Kubu Politik Lama Malaysia Tetap Rasis
Selasa, 31 Agustus 2010 | 05:38 WIB
istimewa
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad (kiri).
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Dunia politik domestik Malaysia semakin rasis seiring dengan semakin terdesaknya kubu penguasa Barisan Nasional. Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, seperti dikutip dari situs berita The Malaysian Insider, dalam pertemuan pekan lalu, mengingatkan warga Melayu untuk bersatu atau akan kehilangan negara mereka.
”Kalau terpisah, kita akan kehilangan kekuatan mayoritas,” ujar Mahathir mengacu kepada pilihan politik warga Melayu antara UMNO, Partai Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Keadilan.
Mahathir mengecam Menteri Besar Negara Bagian Selangor yang mengakomodasi permintaan parlemen negara bagian yang didominasi warga non-Melayu.
Warga etnis Tionghoa diketahui memiliki proporsi cukup besar di Negara Bagian Penang, Johor, dan Selangor. Bagi Mahathir, kebijakan Menteri Besar Negara Bagian Selangor tidak bisa dibenarkan. Mahathir selalu mengingatkan perlunya membangun keunggulan Melayu.
Dia mengecam penyebutan nama Menteri Besar Penang Lim Guan Eng dalam sebuah acara shalat Jumat di masjid-masjid Penang. Meski dikecam Mahathir, kehidupan masyarakat Penang selama ini aman dan perekonomian berjalan lancar.
”Saya bukan seorang rasis yang ingin membangkitkan kebencian warga Melayu kepada non-Melayu. Kita punya hak yang harus dihormati orang lain. Penghormatan diperoleh kalau kita kuat dan berkuasa,” ujar Mahathir.
Perjuangan multiras
Sebaliknya, Nurul Izzah Anwar, dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta, mengatakan, pihaknya mendorong perjuangan multiras. Nurul Izzah dari Partai Keadilan dalam koalisi Pakatan Rakyat berkuasa bersama Democratic Action Party (DAP) yang dipilih warga Tionghoa dan PAS yang didukung kelompok ulama konservatif di Negara Bagian Kelantan dan Trengganu.
”Demokrasi yang sehat menuju sistem dua partai antara kubu Barisan Nasional dan Pakatan Rakyat. Pilihan bukan berdasarkan ras dalam demokrasi sehat,” ujar Nurul.
Hubungan antar-ras
Tokoh oposisi Tengku Razaleigh Hamzah menguatkan pernyataan Nurul. Razaleigh, dalam situs Asiasentinnel, menjelaskan, ketidakmampuan membangun hubungan antar-ras yang dewasa ini terjadi telah menghambat investasi dan kemajuan Malaysia.
”Jika UMNO, MIC (asosiasi India), dan MCA (asosiasi Tionghoa) di Barisan Nasional takut kehilangan massa, biarkan pengikut mereka memilih partai multirasial. Pakatan Rakyat pun harus memilih kebijakan multirasial. Tidak ada satu kelompok pun yang merasa dirugikan,” kata Razaleigh.
Dia mengingatkan, di masa depan, siapa pun calon boleh maju dalam pemilu, asal dia mewakili kepentingan Malaysia dan bukan kepentingan ras. (ONG)
KOMPAS
”Kalau terpisah, kita akan kehilangan kekuatan mayoritas,” ujar Mahathir mengacu kepada pilihan politik warga Melayu antara UMNO, Partai Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Keadilan.
Mahathir mengecam Menteri Besar Negara Bagian Selangor yang mengakomodasi permintaan parlemen negara bagian yang didominasi warga non-Melayu.
Warga etnis Tionghoa diketahui memiliki proporsi cukup besar di Negara Bagian Penang, Johor, dan Selangor. Bagi Mahathir, kebijakan Menteri Besar Negara Bagian Selangor tidak bisa dibenarkan. Mahathir selalu mengingatkan perlunya membangun keunggulan Melayu.
Dia mengecam penyebutan nama Menteri Besar Penang Lim Guan Eng dalam sebuah acara shalat Jumat di masjid-masjid Penang. Meski dikecam Mahathir, kehidupan masyarakat Penang selama ini aman dan perekonomian berjalan lancar.
”Saya bukan seorang rasis yang ingin membangkitkan kebencian warga Melayu kepada non-Melayu. Kita punya hak yang harus dihormati orang lain. Penghormatan diperoleh kalau kita kuat dan berkuasa,” ujar Mahathir.
Perjuangan multiras
Sebaliknya, Nurul Izzah Anwar, dalam perbincangan dengan Kompas di Jakarta, mengatakan, pihaknya mendorong perjuangan multiras. Nurul Izzah dari Partai Keadilan dalam koalisi Pakatan Rakyat berkuasa bersama Democratic Action Party (DAP) yang dipilih warga Tionghoa dan PAS yang didukung kelompok ulama konservatif di Negara Bagian Kelantan dan Trengganu.
”Demokrasi yang sehat menuju sistem dua partai antara kubu Barisan Nasional dan Pakatan Rakyat. Pilihan bukan berdasarkan ras dalam demokrasi sehat,” ujar Nurul.
Hubungan antar-ras
Tokoh oposisi Tengku Razaleigh Hamzah menguatkan pernyataan Nurul. Razaleigh, dalam situs Asiasentinnel, menjelaskan, ketidakmampuan membangun hubungan antar-ras yang dewasa ini terjadi telah menghambat investasi dan kemajuan Malaysia.
”Jika UMNO, MIC (asosiasi India), dan MCA (asosiasi Tionghoa) di Barisan Nasional takut kehilangan massa, biarkan pengikut mereka memilih partai multirasial. Pakatan Rakyat pun harus memilih kebijakan multirasial. Tidak ada satu kelompok pun yang merasa dirugikan,” kata Razaleigh.
Dia mengingatkan, di masa depan, siapa pun calon boleh maju dalam pemilu, asal dia mewakili kepentingan Malaysia dan bukan kepentingan ras. (ONG)
KOMPAS