Pages

Monday, August 30, 2010

Koopsau II Gelar Latihan Sikatan Daya

30 Agustus 2010, Makassar -- Pangkoopsau II, Marsekal Muda R Agus Munandar, diwakili Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna , Senin (30/8) di Apron Galaktika Lanud Sultan Hasanuddin membuka secara resmi Latihan Sikatan Daya tahun 2010, dalam upacara militer yang diikuti oleh seluruh anggota Lanud Sultan Hasanuddin baik Militer maupun Pegawai Negeri Sipil.

Hadir Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Mujiyanto, Para Kepala Dinas dan Komandan Satuan Jajaran Lanud Sultan Hasanuddin.

Pangkoopsau II Marsekal Muda TNI R Agus Munandar dalam sambutan tertulis yang dibacakan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin mengatakan bahwa latihan Sikatan Daya 2010, merupakan latihan puncak Koopsau II yang bertujuan untuk menguji kesiapan satuan-satuan dalam Jajaran, sekaligus membina tingkat profesionalisme satuan-satuan yang berada di jajaran Koopsau II.

Selanjutnya Pangkoopsau II mengatakan bahwa rangkaian latihan Sikatan Daya 2010, akan dibagi dalam tiga tahap, yang meliputi latihan Gladi Mako, dilanjutkan dengan Tactical Air Manouvering Game (TAMG) dan puncaknya dilakukan kegiatan manuver lapangan.

Dikatakan, sebelum pelaksanaan manuver lapangan, para pelaku latihan akan memulai kegiatan latihan Posko di Home Base masing-masing, melalui latihan posko , diharapkan akan terjalin suatu koordinasi yang lebih baik, serta akan dicapai tingkat keterpaduan diantara pelaku latihan.

Dibagian lain sambutannya Pangkoopsau II mengatakan bahwa dalam kegiatan manuver lapangan akan digunakan beberapa jenis amunisi yang sesungguhnya (live), baik bom, roket maupun peluru tajam, selain beresiko tinggi, penggunaan amunisi ini tentu saja juga menuntut skill dan kecermatan yang tinggi, dan perhatian juga keamanan lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut Pangkoopsau II meminta kepada seluruh peserta latihan untuk selalu mengutamakan aspek profesionalisme dalam melaksanakan setiap tahapan latihan , lakukanlah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Pentak Lanud Sultan Hasanuddin

TNI Siap Perang, Jika Ada Gangguan dan Keputusan Politik

 
JAKARTA - Rencana Malaysia memberlakukan travel advisory terhadap Indonesia tidak kunjung terlaksana. Ancaman tidak langsung yang dicetuskan Menlu Malaysia Datuk Seri Anifah Aman itu hingga kemarin (28/8) belum terealisasi. Negeri jiran berencana mengimbau warganya untuk membatalkan segala kunjungan ke Indonesia jika situasi hubungan dua negara tersebut terus memburuk.

Pemerintah Indonesia melalui Kemenlu menyatakan belum bersikap atas ancaman tersebut. Sebab, faktanya, hingga kini pemerintah Malaysia belum mengeluarkan travel advisory. "Kami tidak ingin beranda-andai dan membuat situasi semakin runyam,'' kata Juru Bicara Kemenlu, Teuku Faizasyah, saat dihubungi kemarin (28/8).

Menurut Teuku, hingga kini belum ada keterangan resmi dari pemerintah Malaysia mengenai travel advisory. Kemenlu merasa itu bukan sebuah ancaman dan hanya wacana di media massa setempat.

Ketegangan Indonesia-Malaysia pecah pasca penyanderaan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri di perbatasan dua negara tersebut di Tanjung Berakit, Riau, pada pertengahan Agustus lalu. Tiga petugas itu kemudian dibarter dengan tujuh pencuri ikan asal Malaysia. Tindakan tersebut memicu aksi demonstrasi dan pelemparan kotoran manusia ke Kedubes Malaysia di Jakarta oleh beberapa LSM. Merasa dilecehkan, Menlu Malaysia lantas memprotes aksi itu dan mengancam memberlakukan travel advisory.

Pada Jumat malam (27/8), Menlu Marty Natalegawa menyatakan telah mendesak Menlu Malaysia untuk menginvestigasi penangkapan tiga petugas dinas kelautan dan perikanan di perairan Bintan, Kepulauan Riau, pada 13 Agustus lalu. Marty menegaskan telah merespons keras tindakan di luar batas kewajaran tersebut. ''Saya sudah telepon langsung Pak Menlu Malaysia. Saya desak mereka untuk bertanggung jawab,'' kata Marty.

Menurut Marty, Malaysia siap menginvestigasi untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada pemerintah Indonesia. Selanjutnya, dua negara tersebut sepakat untuk melakukan perundingan terkait dengan sengketa perbatasan itu di Kota Kinabalu, Malaysia, pada 6 September mendatang.

Perundingan tersebut akan fokus pada dua hal. Yang pertama adalah perlindungan terhadap WNI di luar negeri. ''Sebab, saya yakin kita semua terganggu dan terusik dengan langkah Malaysia,'' ujarnya.

Agenda kedua yang akan dibahas adalah sengketa perbatasan Indonesia-Malaysia. Segmen yang belum selesai, antara lain, perbatasan di sisi Selat Malaka, Selat Malaka bagian selatan, dan Laut Sulawesi.

Marty mengatakan, pemerintah telah memiliki strategi khusus dalam perundingan tersebut. ''Saya coba melaksanakan diplomasi, tidak semua bisa dibocorkan kepada publik. Yang jelas, perundingan tidak akan selesai dalam satu hari. Dengan Vietnam saja baru selesai setelah 32 tahun,'' kata Marty.

Persoalan RI-Malaysia itu terbukti disikapi dengan serius oleh pemerintah. Indikatornya, Marty bahkan rela membatalkan kunjungan ke Korut dan Korsel yang sebelumnya dijadwalkan pada 24-28 Agustus 2010. Padahal, kunjungan ke dua negara itu bertujuan untuk membahas masalah bilateral, namun tidak tertutup kemungkinan juga membahas perkembangan di Semenanjung Korea.

Sementara itu, jajaran TNI siap siaga terkait dengan memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Panglima TNI Djoko Santoso menegaskan kesiapan TNI untuk berperang dengan negara mana pun jika memang dibutuhkan. ''Tugas pokok TNI adalah menjaga NKRI. Bila ada gangguan dari negara luar dan ada keputusan diplomatik atau politik, TNI siap perang,'' kata Djoko setelah melantik pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jambi di Gladia Room Hotel Abadi Suite kemarin (28/8). Selain menjabat panglima TNI, Djoko juga menjabat ketua umum PBSI. Sebelum melantik pengurus PBSI, dia melaksanakan pertemuan internal dengan anggota TNI se-Sumatera di Abadi Convention Center (ACC) Jambi.

Menurut Djoko, pada 6 September 2010, wakil RI dan Malaysia akan berunding di Kinabalu untuk membicarakan perbatasan kedua negara. Dia mengatakan, RI selama ini mengedepankan diplomasi dalam menghadapi urusan bilateral, termasuk masalah penangkapan tiga anggota DKP Kepri beberapa waktu lalu.(Ars)


Sbr : Jawapos

Lagi, 29 Awak Kapal Malaysia Ditangkap di Perairan Indonesia


30 Agustus 2010, Samarinda -- Lagi, insiden penangkapan warga Malaysia terjadi di perairan Indonesia. Empat kapal berbendera Malaysia dengan 29 awak kapal, ditangkap di perairan Karang Unarang, Ahad 29 Agustus 2010. "Benar kami menangkap mereka dan sekarang kami periksa" kata Komandan Lanal Nunukan, Letnan Kolonel Laut Rachmad Jayadi saat dihubungi Tempo, Senin 30 Agustus 2010.

Menurut Rachmad, penangkapan dilakukan KRI Sultan Hasanuddin 366. Mereka langsung diserahkan ke Pangkalan Angkat Laut (Lanal)Kabupaten Nunukan.

Kapal yang ditangkap dilengkapi trawl, berbendera Malaysia. Empat kapal yang ditangkap masing-masing, Kapal Markidi dengan nomor lambung 3277/6/F. Jumlah abk 13 orang ditambah seorang juragan kapal.

Kapal Kuba 1 nomor lambung 2644/f. Jumlah abk 12 orang dengan seorang juragan kapal.
Kapal ketiga dan keempat tanpa nama. Kapal ketiga, tanpa nama dengan nomor lambung tw 3581/f. Junmlah abk yang ditahan dua orang dan seorang juragan kapal.Kapal keempat tanpa nama dengan nomor lambung tw 99/f dengan dua awak dan seorang juragan.

TEMPO Interaktif

TNI Siap Perang, Pemerintah Gamang




30 Agustus 2010, Jakarta -- Indonesia tetap akan mengedepankan diplomasi dan jalan damai dalam menyelesaikan sengketa perbatasan maritim dengan Malaysia. Pemerintah kini juga masih menunggu tanggapan resmi dari PM Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak, sebagai jawaban atas surat yang dikirim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Diplomasi dan negosiasi akan tetap dikedepankan atau didahulukan," kata Juru Bicara Presiden bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, saat dihubungi kemarin (29/8).

Sebelumnya, Panglima TNI Djoko Santoso menegaskan kesiapan TNI untuk berperang dengan negara mana pun, jika memang ada keputusan diplomatik atau politik. Jumat (27/8) malam lalu, Presiden SBY telah berkirim surat kepada PM Najib Tun Razak. Presiden mengajak kedua negara menyelesaikan masalah dengan baik, dan segera mempercepat perundingan batas maritim.

Faizasyah mengatakan, surat presiden telah dikirimkan melalui proses diplomatik. "Responnya tergantung internal di Malaysia," ujar Faizasyah. Dia mengatakan, saat ini perintah presiden kepada Menlu Marty Natalegawa dan Menko Polhukam Djoko Suyanto sudah sangat jelas. Yakni, memilih jalur diplomasi dan mengupayakan perdamaian.

Presiden SBY memang dari awal menghindari konfrontasi dengan Malaysia. Dalam rapat kabinet paripurna 24 Agustus lalu, SBY mengatakan masih banyak political resources untuk mengatasi masalah dengan jalan damai. "Jangan kita, apa istilah saya, memiliki budaya yang sedikit-sedikit putuskan hubungan diplomatik, sedikit-sedikit serang, dan seterusnya," kata SBY.

SBY mengatakan, era sekarang ini adalah era kerjasama dan kemitraan. "Bukan era konfrontasi, permusuhan dan peperangan. Meskipun, jangan salah terima. Sekali lagi, kalau itu menyangkut kepentingan kita yang paling mendasar, kedaulatan, wilayah dan sebagainya, tentu kita harus melakukan apa saja yang harus kita lakukan," kata Presiden saat itu.

JPPN,berita hankam

Admiral Gorshkov Dijadwalkan Diterima India 2010


30 Agustus 2010 -- Pemerintah India akan mengakuisisi kapal induk Admiral Gorshkov dari Rusia. Kapal induk direncanakan akan dikirimkan ke Angkatan Laut India Desember 2012. Sebuah tim ahli terdiri dari perwira, pelaut dan sipil telah ditugaskan ke Rusia guna memonitor kemajuan proyek pengerjaan overhaul kapal. Kapal akan dibaptis dengan nama INS Vikramaditya, akan dilengkapi 12 -16 jet tempur MiG-29K serta 4-16 helikopter Ka-28/31.

PIB/Berita Hankam

Sunday, August 29, 2010

TNI AD Uji Coba Rudal Grom di Kutai Timur


BALIKPAPAN--MI: Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) untuk Pertahanan Udara TNI AD terus ditingkatkan, kali ini TNI AD kembali membeli sejumlah Rudal Grom Komposit Meriam 23 mm Zur 23-2 kg-1 buatan Polandia.

Sedikitnya dua buah rudal ditembakkan ke udara dengan target pesawat Aeromodeling yang sudah disiapkan oleh Satuan Detasemen Artileri Pertahanan Peluru Kendali (Denarhanud Rudal) 002/Bontang, Daerah Militer VI/Tanjungpura, dalam uji coba peluru kendali (rudal) di Pantai Sekrat, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Selasa (4/5).

Dalam uji coba tersebut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta hadir menyaksikan. Rudal Grom Komposit Meriam 23 mm Zur 23-2 kg-1 merupakan salah satu jenis rudal pengganti Rudal Rapier yang saat ini sudah di-grounded karena misilnya telah melebihi batas dari masa usia pakainya.

Sementara itu, jenis rudal tersebut adalah jenis fire and forget, yakni saat rudal keluar dari peluncurnya secara otomatis akan mengejar bagian sasaran udara yang paling panas sampai menegnai dan menghancurkan sasaran. "Rudal ini memiliki jangkauan yang cukup bagus. Ini sebagai bentuk perbaikan alutsista kita yang memang harus diremajakan," ujar George.

Sumber: MEDIA INDONESIA

Indonesia Produksi Rudal Balistik(Jelajah)


Satellite Launch Vehicle Lapan (photo : Kaskus Militer)
Untuk menaikan performa kekuatan militer Republik Indonesia kita bisa meniru militer Iran,Korea Utara,India,Pakistan. Yaitu dengan membuat/memproduksi sendiri rudal jelajah yang bisa menjangkau seluruh kawasan ASEAN serta kawasan Australia.Makin sering kita lakukan uji coba daya jangkau rudal akan menaikan pamor & harga diri bangsa INDONESIA. DEPHANKAM harus bisa menujukan kepada rakyat Indonesia bahwa kita bisa membuat senjata berat high technologi sebagai alat pertahanan negara. Selama ini kita masih mengandalkan pembelian alat & senjata pertahanan negara dari negara lain dimana syarat-syarat pembelian senjata selalu ada perjanjian yang berkaitan dng hak asasi manusia dan yg paling parah kena sanksi embargo pembelian suku cadang ya sudah matilah kita.Hal seperti itu jangan terjadi lagi mari kita bangkit membangun pertahanan negara yang kuat dengan kemampuan kita sendiri, jangan selalu membebani APBN yg minim anggaran pertahananya.Lakukan reseach, bentuk lembaga khusus pembuatan rudal Balistik dan libatkan mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai bahan kajian,libatkan BIN (Badan Intelejen Negara) mencari & mencuri tehnologi rudal negara lain.Saya yakin DEPHANKAM punya kemampuan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia punya kemampuan untuk memproduksi rudal balistik.

Roket Kendali Lapan (photo : Karbol-Militaryphotos)

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Feedback&op=viewarticle&opid=1395

BERITA POLULER