentasi lawan penuh dengan kelemahan dan tidak dapat dipertahankan.
Bahkan, kata Hikmahanto, ada kecenderungan untuk mengulur waktu dalam setiap perundingan.
"Oleh karenanya proses perundingan batas wilayah memerlukan waktu yang panjang. Tidak saja dalam hitungan tahun, bisa jadi hitungan generasi," katanya.
Menurut Hikmahanto, perundingan semacam itu membutuhkan daya tahan dan kesabaran luar biasa. Bila salah satu negara tidak sabar maka ketidaksabaran itu harus dibayar mahal.
"Mereka akan melepaskan klaim kedaulatan dan atau hak berdaulat atas ketidaksabarannya," katanya.
Hikmahanto mengatakan, prinsip yang harus dipegang dalam perundingan batas wilayah adalah lebih baik sabar daripada harus kehilangan kedaulatan dan atau hak berdaulat.
Sebelumnya, dalam pidato resmi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, perundingan batas wilayah Indonesia-Malaysia dapat segera dilakukan dan dituntaskan agar tidak terjadi insiden yang mengganggu hubungan kedua negara.
"Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa solusi yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi insiden-insiden serupa adalah, dengan cara segera menuntaskan perundingan," kata Presiden, di Mabes TNI Jakarta (1/9).
Presiden menjelaskan, perundingan yang dilakukan meliputi perundingan batas wilayah darat dan maritim termasuk di wilayah selat Singapura, dan perairan Sulawesi, atau perairan Ambalat.
"Indonesia berpendapat bahwa perundingan menyangkut batas wilayah ini dapat kita percepat dan kita efektifkan pelaksanaannya," kata Yudhoyono.
Presiden menambahkan, perundingan harus didasari niat dan tujuan yang baik, agar insiden-insiden serupa yang mengganggu hubungan baik kedua bangsa dapat dicegah dan ditiadakan.
Presiden menegaskan, memelihara hubungan baik dengan negara sahabat, apalagi dengan Malaysia, sangat penting.
"Tetapi, tentu kita tidak bisa mengabaikan kepentingan nasional, apalagi jika menyangkut kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya menegaskan.
Terkait itu, Presiden mengatakan dirinya telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Malaysia, yang intinya menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas terjadinya insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh aparat Malaysia.
"Saya juga mendorong agar proses perundingan batas maritim dapat dipercepat dan dituntaskan," ungkap Yudhoyono.
Presiden menekankan, Indonesia menginginkan agar perundingan yang akan dilangsungkan kembali mulai 6 September 2010 dapat mencapai kata sepakat.(*)
(L.U002*F008/R009)
"Kesepakatan atas perbatasan wilayah, terutama di laut, tidak akan mungkin dilakukan dalam waktu yang singkat, apalagi dipercepat. Terlebih dalam suasana ketegangan antardua negara," kata Hikmahanto di Jakarta, Jumat.
Hikmahanto yang juga Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia menjelaskan, dalam perundingan batas wilayah laut, masing-masing negara akan mempertahankan klaim atas wilayahnya karena menyangkut kedaulatan atau hak berdaulat.
Di wilayah laut, kedaulatan terkait dengan laut teritorial (territorial sea), sedangkan hak berdaulat terkait dengan Zona Ekonomi Eksklusif (Economic Exclusive Zone) dan Landas Kontinen (Continental Shelf).
Hikmahanto menjelaskan, dalam sebuah perundingan, masing-masing negara akan menyampaikan kepada pihak lawannya apa yang menjadi dasar bagi klaim sepihaknya. Suatu negara dapat menggunakan alasan historis, perjanjian internasional, bahkan hal-hal yang bersifat teknis dalam peta untuk memperkuat klaim itu.
Selanjutnya, para pihak akan saling mematahkan argumentasi yang disampaikan. Mereka akan berusaha meyakinkan bahwa argumentasi lawan penuh dengan kelemahan dan tidak dapat dipertahankan.
Bahkan, kata Hikmahanto, ada kecenderungan untuk mengulur waktu dalam setiap perundingan.
"Oleh karenanya proses perundingan batas wilayah memerlukan waktu yang panjang. Tidak saja dalam hitungan tahun, bisa jadi hitungan generasi," katanya.
Menurut Hikmahanto, perundingan semacam itu membutuhkan daya tahan dan kesabaran luar biasa. Bila salah satu negara tidak sabar maka ketidaksabaran itu harus dibayar mahal.
"Mereka akan melepaskan klaim kedaulatan dan atau hak berdaulat atas ketidaksabarannya," katanya.
Hikmahanto mengatakan, prinsip yang harus dipegang dalam perundingan batas wilayah adalah lebih baik sabar daripada harus kehilangan kedaulatan dan atau hak berdaulat.
Sebelumnya, dalam pidato resmi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, perundingan batas wilayah Indonesia-Malaysia dapat segera dilakukan dan dituntaskan agar tidak terjadi insiden yang mengganggu hubungan kedua negara.
"Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa solusi yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi insiden-insiden serupa adalah, dengan cara segera menuntaskan perundingan," kata Presiden, di Mabes TNI Jakarta (1/9).
Presiden menjelaskan, perundingan yang dilakukan meliputi perundingan batas wilayah darat dan maritim termasuk di wilayah selat Singapura, dan perairan Sulawesi, atau perairan Ambalat.
"Indonesia berpendapat bahwa perundingan menyangkut batas wilayah ini dapat kita percepat dan kita efektifkan pelaksanaannya," kata Yudhoyono.
Presiden menambahkan, perundingan harus didasari niat dan tujuan yang baik, agar insiden-insiden serupa yang mengganggu hubungan baik kedua bangsa dapat dicegah dan ditiadakan.
Presiden menegaskan, memelihara hubungan baik dengan negara sahabat, apalagi dengan Malaysia, sangat penting.
"Tetapi, tentu kita tidak bisa mengabaikan kepentingan nasional, apalagi jika menyangkut kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya menegaskan.
Terkait itu, Presiden mengatakan dirinya telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Malaysia, yang intinya menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas terjadinya insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh aparat Malaysia.
"Saya juga mendorong agar proses perundingan batas maritim dapat dipercepat dan dituntaskan," ungkap Yudhoyono.
Presiden menekankan, Indonesia menginginkan agar perundingan yang akan dilangsungkan kembali mulai 6 September 2010 dapat mencapai kata sepakat.(*)
(L.U002*F008/R009)
antara
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...